Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 100: Seperti Singa yang Mengurung Buruannya



BAB 100: Seperti Singa yang Mengurung Buruannya

0"Hanya sebentar saja. Lain kali aku akan mengganti waktumu dengan hal lain." Perempuan muda yang sudah resmi menjanda itu, menyesap minuman beralkoholnya dalam-dalam. Sungguh nikmat dunia rasanya bisa terlepas dari cengkeraman pria iblis Donni, dalam pikirannya.     

"Kamu yang bilang. Well, baiklah. Acara jam berapa? Aku jemput 1 jam sebelumnya."     

"Jemput aku jam 9 pagi. Bisa kan?"     

"Okay." Sahut Dave malas.     

"Thank you. See you tomorrow." Britney menutup panggilan.     

"Cih! Baru dua kali bercinta dengank sudah berani memerintahku. Baiklah, kita lihat nanti keuntungan apa yang bisa kudapatkan darimu." Dave meletakkan ponsel di atas belakang kepala tempat menaruh ponsel saat berendam didalam bath tub.     

"Huh, kamu lihat saja nanti Darren. Pria yang menolakku akan menyesal. Aku akan tunjukkan padamu dan mamimu yang kasar itu, bahwa Britney bisa mendapatkan yang lebih baik dan lebih kaya. Hahaha …" Britney sudah membayangkan raut wajah Sara dan Darren yang akan menyesal karena telah menolak Britney, perempuan cantik, seksi, dan elegan menjadi bagian dari The Anderson.     

Waktu lekas bergulir cepat. Tak terasa lusa pun hari yang dinanti-nanti telah tiba. Butik Da House hari ini mendadak dipenuhi kesibukan luar biasa. Tidak ada yang tidak sibuk, termasuk Dian yang baru bekerja dua hari dan Calista selaku perwakilan the owner, Sara. Namun, Darren berpesan kepada Hera untuk tidak membiarkan Calista memegang semua pekerjaannya sendiri. Karena kalau si mata hijau yang bilang ke Calista, pasti tidak didengarkan.     

"Dian, kamu di bagian terima tamu ya. Lusi tidak ada yang membantu. Kamu di meja sebelah kanan, Lusi sebelah kiri." Seorang karyawan senior memberitahu Dian apa saja tugasnya. Dain dengan senang hati menerima perintah dan melakukan semuanya. Khusus hari ini, semua karyawan butik Da House memakai pakaian yang sangat anggun. Dress lengan pendek pas di badan dengan panjang selutut warna merah marun, pita besar menghiasi cantik perut mereka.     

"Selamat datang tuan dan nyonya …" Tugas Dian pun dimulai.     

"Disini tempatnya?" Ucap pria tampan yang hidupnya dikelilingi banyak wanita setiap malam.     

"Iya, yuks. Aku sudah tidak sabar untuk menunjukkan pada mereka, pria tampan yang aku bawa hari ini. Huh." Britney menyeringai sinis setelah turun dari mobil dan menggandeng lengan Dave berjalan masuk kedalam butik.     

"Selamat pagi tu … " Senyum mengembang yang sejak tadi terbit dibibirnya, langsung sirna seketika. Berganti dengan wajah pucat pasi. Tamu pria yang baru datang adalah pria yang tidak akan pernah dilupakannya seumur hidupnya.     

Dave melebarkan matanya melihat perempuan yang sejak lama dicari, kini ada di depan matanya. Dian tampil sangat cantik hari ini, beda dengan terakhir kali dia lihat. Kali ini dengan rambut sebahunya, tampilannya tampak lebih segar dan mengundang selera.     

"Selamat pagi tuan nyonya, ini kartu door prizenya. Mohon tulis nama dan no telpon yang bisa dihubungi dan silahkan masuk." Dian langsung kembali fokus dengan pekerjaannya. Dia berusaha menghindari kontak mata dengan pria yang sejak tadi tidak lepas menatapnya tajam.     

"Huh, ada untungnya juga aku datang. Ternyata dia bekerja disini. Huh, bersiaplah."     

"Ayo Dave, kita masuk." Britney yang tidak mengenal Dian, tidak mngetahui ada chemistry mendebarkan yang sedang terjadi di sekitarnya.     

"Aku kembali ke mobil sebentar. Kamu masuk duluan saja." Dave berkata.     

