Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 116: SAH



BAB 116: SAH

0"Hey, kamu yakin gerakan itu aman untuk kandunganmu?" Darren yang tidak pernah melihat Calista berlatih yoga secara langsung, menghampiri sang istri dan berdiri di sebelahnya dengan postur tubuh yang tinggi menjulang menghalangi cahaya matahari sore menerpa tubuh Calista.     

"Sudah pulang?" Calista menormalkan kembali posisinya dan hendak berdiri. Darren membantu memegang tangannya untuk bangun. Perempuan hamil yang mengkuncir rambutnya dengan cepolan diatas kepala, tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Keringat yang membasahi seluruh wajah dan tubuhnya menandakan perempuan ini sudah berlatih cukup lama dan dengan penuh konsentrasi.     

"Kamu sering olahraga yoga?" Tanya Darren.     

"Iya, memangnya kenapa? Yoga bagus untuk tubuh. Dulu sebelum menikah, aku tidak punya waktu untuk ke tempat senam. Jadi, aku berlatih yoga dirumah dengan mengandalkan video online." Jawab Calista.     

"Hmm. Kamu sudah makan malam?" Darren membuka jasnya dan meletakkanya di punggung kursi teras.     

"Jam berapa sekarang? Aku habis makan buah dan minum jus." Jawab Calista.     

"Kamu harus banyak makan dan minum vitamin. Susunya sudah diminum?" Tanya Darren. Seketika Calista menghentikan minum air putih dan mengatupkan bibirnya.     

"Kenapa tidak diminum susunya?" Darren yang melihatnya, langsung mengerutkan alis.     

"Aku mau muntah mencium aroma susu. Tapi, aku minum jus dua kali sehari." Jawab Calista sambil menunjukkan dua jari membentuk huruf V didepan wajahnya.     

"Tetap saja kamu harus minum susu hamil. Hahh …" Darren tidak bisa memaksa Calista kalau sudah mual. Selama dia makan banyak, minum vitamin, dan minum jus, Darren tidak begitu mempermasalahkan Calista yang tidak suka minum susu.     

"Kamu mandi dulu, nanti aku menyusul setelah beberapa gerakan lagi." Jawab Calista.     

"Okay, aku ke kamar dulu." Darren beranjak menuju kamarnya, sementara Calista masih harus menyelesaikan tiga gerakan penutup sebelum mengakhiri sesi yoga sore ini.     

-----     

"Apa yang kamu lakukan? Ini masih sore. Ummppph …." Donni menarik tubuh Agnes kedalam pelukannya setelah mereka berada didalam kamar. Bibir Agnes dilumatnya dalam-dalam. Tanpa melepaskan ciumannya, Donni membuka kancing baju Agnes dan kaitan bra yang mengganggunya. Agnes mencoba menahan tangan Donni yang tidak sabar untuk menggerayangi tubuhnya.     

Donni memegang kedua tangan Agnes diatas kepalanya dengan tangan kiri, sementara tangan kanan Donni membuka zipper celana Agnes dan meraba masuk kedalam segitiga penutup sang wanita. Agnes mengerang menahan geli yang meremang sekujur tubuhnya saat satu jari Donni masuk kedala kewanitaan Agnes.     

"Kamu suka, sayang? Hmm …" Tanpa menunggu jawaban dari Agnes, Donni tahu kalau istrinya sangat menikmatinya. Terbukti tidak ada perlawanan, bahkan justru terlihat sangat menikmati semua yang diberikan Donni.     

"Donni, hentikan, aku … mau keluaaar … Aahhhhhh …." Agnes mengerang tertahan dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Donni menangkap tubuh Agnes yang lemas terkulai. Pria bertubuh atletis itu membopong tubuh sang istri dan merebahkannya di tengah kasur. Dengan wajah memerah dan lemas karena pelepasan pertamanya, Agnes tidak menyadari kalau sang suami melucuti pakaian yang masih melekat di tubuhnya dan pria diatasnya pun melakukan hal yang sama.     

Setelah keduanya polos tanpa sehelai benangpun. Donni mulai mengeksplorasi seluruh tubuh sang istri yang masih kencang dan mulus di usia kepala empatnya. Donni meremas kedua gunung kembar milik Agnes yang menjadi favoritnya dan mengecup kuncupnya sambil sesekali menjilat dan menghisapnya. Agnes tersentak dan meremas rambut Darren untuk menahan geli di kulit tubuhnya.     

