Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 89: Seperti Pakaian



BAB 89: Seperti Pakaian

0Dave terdiam memandang tubuh ringkih yang telah dia nodai pagi ini berkali-kali. Dimana jiwa liar dan buasnya yang biasa bersemayam? Dave sendiri tidak sadar kenapa dia harus mengikuti kemana Dian pergi, bahkan mengantarkannya ke kosan tempat dia menginap. Dave berjongkok menyamakan tinggi Dian yang sedang luruh menangis tersedu-sedu sambil berjongkok.     

"Bagiku, perempuan itu seperti pakaian. Yang bisa aku pakai dan buang sesuka hatiku. Dan, banyak wanita yang bersedia dengan ikhlas menjadi teman tidurku. Jadi, harusnya kamu sangat beruntung bisa aku pilih hari ini. Huh!" Dave berdiri dan hendak pergi dari tempat itu.     

"Anda pria brengsek, kurang ajar, tidak tahu diri, bejat. Aku doakan semoga hidupmu selalu mengalami kesialan bertubi-tubi dan tidak akan memiliki keturunan …. Ummppphh …" Dave mengunci rapat-rapat bibir Dian yang sedang menyumpahi dan merutukinya, dengan menarik tengkuk perempuan malang tersebut dan menciumnya dengan dalam dan liar. Dian membalasnya dengan menggigit bibir Dave. Dave yang merasa perih tidak menghentikan aksinya. Malah justru menangkup wajah Dian dengan kedua tangannya dan memaksanya melesakkan lidahnya masuk kedalam rongga mulut Dian.     

Dian memukul-mukul dada Dave karena kehabisan napas dan mendorongnya sekuat tenaga tapi sia-sia karena dia tidak bisa menggerakkan dada kokoh itu meski satu senti pun. Dave pun melepaskan ciuman mereka sambil menyeringai sinis.     

"Bibirmu manis sekali tapi kata-katamu kotor. Jangan sampai malaam ini aku mengulangi apa yang aku lakukan tadi pagi. Berhati-hatilah kalau berbicara. Sampai ketemu besok pagi, sayang." Dave menyeka bibir Dian yang terkena darah dari bibir Dave. Air mata Dian yang mengalir deras di pipi mulusnya pun diseka Dave dengan ibu jarinya yang besar. Dian seperti terhipnotis tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya dadanya sesak karena menahan tangisan.     

Beruntung jalanan didepan kosan nya malam itu sepi tidak ada satu orang pun, sehingga apa yang dilakukan Dave tidak akan membuat Dian malu untuk menyapa orang-orang besok pagi. Dave berjalan meninggalkan Dian yang berdiri sendiri mematung sambil menangis. Mungkin kalau orang-orang yang melihat, ada perempuan yang patah hati dan menangis karena diputuskan pacarnya. Padahal, kenyataan tidaklah seperti yang dilihat.     

"Heiii Dave, aku sedang berbicara padamu! Sial!" Britney keluar ruangan dengan kesal karena dirinya tidak dianggap sama sekali. Namun, Britney tidak berani membanting pintu karena posisinya saat ini adalah membutuhkan pekerjaan untuk kelangsungan hidupnya kelak sebagai janda dari Donni Rickman.     

"Panggil manager HRD sekarang ke ruanganku segera." Dave menekan satu nomer dan memutuskan panggilan tanpa menunggu jawaban dari ujung telpon.     

5 menit kemudian, dengan tergopoh-gopoh datang seorang pria paruh baya dengan kumis hitam lebat dan rambut hitam di belah tengah, ke lantai paling tinggi yang merupakan jajaran para eksekutif dan ruangan dimana presiden direktur berada.     

Tok tok tok ….     

"Masuk!"     

"Selamat siang tuan presdir. saya Ridwan, manager HRD. Ada yang bisa saya bantu?" Ridwan menghampiri meja presiden direktur namun memberi jarak satu meter.     

"Sekretaris baru yang kamu pindahkan dari HRD menjadi sekretaris pribadiku, apa benar dia mengundurkan diri?" Dave menatap Ridwan dengan tatapan tajam, sambil bersandar di kursi kebesaran dan mengetuk-ngetukkan jarinya.     

-----     

"Terima kasih makan siangnya. Aku senang sekali, walau tidak jadi makan sop iga bakar. Hehehe .." Mobil yang membawa Calista dan disetir Darren berhenti didepan butik Da House.     

"Kita akan pulang cepat dan makan malam dirumah, biar asupan nutrisimu terjaga. Tidak seperti tadi makanan cepat saji." Jawab Darren sambil mengelus pipi mulus sang istri.     

