Dia Hanya Mengingatku

Tuan Muda Menjaga Ketat



Tuan Muda Menjaga Ketat

0Selesai makan malam, Wen Qiao menerima pesan dari Fu Nanli, Aku menjemputmu, sekarang aku menunggumu di belakang sekolah.     

Anggota klubnya masih mengajak karaoke di KTV, namun Wen Qiao menolaknya, "Kalian saja yang pergi, kekasihku sudah datang menjemputku."     

Mereka menggoda Wen Qiao, "Wah, kekasihmu tampaknya menjagamu ketat sekali."     

Wen Qiao berpikir, mereka salah, dia dan Fu Nanli memang tidak boleh terpisah terlalu lama, lagipula dia juga sangat merindukan Fu Nanli.     

Di tengah hujan musim dingin, Wen Qiao berlari di sepanjang gang, dari kejauhan Fu Nanli bisa melihat sosok Wen Qiao yang sedang berlari ke arahnya. Fu Nanli melihat Wen Qiao tidak memakai payung di tengah derasnya hujan dan cuaca yang sangat dingin, buru-buru dia turun dan membuka pintu mobil untuk kekasihnya.     

Wen Qiao naik ke mobil, Fu Nanli duduk di sebelahnya, mengeluarkan beberapa tisu, dan menyeka rambut serta wajah kekasihnya, "Apakah sulit memegang payung di tengah hujan?"     

Fu Nanli selalu mengkhawatirkan kekasihnya, walau dalam hal sekecil apa pun, termasuk saat melihat kekasihnya kehujanan.     

Wen Qiao tidak peduli, "Ketika kami pergi ke restoran barbekyu, hujan sudah berhenti, jadi tidak ada satu pun dari kami yang membawa payung. Tidak ada yang menyangka saat selesai makan mulai turun hujan.     

Fu Nanli menggelengkan kepalanya tak berdaya.     

Wen Qiao memegang tangannya dan berkata, "Pamanku sudah kembali. Apakah besok kamu bersedia datang ke rumahku dan makan bersama?"     

Fu Nanli mengernyit, sejujurnya dia benar-benar tidak ingin pergi.     

Gadis ini berulang kali menyebutkan pamannya yang berjiwa muda itu.     

Terlebih lagi usia pamannya juga dua puluh sembilan tahun, sama dengan dirinya. Dia tidak mau Wen Qiao nantinya akan membandingkan dirinya dengan pamannya. Perbedaan usia dirinya dengan Wen Qiao sejumlah sembilan tahun saja sudah menjadi beban berat baginya, Fu Nanli takut dia semakin tertekan saat melihat pamannya terlihat muda daripada dirinya.     

Tuan muda tidak ingin merasa cemburu.     

Walau dia akui bahwa dirinya tidak punya jiwa muda.     

Dia tidak ingin bertemu dengan pria yang berjiwa muda.     

"Bagaimana? Apakah besok kamu sibuk?" Tanya Wen Qiao.     

Fu Nanli terbatuk ringan, "Iya, aku masih ada urusan penting di perusahaan. Lain kali saja kita makan bersama."     

Wen Qiao mengangguk, "Baiklah."     

Mobil melaju kencang, dan air hujan masih membekas di kaca jendela mobil. Tiba-tiba Fu Chuan menghubungi Fu Nanli, mereka membicarakan urusan pekerjaan.     

"Saham perusahaan Fucheng telah jatuh banyak, dan dia ingin berdamai denganmu."     

Fu Nanli menjepit pangkal hidungnya, "Bagaimana kamu menilai ketulusannya?"     

"Dia bilang dia tidak ingin berseteru dengan saudaranya sendiri."     

Fu Nanli berkata dengan lembut, "Benarkah? Dia berkata seperti itu dengan tulus ataukah karena dia tahu bahwa dia tidak cukup kuat untuk keluar dari masalahnya?"     

"Nanli, beri dia kesempatan. Dulu di usia yang masih kecil, dia pergi belajar ke Eropa untuk menemanimu. Dia sudah memohon perdamaian denganmu, berikan dia kesempatan sekali lagi."     

Suasana dalam mobil menjadi sunyi, kecuali suara hujan diluar jendela. Setelah beberapa saat, Fu Nanli berkata, "Jika dia benar-benar menyesal, suruh dia bertanggung jawab atas proyek pemasangan kabel di Afrika."     

"Proyek ini baru masuk di Afrika pada tahun depan."     

"Tidak apa-apa jika dia tidak mau."     

"Aku akan mencoba meminta dia melakukannya."     

"Baiklah."     

Setelah menutup telepon, Wen Qiao bertanya kepadanya, "Apakah Fu Cheng menyerah?"     

"Karena perusahaanku saat ini bergerak sebagai investor di dunia hiburan secara agresif, itu membawa pengaruh besar dalam perusahaannya. Aku juga menyuruh orang mengawasinya."     

Wen Qiao mengangguk.     

"Apakah menurutmu aku perlu memberinya kesempatan lagi?"     

Wen Qiao berkata dengan bijak, "Aku tidak ingin ikut campur dalam urusan pekerjaanmu, semua keputusan berada di dalam tanganmu."     

Fu Nanli pasti sebenarnya sudah membuat keputusan dalam hatinya, oleh karena itu, Wen Qiao tidak ingin berkomentar.     

Fu Nanli mengusap kepala Wen Qiao.     

Sejujurnya Fu Nanli mendambakan hubungan persaudaraan yang damai, itulah yang menyebabkan dia selalu iri kepada Wen Qiao dan kedua adiknya.     

Di depan apartemen, Fu Nanli turun sambil memegang payung dan mendekap Wen Qiao dalam pelukannya. Mereka berdua masuk ke dalam apartemen sambil berpelukan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.