Dia Hanya Mengingatku

Push-Up



Push-Up

0Mobil mendekat, mereka berdua masuk ke mobil. Zhou Tao menertawakan dirinya sendiri, "Bukankah di dunia hiburan juga biasa seperti ini? Aku yang tidak secepatnya mendorong Direktur Cheng, kalau aku mendorongnya, dia akan berhenti."     

Zhou Tao masih belum menyerah terhadap suaminya, karena dia berpikir bahwa Lu Wenzhou akan cemburu jika dirinya dekat dengan pria lain.     

Ternyata dari awal hingga akhir, yang pria itu pedulikan hanyalah nama baik dari keluarga Lu.     

Zhou Tao terlalu berharap jika suaminya akan mencintainya.     

Kakak Man mengangguk, "Apa yang kamu katakan itu benar. Semua investor besar memang suka berbuat mesum terhadap artisnya. Banyak juga artis yang menerima begitu saja."     

Kakak Man mengantar Zhou Tao ke rumahnya di gang tua. Zhou Tao tinggal di lantai lima. Dia membuka pintu dan menyalakan lampu. Meskipun rumahnya sudah tua, tetapi suasana di sini jauh lebih hangat, Zhou Tao melepas mantelnya di luar, menuangkan segelas air dan duduk di sofa.     

Dia berpikir jika ini adalah terakhir kalinya dia memberi kesempatan untuk berharap suaminya bakal mencintainya. Jika Lu Wenzhou belum juga berubah, maka dirinya akan setuju bercerai dengan suaminya itu.     

Jari-jarinya yang sedang memegang gelas terasa gemetar, dalam hati sebenarnya Zhou Tao sadar bahwa berapa kali pun dia memberi kesempatan, Lu Wenzhou tidak akan mencintainya.     

Di mata Lu Wenzhou, dirinya hanyalah seorang gadis licik yang memanfaatkan pria untuk mendapatkan uang.     

Zhou Tao berpikir kalau diibaratkan cerita dalam novel, dia akan selalu menjadi tokoh pendukung.     

Dia sendiri merasa menderita karena tidak bisa menyerah melepas suaminya.     

——     

Malam harinya, Wen Qiao meletakkan alat musik pipa di tangannya. Hari sudah larut malam, Meskipun ada peredam suara yang bagus di rumah ini, tetapi jika dia meneruskan permainan musiknya, suara musiknya akan tetap bisa mengganggu warga sekitar.     

Fu Nanli telah menyelesaikan pekerjaannya dan meninggalkan ruang baca. Kebetulan Wen Qiao sedang memasukkan pipa ke dalam tas. Fu Nanli berjalan menghampirinya, membantunya memasukkan pipa, menutup resletingnya, dan meletakkannya di samping.     

"Apakah aku mengganggu pekerjaanmu?" Tanya Wen Qiao.     

Fu Nanli mencubit wajah kekasihnya itu, "Tidak, permainanmu sangat bagus, musikmu mengiringi aku untuk fokus bekerja."     

Wen Qiao memasukkan lembaran musik ke dalam saku tas piano, "Universitas kami akan mengadakan paduan suara pada malam Natal. Apakah kamu punya waktu untuk menonton?"     

"Apakah kamu akan bermain solo?"     

"Aku ada pertunjukan solo sekaligus pertunjukkan kolaborasi musik tradisional dan musik modern."     

Fu Nanli mengangkat alisnya sedikit, "Jadi Zhuang Yan juga akan tampil bersamamu?"     

Wen Qiao menghela nafas.     

"Apakah kamu masih keberatan? Apa yang kamu khawatirkan? Aku hanya berteman biasa dengannya, dia adalah pemain biola paling bagus di kampus, karena ini kolaborasi antara musik tradisional dengan musik modern."     

Fu Nanli membawa Wen Qiao ke ruang gym sambil berkata, "Aku tidak keberatan."     

Walaupun Fu Nanli cemburu, dia harus menahan rasa cemburunya karena menjaga gengsi.     

Wen Qiao bertanya lagi, "Kamu benar-benar tidak keberatan?"     

Kalau dulu Wen Qiao akan berkata 'baguslah kalau kamu tidak keberatan', kini Wen Qiao berubah drastis.     

Fu Nanli membuka pintu ruangan gym, "Iya."     

"Kamu mau olahraga?"     

"Aku mau dua putaran push-up."     

Wen Qiao awalnya mau duduk di sofa samping dan makan buah, tetapi Fu Nanli menariknya, "Berikan kekasihmu semangat."     

Sebelum Wen Qiao sempat bereaksi, dia dibaringkan di atas karpet. Pria itu meletakkan tangannya di kedua sisi leher Wen Qiao. Baru pada saat itulah Wen Qiao sadar Fu Nanli sedang memberi tahu kepadanya cara memberi Fu Nanli semangat.     

Setiap kali Fu Nanli melakukan push-up, pria itu mencium bibirnya.     

Di luar, cuaca dì Bulan Desember sangat dingin, namun wajah Wen Qiao terasa panas.     

Fu Nanli push-up satu putaran sebanyak lima puluh kali, Wen Qiao berkata sambil batuk-batuk, "Sudah, cukup. Ayo istirahat dulu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.