Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 113: Pertemuan Dua Wanita Donni



BAB 113: Pertemuan Dua Wanita Donni

0Darren merasakan pria yang ada dihadapannya saat ini, tidaklah sebengis yang orang-orang katakan. Mungkin benar kata Donni, kalau dirinya termakan isu yang tidak sedap diluaran mengenai sepak terjang Donni dengan para wanita.     

"Aku tidak akan menyia-nyiakan wanita yang bersamaku saat ini. Walaupun diawali dengan kesalahan, namun seterusnya tidak boleh salah." Jawab Darren sambil tersenyum tipis. Donni mengerutkan dahinya mendengar kalimat terakhir pria muda dihadapannya. Namun, Donni tidak ingin ikut memasuki ranah pribadi orang lain. Sebagaimana dia pun tidak ingin orang lain mengacak-acak kehidupan pribadinya. Gossip yang terlanjur beredar diluar tentang dirinya dan beberapa wanita, dia tidak hiraukan.     

"Well, sepertinya hari ini kita lebih baik tidak membahas soal pekerjaan. Karena waktu sudah tidak memungkinkan. Saya akan undang anda lain waktu ke rumah saya, agar kita bisa lebih dekat lagi. Sepertinya kita memiliki beberapa kecocokan." Jawab Darren sambil mulai menyuap sushi ke dalam mulutnya dengan sumpit bambu khusus.     

"Okay, aku tunggu undangannya. Aku pun akan mengundang anda lain waktu ke rumah saya. Istri saya pintar memasak segala jenis makanan." Puji Donni pada istrinya yang semakin dia kagumi setelah sekian lama tidak bertemu.     

Akhirnya acara pertemuan untuk membahas bisnis pun berubah menjadi acara ramah tamah. Baik Donni maupun Darren lebih banyak membahas tentang kehidupan masing-masing dan suka duka menjadi suami seorang wanita yang susah diterka dan terkadang malah memancing emosi tiba-tiba.     

"Kamu sudah selesai?" Donni menelpon Agnes setelah acara pertemuannya dengan Darren berakhir dan kembali ke mobil masing-masing.     

"Sudah, baru saja. Sekarang mau mampir ke toko buku dulu. Ada sesuatu yang harus dibeli." Agnes melangkahkan kakinya memasuki mobil tranportasi online yang akan membawanya menuju sebuah mall ternama di Jakarta.     

"Okay, kita bertemu disana. Kamu belum makan siang kan?"     

"Sudah tadi ditraktir bu Sara." Jawab Agnes lagi.     

"Ya sudah, kirim alamat toko bukunya. Aku segera kesana." Donni menghidupkan mesin mobil bersiap-siap meninggalkan restoran jepang.     

"Bukankah kamu sedang sibuk? Aku bisa kesana sendiri. Nanti aku bisa pulang sendiri juga." Jawab Agnes.     

Donni memijat pelipisnya yang tidak pusing. Perempuan satu ini memang senang sekali mengajaknya berdebat.     

"Aku tunggu alamatnya. Se-ka-rang! Okay?" Titah Donni dengan suara berat dan memaksanya.     

"Huft! Iya iya. Dasar pemaksa!" Gerutu Agnes sebelum memutuskan panggilan.     

"Apa? Halo halo … Agnes!" Donni menganga tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Jelas-jelas tadi Agnes merutuki dirinya. "Lihat saja nanti apa yang akan aku lakukan padamu." Donni bergumam.     

Mobil yang membawa Anes menuju sebuah mal, berjalan lancar tanpa menemui kemacetan. Agnes sangat menikmati pemandangan di luar. Sudah lama dia tidak merasakan suasana kota Jakarta lagi. Selama dua puluh tiga tahun, dia menghabiskan hidupnya di Jogja. Hanya dua puluh menit, mobil itu sampai di depan lobi sebuah mal yang memiliki ciri khas bunga paling terkenal di kelasnya.     

Agnes melihat sebuah banner terlebih dahulu yang terpasang di dalam dinding mal. Disana tertera keberadaan masing-masing toko di setiap lantainya. Setelah terlihat toko buku ada dilantai empat, Agnes melangkahkan kakinya menuju sebuah tangga jalan yang bergerak naik ke atas. Wanita cantik itu memilih tangga jalan karena ingin menikmati lebih lama suasana mal.     

Setelah sampai di lantai empat, Agnes mencari keberadaan toko buku dengan melihat ke kanan dan ke kiri. Matanya berbinar gembira ketika mendapati toko buku yang diinginkan ada dipojokan sebelah kanan. Agnes pun berjalan ke arahnya dengan langkah panjang. Bertepatan dengan seorang perempuan muda keluar dari butik pakaian merek ternama datang dari sebelah kirinya.     

