Dia Hanya Mengingatku

Bersikap Sempurna



Bersikap Sempurna

0Zhou Tao dengan lembut mengusap pergelangan tangannya yang sakit setelah ditekan oleh Lu Wenzhou, dia menundukkan kepalanya dan tersenyum, "Memangnya apa niat Jun Ling? Jun Ling adalah lawan mainku, rekan kerjaku, dia juga selalu menjagaku, kami juga sering ngobrol dan semua itu menyenangkan. Oh salah… kenapa aku harus menjelaskan kepada Tuan Lu? Apa hubungannya Tuan Lu denganku? Sebagai bentuk perhatian terhadap mantan istrimu? Tuan Lu tidak mungkin menyesal bercerai denganku, kan?"     

Tatapan Lu Wenzhou sedikit suram, "Apa kamu sedang berkhayal?"     

Zhou Tao memaksakan diri untuk tersenyum, "Aku hanya bercanda denganmu, kamu tidak bisa diajak bercanda sama sekali. Untungnya, aku sudah bercerai denganmu."     

Wajah Lu Wenzhou sangat suram.     

Zhou Tao menyisir rambut keriting yang tergantung di bahunya yang putih, "Tuan Lu, jika tidak ada hal lain lagi, aku undur diri dulu. Aku masih mau berbincang dengan rekan kerjaku untuk membahas masalah pekerjaan."     

Setelah itu, dia mendorong bahu Lu Wenzhou dengan pelan dan berjalan melewati Lu Wenzhou.     

Tuan Muda Kedua Lu, pengusaha terkuat di Beijing, hampir terpancing emosi karena melihat ulah mantan istrinya.     

Zhou Tao bertemu Jun Ling yang mengenakan setelan jas sedang berdiri di ujung koridor.     

Zhou Tao tahu bahwa pria di belakangnya masih menatapnya, jadi dia mengulurkan tangannya untuk merangkul lengan Jun Ling sambil tersenyum, Lu Wenzhou terus menatapnya sampai sosok mantan istrinya itu telah pergi.     

Tuan Lu, jangan-jangan kamu menyesal bercerai denganku?     

Zhou Tao menundukkan kepalanya dan menertawakan dirinya sendiri, sikapnya tadi terhadap Lu Wenzhou sudah bagus, tetapi dia seharusnya tidak menanyakan pertanyaan yang menggelikan.     

Mengapa aku mempermalukan diriku sendiri?     

Sudah sejak lama Lu Wenzhou tidak mencintainya. Sampai kapan pun pria itu tidak akan mencintainya.     

Dia juga tidak keberatan ketika mereka harus mengurus perceraian mereka. Selain itu setelah selesai mengurus perceraian, dia kesulitan mendapatkan taksi di hari bersalju, pria itu membiarkan dia begitu saja.     

Ini adalah hal terbodoh di dunia, berharap kepada seorang pria yang sikapnya dingin.     

Jun Ling berkata kepada pelayan yang lewat, "Bisakah saya minta segelas air hangat untuk nona ini?"     

Zhou Tao sedikit terkejut, "Hah?"     

"Aku melihatmu di teras tadi. Kamu pasti kedinginan, kan? Minumlah air hangat untuk menghangatkan tubuhmu."     

Zhou Tao sangat bersyukur dengan perhatian dari Jun Ling.     

Ketika Lu Wenzhou keluar dari koridor, dia melihat Jun Ling dan Zhou Tao saling berpandangan. Urat nadi Lu Wenzhou serasa melonjak. Tiba-tiba Zhong Lina menghampirinya, "Kak Wenzhou."     

Lu Wenzhou mendengar suaranya, tetapi dia merasa suara Zhong Lina mengganggu dirinya.     

Zhou Tao memperhatikan Zhong Lina yang merangkul lengan Lu Wenzhou dengan senyum manis di wajahnya, "Kakak Wenzhou, temanku ingin bertemu denganmu, maukah kamu ikut denganku?"     

Setelah itu Zhong Lina menarik Lu Wenzhou masuk ke aula.     

Zhong Lina menoleh ke belakang, ke arah Zhou Tao dengan senyuman sinis.     

Zhong Lina tadi melihat Zhou Tao merayu kekasihnya lagi di depan kamar mandi. Dasar gadis serakah!     

Apakah dia mengira bisa menggoda semua pria hanya dengan kecantikannya?     

Apa yang kamu berkhayal?     

Kakak Wen Zhou tidak akan semudah itu tergoda.     

Pelayan membawakan secangkir air hangat, Zhou Tao mengambil segelas air hangat sambil menyampaikan, "Terima kasih."     

Jun Ling melambaikan tangannya, "Jangan sungkan! Toh kita akan menghabiskan setidaknya tiga bulan bersama saat proses syuting nanti. Sesama rekan kerja sudah sewajarnya untuk saling memperhatikan."     

Zhou Tao merasa nyaman saat bersama dengan Jun Ling. Tidak seperti saat di depan Lu Wenzhou, di mana dia harus memikirkan dulu perkataan yang tepat agar tidak menyinggung perasaan pria itu.     

Tidak disangka dia bisa bertahan lama melalui hari-hari yang berat itu.     

Lu Wenzhou dikelilingi oleh beberapa wanita dari kalangan atas. Wanita-wanita itu menatapnya dengan malu-malu dan takut-takut, sementara Zhong Lina berkata dengan percaya diri, "Lisa, bukankah keluargamu menjadi investor film yang akan dirilis? Coba kamu negosiasikan dengan Kakak Wenzhou, kamu bisa meminta persetujuannya untuk meminjam ruangan teater di rumahnya, agar jam tayang film-mu jadi semakin banyak."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.