Dia Hanya Mengingatku

Rasa Kehilangan Seorang Saudara



Rasa Kehilangan Seorang Saudara

0Wen Qiao menahan kegembiraannya, "Apakah Paman bisa ikut bersama kami?"     

Su Ce berbalik melihat ke arah kantor manajemen taman bermain, "Aku coba izin ke manajer dulu. Kalian bisa tunggu di sini dulu."     

Su Ce mengenakan setelan kostum beruang yang berat dan besar, dia masuk ke ruangan yang ada di sebelah.     

Wen Chi masih tertegun, "Paman?"     

Wen Qiao menjawab, "Iya, dia adalah adik bungsu Ibu yang menghilang ketika masih berusia dua belas tahun."     

Ribuan kata tidak dapat menggambarkan kegembiraan Wen Qiao saat ini. Meskipun pamannya menghilang ketika dia berusia tiga tahun, dan tidak bertemu dengannya selama bertahun-tahun, tetapi dia masih merasa ada sebuah keakraban di antara mereka. Saat Wen Qiao melihatnya pertama kali, dia merasakan ada sebuah kedekatan batin dengan pamannya, seakan pamannya tidak pernah menghilang.     

Setelah beberapa saat kemudian, mereka melihat pamannya keluar dengan mengenakan jaket, berjalan ke arah mereka. Pancaran sinar matahari awal musim dingin mengikuti mereka. Pamannya berjalan sampai di depan Wen Qiao dan berkata, "Manajer mengizinkan aku libur setengah hari."     

Wen Qiao meraih tangannya, "Kalau begitu ayo pulang."     

Dalam perjalanan pulang, Wen Chi duduk di samping sopir dan tiga orang lainnya duduk di belakang.     

Wen Qiao sedikit bingung, "Ke mana saja Paman selama ini? Apakah Paman pergi sendiri atau diculik oleh orang lain? Jika Paman sudah berhasil bebas, mengapa Paman tidak kembali untuk mencari kami? Kalau Paman diculik, bagaimana cara aman melarikan diri?"     

Su Ce tersenyum, "Aku akan menjawab saat sudah sampai di rumah. Pertanyaanmu sangat banyak, pertanyaan mana yang harus aku jawab dulu?"     

Wen Qiao bertanya lagi, "Bagaimana kehidupan Paman selama ini?"     

Su Ce menatapnya dengan lembut, "Aku baik-baik saja."     

Wen Qiao merasa sedih. Dia rela bekerja membagikan balon di taman bermain, tetapi menurut ibunya, Paman adalah seorang jenius dengan IQ tinggi yang sama dengan Xiao Mo. Tidak peduli bidang apa yang dia kuasai, seharusnya dia bisa bekerja di bidang yang dia kuasai, tetapi kenyataannya saat ini pamannya bekerja membagikan balon di taman bermain kuno yang bisa kapan saja digusur.     

Dia tidak tahu apa yang telah pamannya alami selama bertahun-tahun.     

Jarak taman bermain tidak jauh dari jalan Shuying dengan lama perjalanan lima belas menit. Sampai di depan gang, Wen Qiao turun, membayar ongkos dan berkata kepada Wen Chi, "Pergi ke minimarket, panggil Ibu untuk pulang sekarang."     

Wen Chi bergegas pergi ke minimarket.     

Di ruang tamu, Su Ce duduk di sofa sambil melihat sekeliling rumah yang kecil tapi hangat ini, Wen Qiao menuangkan secangkir teh untuknya.     

Setelah beberapa saat kemudian terdengar suara teriakan dari luar rumah.     

Su Yun berteriak, "Pamanmu siapa yang kamu maksud?"     

Wen Chi berkata, "Hah? Bu, apakah Ibu tidak ingat jika Ibu memiliki adik bungsu, kenapa Wen Qiao bisa yakin?"     

Kemudian, Wen Qiao melihat ibunya bergegas ke ruang tamu, dan hampir terjatuh.     

Su Yun melihat seorang pemuda duduk di sofa, matanya memerah, dan kemudian dia berlinang air mata, "Ah Ce?"     

"Kakak…" Su Ce menatap Su Yun sambil tersenyum.     

Perasaan Su Yun bergejolak, seolah-olah dia tidak bisa mempercayai apa yang sedang dilihat oleh matanya, dia ragu-ragu berjalan ke arahnya, seolah-olah dia takut saat ini dia sedang bermimpi indah, dan dengan hati-hati menatap adiknya, "Apakah benar kamu Ah Ce? "     

"Ini aku, Kak." Kata Su Ce sambil berdiri.     

Su Yun memeluknya sambil menangis emosional, "Ah Ce...Ah Ce, ke mana saja kamu selama ini? Apakah kamu tahu seberapa kehilangan Kakak saat mengetahui kamu menghilang?"     

Wen Qiao merasa terharu saat melihat kedua saudara yang telah lama berpisah ini bisa berkumpul kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.