Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 99: Boneka Beruang



BAB 99: Boneka Beruang

0"Itulah bedanya pria dan wanita. Pria tidak tahan kalau sehari saja tidak bercinta. Tapi, wanita bisa bertahan hingga puluhan tahun lamanya. Karena isi kepala pria sembilan puluh persen seks sementara wanita sembilan puluh persen jalan-jalan." Agnes menjawab pertanyaan Donni dengan sisa-sisa tenaganya.     

"Ternyata istriku masih punya tenaga untuk berdebat. Sepertinya aku harus melakukan sekali lagi agar tenaga dan pikiranmu akan benar-benar habis untuk tidak menyumpahiku terus menerus." Donni mengeraskan rahangnya gemas karena Agnes yang sekarang sudah berani menjawab segala ucapannya. Tidak seperti Agnes yang dulu yang memilih diam dan enggan berdebat.     

"Ahh itu kan menurut buku yang aku baca." Agnes ingin menghindar tapi terlambat. Tubuh Agnes sudah diputar menghadap dirinya dan didudukkan diatas tubuhnya. Kini Donni menginginkan Agnes berada dalam posisi Woman On Top.     

"Donni, jangan ... aku sudah .... Ahhhhh ..." Agnes memekik kaget karena kejantanan Donni sudah masuk kedalam kewanitaan Agnesnya. Untuk kesekian kalinya, meski posisi Agnes sudah diatas, tali kendali tetap didominasi Donni.     

-----     

"Kamu belum mengantuk?" Jam di dinding kamar sudah menunjukkan pukul 10 malam namun Darren masih berkutat dengan laptopnya.     

"Kamu tidur duluan saja. Aku masih ada sedikit pekerjaan." Dengan piyama yang sudah dipakainya, Darren masih tetap sibuk dengan cahaya laptop menerpa wajahnya. Calista bangun dari atas pembaringannya danmenyalakan lampu kamar agar menjadi terang benderang.     

"Kenapa dinyalakan? Aku bisa bekerja dalam kegelapan. Kamu istirahat saja." Darren sempat melihat sekilas apa yang dilakukan Calista, dan beberapa detik kemudian konsentrasinya kembali ke layar laptop.     

"Aku tidak bisa tidur kalau mendengar bunyi orang mengetik." Calista memakai sandalnya dan berjalan ke pintu.     

"Kamu mau kemana?"     

"Aku akan buatkan minuman untukmu." Perempuan hamil itu memutar tubuhnya menhadapi suaminya secara penuh.     

"Tidak perlu, kamu duduk saja." Darren yang tidak sabaran, menghampiri Calista dengan langkah panjangnya dan meraih pergelangan tangan perempuan yang rambutnya tergerai sedikit acak-acakan itu.     

"Jangan keluar kamar malam-malam. Semua pelayan sudah tidur. Dan, aku tidak mengijinkan dirimu untuk sibuk di dapur malam-malam. Sekarang duduk saja disini, biar aku bisa melihatmu sesekali." Darren mendudukkan Calista di atas sofa single panjang yang berada tepat disampingnya.     

"Huft, ya sudahlah." Jawab Calista sambil menghela napasnya. "Padahal aku haus juga." Batinnya kali ini.     

"Kamu mau minum? Aku ambilkan sekarang." Tiba-tiba Darren bertanya seolah-olah tahu apa yang dipikirkan Calista.     

"Tidak-tidak. Kamu lanjutkan saja pekerjaanmu. Aku akan duduk disini." Calista mengedip-ngedipkan matanya dan meraih tangan Darren yang hendak pergi beranjak keluar.     

"Kamu yakin?     

"Sangat yakin." Jawab Calista mantap.     

"Ok, aku sebentar lagi selesai." Darren kembali duduk di sofa sebelah Calista dan memangku laptopnya, untuk melanjutkan pekerjaannya.     

Calista meraih boneka kecil berbentukberuang yang ada disebelah sofanya. Boneka sebagai hadiah pemberian Dian tadi siang karena katanya untuk sedikit balas jasa telah diberikan pekerjaan. Calista mengangkat boneka tersebut di ketiaknya dan memainkannya dengan berpura-pura seperti mengangkat seorang bayi ke udara. Meski tidak bersuara, namun aksinya sukses membuat Darren melihat kelakuannya lebih lama.     

"Eh kenapa? Aku mengganggu ya? Aku tidak bersuara kok. Mmm …" Calista melihat Darren berhenti mengetik dan justru mengamati dirinya yang sedang asyik main boneka-bonekaan.     

"Usiamu berapa masih main boneka?" Tanya Darren.     

