Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 57: Perjanjian 1 Bulan Lagi



BAB 57: Perjanjian 1 Bulan Lagi

0"Tuan Lewis." Seorang tukang parkir menyambut pria bermata hitam pekat tersebut di basemen. Ada sebuah tempat parkir khusus yang disediakan untuk Lewis di tempat itu dan itu tidak bisa diganggu gugat, bahkan oleh artis terkenal atau pejabat sekalipun. Lewis hanya menatap sekilas dan melanjutkan langkahnya menuju ruangan yang berada di lantai paling atas klab malam tersebut.     

Sepanjang jalan menuju ruangannya, semua orang yang melihatnya menunduk penuh hormat. Yang perempuan tersenyum penuh hasrat, sedangkan para lelaki tampak segan. Lewis memang diam dan jarang berbicara. Tapi sekalinya berbicara, pasti sedang terjadi masalah besar.     

"Tuan." Seorang pelayan pria mengantarkan minuman berupa anggur merah ke ruangan Lewis sesaat Lewis sampai di ruangannya.     

"Hmm." Jawabnya. Pelayan yang sudah tahu karakternya, hanya menunduk hormat dan berjalan mundur lalu meninggalkan ruangan yang penuh aura mencekam. Tidak ada yang betah berlama-lama berada di ruangan tersebut karena Lewis adalah symbol malapetaka dan monster.     

"Tuan memanggil saya?" Seorang pria yang usianya diatas Lewis, masuk setelah mengetuk pintu ruangannya. Dia adalah manajer tempat klab malam yang Lewis kelola.     

"Ya. Kamu tahu kenapa saya panggil?" Lewis kembali ke kursinya setelah puas menatap suasana malam di luar dari jendela besarnya.     

"Hmm, maaf … saya tidak tahu, tuan." Jawab pria tersebut. Pria yang bernama Niko menatap sejenak wajah bosnya sebelum kembali menekuk wajahnya. Dia masih ingin tetap bekerja karena menjadi tulang punggung keluarganya. Jadi, dia pastikan dia tidak membuat kesalahan sama sekali. Niko berharap cemas dengan alasan pemanggilannya.     

"Kamu punya adik yang seorang perawat di rumah sakit dekat sini bukan?" Lewis mengusap dagunya yang sedikit berbulu.     

"Oh iya ada tuan, dia seorang perawat. Ada yang bisa saya bantu, tuan?" Niko mengernyitkan alisnya dalam tundukkan kepalanya. Ada apa dengan adiknya? Kenapa bosnya ini tiba-tiba bertanya tentang Likha, adik satu-satunya.     

"Aku minta selidiki satu orang ini dan tanyakan pada adikmu, dia sakit apa. Segera beritahu aku secepatnya." Lewis menyodorkan sebuah foto di atas meja. Niko mendekati meja Lewis dan mengambil foto yang tergeletak di atasnya. Tampak seorang perempuan yang sedang minum kopi sendirian di sebuah kafe."     

"Namun rahasiakan hal ini, jangan beritahu siapapun. Bahkan adikmu sekalipun. Mengerti?" Lewis menatap bawahannya dengan malas.     

"Siap tuan." Lewis mengusir Niko dengan melambaikan tangannya untuk segera keluar ruangannya.     

"Huft, aku kira kenapa? Tapi, siapa peremuan cantik ini ya? Apakah gebetannya bos? Ahhh, bukan urusanku. Aku bisa dipecat kalau ikut campur urusannya." Niko bergumam dan segera menuju ruangannya sendiri untuk melakukan panggilan ke adiknya, seorang perawat berjilbab.     

"Likha."     

"Waalaikumussalam, kak." Likha, seorang perempuan ayu yang berprofesi sebagai seorang perawat, tetap mengucapkan salam meskipun sang kakak tidak pernah mengucapkan salam padanya.     

"Kamu ada waktu untuk bertemu denganku besok?" Tanya Niko.     

"Besok … aku shift malam. Bisa kak pagi. Kakak mau bertemu dimana?" Jawab balik Likha. Dia tidak mungkin mengajak kakaknya ke kosan putri karena ibu kos tidak pernah mengijinkan lelaki datang ke kosannya, meskipun dengan alasan kakak atau adik. Bahkan bapak sekalipun. Karena pernah ada yang menipu ibu kos dengan mengatakan bapaknya yang datang. Namun, ternyata setelah berjam-jam berada di kamar kos seorang penghuni kos tersebut, dia adalah seorang pria hidung belang yang sedang meminta jatah batin pada perempuan bayarannya. Sejak saat itu, kosan putri tempat nya tinggal tidak pernah memperbolehkan seorang pria dengan status apapun, datang ke sana.     