BRUKK!!     

"Aduh." Baik Agnes maupun perempuan itu saling mengaduh kesakitan dan tas mereka berdua masing-masing terjatuh ke lantai.     

Perempuan mungil yang tidak sengaja bertabrakan itu, mengeluarkan umpatan memaki ke arah Agnes yang masih mengambil tasnya yang terjatuh.     

"Duh, kalau jalan pakai mata donk. Kamu tidak lihat saya keluar dari butik mahal ini." Britney, meluapkan kekesalannya pada Agnes, karena dirinya hari ini ditolak Dave terang-terangan yang membuat moodnya tidak bagus.     

"Oh, anak muda, tolong dijaga mulutnya. Kamu yang keluar dari sana tidak lihat kanan kiri dulu." Jawab Agnes tidak kalah garangnya.     

"Cih! Emak-emak macam kamu ke mall ini paling juga mau lihat-lihat saja tanpa belanja, ya kan?" Britney mendecih sinis melihat tampilan Agnes yang sederhana hanya dengan mengenakan celana panjang sebetis dan blouse. Tas tangan yang dipegangnya pun ukuran besar karena memuat laptop dan segala kebutuhannya. Beruntung laptopnya berhasil diselamatkan tidak pecah saat terjatuh. Harusnya dia yang lebih marah daripada anak muda didepannya itu.     

"Huft! Aku tidak mau meladeni orang gila." Agnes berjalan lurus melanjutkan langkahnya menuju toko buku. Namun, tiba-tiba bahu kiri Agnes ditarik oleh Britney hingga tubuh Agnes mundur kebelakang dengan gerakan ekstrim hingga jatuh ke lantai sekali lagi.     

"Kurang ajar! Kamu bilang aku gila? Kamu yang wanita gila!" Britney marah besar dan berteriak histeris, memancing keributan dan semua pengunjung yang mendengarnya menonton pertengkaran dua perempuan yang sejatinya pernah menjalin hubungan dengan pria yang sama.     

"Kamu wanita tua. Pergi dari sini dan belanjalah di pasar tradisional. Disini tidak ada yang bisa ditawar. Hahaha …" Dengan angkuhnya Britney tertawa lebar dihadapan banyak orang. Agnes menghela napas dalam-dalam. Dia malas menghadapi pertengkaran ini. Namun semua orang sudah terlanjur menilainya yang tidak-tidak.     

"Terserah kamu mau bilang apa, anak muda. Aku kesini bukan urusanmu. Dan, mal ini pun bukan punya keluargamu bukan?" Ucap Agnes.     

"Cih! Lalu mal ini punya keluargamu, begitu?" Dengan seringai sinisnya, Britney menatap nyinyir ke arah Agnes yang dimatanya sangat kampungan.     

"Ya, mal ini akan segera menjadi miliknya dan akan berganti nama menjadi namanya." Donni tiba-tiba muncul dari belakang Britney. Dia melihat semua kejadian yang membuat Agnes malu. Namun, Donni menahan emosi dengan mengepalkan kedua tangannya sampai akhirnya kemarahannya sudah di ubun-ubun ketika melihat Agnes terjatuh untuk kedua kalinya.     

"Donni? Kamu ada disini? Kebetulan sekali, aku …."     

"Kamu tidak apa-apa?" Donni melewati Britney dan mendekati Agnes. Otot kedua tangannya yang kekar terlihat jelas karena pria itu menyingsingkan lengan kemejanya hingga sebatas sikut.     

"Tidak apa-apa." Jawab Agnes singkat. Namun matanya tidak lepas dari menatap perempuan muda yang tadi mengajaknya bertengkar, dia mengenal Donni. Apakah perempuan itu …     

"Ayo, kita ke toko buku di tempat lain saja." Donni menggandeng lengan Agnes untuk berjalan keluar mal.     

"Dan, kamu … ini terakhir kalinya aku melihat kekerasan pada Agnes. Kalau sampai terjadi lagi, semua asset yang kuberikan padamu akan aku tarik kembali hingga dirimu menjadi gembel di pinggir jalan." Donni membalik tubuhnya dan mengeraskan rahang memperingati Britney untuk tidak macam-macam.     

"Donni, siapa dia? Apa karena wanita tua itu kamu menceraikan aku?" Britney berteriak histeris.     

"Cerai? Kamu dan dia pernah menikah? Huh, okay. Sepertinya aku … " Agnes kini yang berbicara, berjalan menjauhi Donni dan perempuan muda itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.