"Ok, tapi kamu jangan pulang yaa. Aku tunggu didalam." Britney segera masuk ke dalam karena ingin mendapatkan tempat duduk di barisan paling depan.     

Dian terpaku berdiri di tempatnya bertugas. Seolah-olah tidak terpengaruh dengan kehadiran pria yang ada dihadapannya ini, Dian masih terus mengumbar senyuman kepada para tamu yang datang. Dave merasakan lama tidak melihat mantan sekretarisnya ini, seperti kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu yang cantik. Dave berdiri tidak jauh dari meja penerima tamu. Dia mengamati gerak gerik Dian. Tiba-tiba hasrat buasnya mendadak muncul.     

"Sial! Kenapa aku jadi ingin menerkamnya begitu melihatnya? Bukankah dia sama saja dengan wanita lain yang aku pakai dan buang?" Dave ingin menenangkan pikirannya dan bertanya dimana toilet pria berada.     

Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Saatnya pagelaran busana yang dikeluarkan oleh Da House dipamerkan. Peragaan pertama adalah beberapa pakaian koleksi terlaris dan terbaru. Ditengah acara, mulailah muncul deretan model yang memamerkan lekuk tubuh mereka menggunakan pakaian bikini yang menjadi produk utama peluncuran produk hari ini.     

Calista berdiri dengan sedikit was-was di belakang panggung, sesaat setelah memberikan sambutannya. Tidak ada yang tahu bagaimana deg-degannya Calista hari ini. Darren tidak bisa menemani karena ada urusan mendesak yang tidak bisa ditinggalkan.     

Setelah semua tamu selesai dan tugas di bagian meja depan sudah berakhir, Dian bermaksud ke lantai dua untuk mengambil tambahan minuman dan kebutuhan lainnya di gudang penyimpanan makanan.     

BAM!!     

Dian kaget bukan main mendengar bunyi pintu yang ditutup. Lebih terkejut lagi melihat dibelakangnya berdiri iblis yang pernah merampas keperawanannya berkali-kali dalam sehari. Iblis itu berdiri dengan tegap dan angkuhnya sambil matanya tidak lepas menyorot ke Dian yang ketakutan. Seperti singa yang sudah berhasil mengurung kelinci buruannya.     

"Jangan mendekat, aku akan berteriak kalau kamu mendekat!" Dian mundur menjauh, setiap Dave melangkah maju berjalan menghampirinya.     

"Ternyata kamu ada ditempat ini. Kenapa resign tidak memberitahuku, hmm? Apa kamu tidak mau gajimu? Oya, kenapa harus keluar dari kosan lamamu juga? Kamu sengaja ingin menghindariku?" Mata Dian melebar sempurna. Bagaimana mungkin pria didepannya ini menyelidiki sampai ke kosan segala? Dian tidak bisa mundur atau bergeser kemana-mana lagi. Matanya menyiratkan permohonan agar melepaskannya. Dia tidak ingin ada orang melihatnya.     

"Kenapa? Kamu takut? Berteriaklah, aku juga bosan berada disini. Mungkin dengan banyak orang yang berdatangan, aku bisa sedikit terhibur." Kini jarak antara Dave dengan Dian hanya lima senti saja. Hembusan napas yang keluar dari bibir Dave, menyapu lembut wajah Dian, memberikan aroma citrus ciri khas laki-laki.     

"Tolong, lepaskan aku. Ini hari keduaku bekerja. Aku tidak ingin dipecat." Air mata Dian mengalir membasahi wajahnya. Dave melihat mata Dian yang menangis bukannya malah kasihan, malah semakin berhasrat ingin memilikinya.     

"Kamu sangat cantik, dengann pakaian ini, pas sekali dengan tubuhmu yang langsing namun memiliki dada besar." Dave meraba tubuh Dian dan membuka kancing pakaiannya satu persatu. Dian menggeleng-gelengkan kepalanya memohon belas kasihan Dave. Namun, pria iblis itu malah justru semakin tertantang.     

"Berteriaklah, aku suka tantangan. Kalau kamu ingin semua melihat kita seperti ini, berteriaklah sekencang mungkin." Tangan Darren yang sudah masuk kedalam pakaian Dian, meremas buah dada yang masih terbungkus dengan bra berwarna hitam berenda. Dian menggigit bibirnya sambil menahan tangisan dan desahan.     

"Aku suka dadamu, besar dan bulat. Diantara semua perempuan yang pernah tidur denganku, punyamu lebih menarik."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.