"Aku jemput di depan kosan kamu, sekitar jam 7 pagi. Sudah dulu ya. Aku harus kembali kerja." Niko segera memutuskan panggilan tanpa mengucapakan salam seperti yang Likha inginkan.     

"Huft, Waalaikumussalam kakak." Jawab Likha lirih sambil memandang ponselnya yang sudah tidak bersuara.     

-----     

Tok tok tok …     

"Siapa?"     

"Maaf nyonya, tuan memanggil nyonya untuk ke kamarnya." Seorang pelayan wanita datang mengetuk pintu kamar Britney.     

Britney menghela napasnya. Apa yang akan dilakukan pria sialan itu? Kenapa dia tidak tidur saja sampai besok? Batin Britney bergemuruh hebat setiap Donni memanggil ke kamarnya.     

"Iya, aku segera datang." Jawab Britney setengah berteriak.     

"Tuan minta nyonya sekarang ke kamarnya. Saya disuruh menunggu nyonya dan mengantarkan nyonya." Jawab pelayan tersebut dengan gelisah.     

"Huuuuhh, mau apa sih dia?" Britney mengepalkan tangannya dan menggertakkann giginya. Pada akhirnya pun, dia segera membuka pintu dan berjalan dengan dada penuh emosi menuju kamar Donni.     

Tok tok tok …     

"Masuk!" Britney segera membuka handle pintu setelah mendengar perintah masuk. Pelayan yang mengiringi langkahnya sejak dari kamarnya tadi, meninggalkan dirinya seorang diri dann berjalan menuju tempat dimana seharusnya dia bekerja.     

Aroma tembakau yang kental langsung menyeruak kedalam indera penciuman Britney begitu dia membuka pintu. Sepertinya Donni semalaman terus menghisap tembakau sehingga udara pendingin ruangan kalah dengan aroma tembakau.     

"Ada apa kamu memanggilku?" Britney berdiri mendekati Donni yang sedang duduk di sofa singlenya sambil menyandarkan kepalanya di atas kepala sofa.     

"Besok aku tidak akan dirumah sampai 5 hari kedepan. Sebenarnya, aku tidak peduli kamu mau kemana dan dengan siapa pergi." Donni meremas pegangan sofa di kanan kiri dan berdiri dengan gerakan yang sangat elegan namun membuat siapapun takut untuk menatapnya lama-lama.     

"Namun, kalau sampai aku tahu kamu berhubungan dengan pria lain di belakangku, kupastikan perusahan keluargamu hancur dalam semalam. Dan, kalian akan hidup di jalanan lebih menderita dibandingkan seorang pengemis sekalipun." Seringai sinis terbit di bibir pria yang meski di usia menjelang 50 tahun namun dasar-dasar ketampanannya saat masih muda, masih terlihat jelas. Tubuhnya yang atletis masih terjaga dengan baik berkat olahraga teratur di tempat fitness pribadinya.     

Britney menelan saliva susah payah. "Apakah dia tahu kalau aku akan menemui Dave besok?" Pikir Britney.     

"Status istri yang kamu sandang sekarang, tinggal 1 bulan lagi. Jadi, bertahanlah selama 1 bulan kedepan. Atau, aku akan kirim kamu ke tempat bordil paling murah di kota ini, sehingga bukan orang kaya yang kamu layani. Melainkan para supir truk dan pengangguran yang akan menikmati tubuhmu. Sekarang pergilah!" Jawab Donni sambil membelakangi Britney yang wajahnya mendadak pucat dan tubuhnya bergetar hebat mendengar kalimat yang diucapkan Donni. Suami yang lebih pantas disebut mucikari olehnya.     

Britney segera keluar dari kamar iblis dimatanya tersebut dan berlari ke kamarnya sendiri.     

"Perjanjian? 1 bulan lagi? Apa maksudnya? Papa tidak pernah berkata seperti itu padaku." Britney bergumam sendirian sambil berjalan mondar-mandir didalam kamarnya. Dengan panik, dia segera mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas untuk menghubungi papanya dan meminta penjelasan secara langsung.     

"Halo." Suara papa Britney terdengar setelah beberapa kali bunyi deringan musik di ponsel papanya yang harus Britney dengar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.