"Cih! Iya iya, makanan harus bergizi. Baiklah, aku kembali ke dalam. Kamu pulang jam berapa?" Tanya Calista.     

"Jam 4 aku jemput. Dan itu berarti tiga jam lagi. Kita mampir ke rumah sakit dulu sebelum pulang kerumah." Jawab Darren.     

"Okay, baiklah aku masuk sekarang. Hati-hati dijalan. Menyetir jangan bermain hp." Calista hendak menarik gagang pintu mobil ketika Darren meraih tengkuk Calista dan menempelkan wajah istrinya ke wajahnya sendiri.     

"Jaga kesehatanmu baik-baik." Darren mengecup kedua mata Calista, hidung, dan berakhir di bibir yang sangat memabukkan baginya. Calista membalasnya dengan menyambut ciuman Darren. Darren yang merasa mendapat sambutan dengan baik, semakin meningkatkan intesitas ciumannya dan bahkan kancing kemeja Calista dibuka satu persatu tanpa Calista sadari.     

"Darren, jangan disini. Ahhh …. Kamu … nanti … ada yang …isshhh … lihat." Darren sudah berhasil menciptakan banyak jejak merah disepanjang leher dan dada Calista. Kuncup buah dada Calista pun tidak luput dari sesapannya. Ingin rasanya Darren memasukkan kejantanannya yang sudah mengeras namun Calista mendorong dada suami yang mulai kehilangan kendali itu.     

Darren membuat gerakan merebahkan kursi yang diduduki Calista menjadi berbaring sempurna.     

"Tolong aku ya …" Darren membuka kancing dan zipper celananya.     

"Darren, ini didalam mobil. Aku takut …"     

"Jangan takut, kacanya gelap tidak akan terlihat dari luar." Darren mengangkat kaki Calista dan merenggangkannya. Segitiga penutup dibawah sana dilucutinya. Calista benar-benar tidak bisa berbuat apapun untuk menghentikan aksi nekat Darren.     

"Darren, pelan-pelan … ahhhhh …" Kejantanan Darrenn berhasil masuk seluruhnya kedalam kewanitaan Calista. Sungguh kenikmatan tiada tara bagi Darren setiap bercinta dengan Calista. Tubuhnya dan tubuh Calista bergetar hebat merasakan denyutan lahar hangat yang akan keluar dari masing-masing.     

"Calistaaa …."     

"Darreeen …"     

"Terima kasih sayang, kamu sungguh luar biasa." Darren berbisik di telinga Calista yang masih berusaha untuk bernapas dengan normal akibat permainan singkat Darren namun badainya tidak kalah besar dengan ritme lama.     

"Darren, aku lelah. Aku ngantuk." Calista yang awalnya ngantuk karena kekenyangan, kini tambah ngantuk karena dipacu berlebih oleh Darren.     

"Hehehe, tidurlah. Aku akan memberitahu Hera." Darren menyelimuti tubuh Calista dengan jas hitamnya. Darren pun merapihkan kembali celana dan pakaiannya yang terlihat berantakan.     

"Hera, kalau ada yang mencari Calista, bilang saja untuk kembali besok. Nyonya muda kalian sedang istirahat." Darren memutuskan panggilan sepihak seperti biasa.     

"Huft …" Hera menghela napas setelah panggilan telpon diputuskan. Dia tahu benar arti dari istirahat jika tuan mudanya yang menyampaikan pesan. Hasrat gejolak sepasang suami istri ini benar-benar luar biasa.     

"Mohon maaf, nyonya Calista sedang beristirahat sejenak. Hormon kehamilannya membuat beliau lebih sering lelah dan mudah mengantuk." Hera memberikan alasan jitu kepadan 3 orang dari tim EO yang datang dan telah menunggu sejak pagi.     

"Wahh, nyonya Calista sedang hamil yaa? Aduh selamat ya bu Hera. Tolong sampaikan salam dari kami. Senang sekali pasti ibu Sara akan menjadi oma cantik sebentar lagi." Jawab salah seorang dari mereka.     

"Pasti akan saya sampaikan." Hera tersenyum mendengarnya.     

Darren mengendarai mobilnya menuju kantor The Anderson Group. Jarak butik dan kantornya sekitar setengah jam kalau lancar. Sesampainya di tempat parkir basemen, Darren memarkirkan mobilnya perlahan. Dan, dia pun ikut merebahkan kursi dibelakangnya menjadi sejajar dengan Calista, the sleeping beauty.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.