"Hmm … tahun ini sekitar dua puluh tiga tahun, tuan. Ada apakah gerangan?" Jawab Calista sambil menyeringai.     

"Hanya anak kecil yang main boneka. Kamu sudah besar dan bahkan sebentar lagi mau punya anak. Apa masih pantas main boneka?" Darren lupa akan pekerjaannya dan justru menemukan kegiatan baru yang lebih menarik perhatiannya, dibandingan angka-angka yang berderet manis di sebuah kotak-kotak yang ada di dalam dokumen excelnya.     

"Boneka itu bukan hanya mainan anak kecil. Orang besar juga main boneka. Mereka lembut dan menggemaskan. Jadi maunya dipeluk terus. Uhhhhh …" Calista memeluk boneka kecil beruang tersebut dan memeluknya layaknya bayi. Darren berdecih dan menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Sini aku pinjam!" Darren tiba-tiba mengambil paksa boneka tersebut hingga membuat Calista kaget bukan main.     

"Hei kembalikan, kamu kan sedang bekerja. Aku mau bonekaku." Calista bangkit dan setengah berdiri duduk diatas sofa dengan satu lututnya, mencoba meraih boneka kesayangan hadiah dari temannya itu. Darren mengangkat boneka dengan satu tangan tinggi-tinggi. Calista hampir bisa meraihnya karena posisi Darren yang hanya duduk. Namun, tiba-tiba Darren merengkuh pinggang perempuan hamil dan menempelkan ke wajahnya.     

"Darren, laptopmu." Calista kaget bukan karena wajah Darren yang menempel di perutnya tapi ada laptop yang masih dipangku Darren disana.     

"Jadi diamlah, jangan bergerak. Laptopku ini berisi data-data yang bernilai milyaran. Kalau kamu bergerak dan menghancurkannya, aku akan membuatmu melahirkan seratus anak untukku." Ujar Darren sambil menciumi perut istrinya yang masih rata.     

"Hahaha, kenapa tidak sekalian saja seribu? Kamu ingin membuat satu cluster Anderson?" Jawab Calista sambil tertawa geli.     

"Humm, boleh juga idemu." Darren menyingkirkan laptop yang ada dipangkuannya. Dan, sebagai gantinya dia mendudukkan Calista diatas pangkuannya.     

"Katanya kamu sibuk? Ya sudah aku mau tidur saja." Calista hendak berdiri namun Darren menahannya.     

"Kamu sudah mengganggu konsentrasiku. Sekarang, aku mau menagih kompensasinya." Darren mendekap tubuh Calista dan menyesap leher jenjangnya. Tangan kiri Darren menggulung rambut Calista yang berantakan menjadi satu kepalan. Sementara, tangan kanannya menarik pinggang perempuan hamil untuk melekat di dadanya. Kedua tangan Calista bersanda di dada suami impulsifnya.     

"Kenapa aroma tubuhmu sangat manis meskipun tidak memakai parfum? Hmm …" Darren menyesap seluruh permukaan kulit leher dan dada Calista.     

"Aku tidak tahu. Eugghh … kulitku tidak pernah tidak meninggalkan bekas merah. Aku malu kalau selalu memakai kaos yang menutup leher." Calista mencoba menjauh namun Darren memburunya dengan menariknya kembali.     

"Katakan saja, kalau suamimu ini senang menghisap tubuhmu. Bagian mana dari tubuhmu yang belum pernah aku hisap?" Darren lagi-lagi selalu berhasil membuat wajah dan telinga Calista memerah menahan malu. Sungguh urat malu pria ini sudah benar-benar hilang.     

-----     

"Dave, lusa temani aku ke launching swimswear butik temanku yuk. Aku sudah cek jadwalmu dan lusa kamu bebas tidak ada rencana kemana-mana." Britney yang sedang bersantai menikmati anggur merah di dalam rumah pemberian terakhir dari Donni.     

"Aku tidak punya jadwal bukan berarti aku tidak punya tempat yang dituju. Aku paling malas menghadiri acara semacam itu." Jawab Dave. Pria yang terkenal playboy itu sedang menikmati berendam didalam bath tub yang berisi air hangat dan aromatherapy favoritnya, yang selalu dilakukannya setiap pulang bekerja.     

"Hanya sebentar saja. Lain kali aku akan mengganti waktumu dengan hal lain." Perempuan muda yang sudah resmi menjanda itu, menyesap minuman beralkoholnya dalam-dalam. Sungguh nikmat dunia rasanya bisa terlepas dari cengkeraman pria iblis Donni, dalam pikirannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.