"Kita akan melakukannya sampai pagi. Jadi bertahanlah, sayangku. Seminggu kedepan kamu akan kesepian tanpa kehangatan dariku. Jadi,nikmatilah momen ini." Donni mengecup dada, perut, dan terus bergerak turun hingga ke kewanitaan Agnes yang sudah basah karena pelepasan pertamanya.     

"Kamu gila, Donni. Sampai pagi? Ahhhh, jangan lakukan itu. Aku … tidak kuaat." Kedua tangan Agnes sudah tidak bisa meraih rambut Donni lagi, pria itu sudah terbenam diantara kedua kakinya. Agnes hanya bisa meremas sprei yang ada dibawahnya.     

Donni mengecap kewanitaan Agnes dan menciumnya berulang-ulang dengan rakusnya. Tubuh Agnes kembali bergetar hebat dan dia mengeluarkan pelepasan keduanya dalam rentang waktu yang tidak jauh berbeda.     

Donni yang belum puas mengexplorasi tubuh sang istri, menjamah dan meremas setiap senti tubuh Agnes dan meninggalkan banyak jejak kemerahan dimana-mana. Setelah beberapa saat, akhirnya Donni menghujamkan kejantanannya kedalam kewanitaan Agnes yang sudah basah.     

"Aahhhhhhh …" Agnes mengerang merasakan kewanitaannya menjadi penuh sesak. Donni menempelkan tubuhnya ke atas tubuh Agnes dan menggerakkan badannya maju mundur. Agnes memegang kedua bahu Donnie erat-erat. Sungguh, pria ini sangat kuat dan perkasa meski usia tidak lagi muda.     

Donni merasakan akan ada lahar hangat yang menyembur ke rahim sang istri. Tubuh Donni semakin kuat dan kencang bergerak, meremas tubuh Agnes sebagai pijakan. Sebelum lahar hangat itu keluar, Donni membalik tubuh Agnes hingga membelakanginya. Tubuh Agnes ditarik ke arah perut Donni dan semburan benih-benih dari seorang Donni Rickman meluncur dengan sangat banyaknya ke dalam rahim Agnes disertai lolongan kenikmatan sepasang suami istri.     

Jam masih menunjukkan pukul 9 malam namun Donni dan Agnes sudah melakukan percintaan mereka selama tiga jam. Tidak ada tanda-tanda Donni akan melepaskan tubuh Agnes.     

-----     

"Dengan begini, kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri, dimata hukum dan agama. Selamat yaa ..." Dian seolah-seolah bermimpi karena tidak terbayang sebelumnya dia menikah dengan pria yang memperkosanya. Dulu dia memimpikan pesta pernikahan kecil-kecilan yang hanya dihadiri keluarga dan teman-teman, bersama Wawan kekasihnya. Namun, ternyata semua itu hanyalah khayalan semata. Kenyataanya, kini dia menjadi istri dari seorang yang sadis, pemaksa, dan kejam.     

Dimata Dian, Dave adalah pria yang sangat brengsek dan bejat. Tidak ada yang bagus dari dirinya, kecuali tampang dan postur tubuhnya.     

"Aku sudah tidak bisa memilih apapun di kehidupan ini. Bahkan, untuk menjadi diriku sendiri saja aku tidak bisa. Jadi, untuk apa aku hidup?" Dian menatap lirih Dave yang memandangnya dengan mengerutkan alis.     

Orang-orang yang menikahkan Dave dan Dian pun mengundurkan diri untuk pulang. Kini tinggal Dave dan Dian didalam kamar mereka. Dave mengetuk-ngetukkan telunjuk jarinya keatas meja disamping tempat tidur.     

"Aku akan memberimu kebebasan untuk bekerja di tempat itu lagi. Tapi dengan satu syarat." Dave bisa melihat ada secercah binary-binar dimata Dian mendengar kalimat yang diucapkan olehnya.     

"Kamu mengijinkan aku untuk bekerja disana? Tapi, aku sudah menghilang selama tiga hari. Entah apakah mereka masih mau menerimaku." Jawab Dian lirih.     

"Kalau mereka tidak menerimamu, perusahaanku masih terbuka lebar untuk menerima posisi sekretaris dikembalikan padamu." Jawab Dave dengan santainya.     

"Huh, aku lebih baik bekerja di tempat lain daripada harus di perusahaanmu." Jawab Dian sinis.     

"Kamu tidak mau tahu apa syaratnya?" Tanya Dave lagi.     

"Apa?" Dian bertanya dengan mata menatap Dave yang duduk di atas sofa pojok ruangan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.