Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 83: Menerima Buket Bunga



BAB 83: Menerima Buket Bunga

0Kurang dari dua jam, pesawat mereka sampai di bandara. Jam menunjukkan pukul 3 sore. Calista pun bersikukuh untuk ikut ke rumah sakit menjenguk papi Darren. Mobil yang semula mengarah pulang, kini berbelok menuju rumah sakit yang jaraknya 1 jam lagi dari bandara.     

Hera tidak ikut serta kerumah sakit. Mobil terpisah mengantarnya pulang. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Calista tiba-tiba merasakan mual dan pusing. Perempuan hamil itu pun merebahkan tubuhnya ke samping dan tidur meletakkan kepalanya diatas paha Darren. Darren melihat wajah Calista yang pucat pasi. Jari jemarinya mengurut pelan kening dan leher Calista agar membuatnya nyaman. Calista pun tertidur sedikit pulas, lebih baik daripada sebelumnya.     

"Kamu tunggu nyonya disini. Saya akan naik sebentar." Darren tidak membangunkan Calista yang sedang pulas tidur di kursi belakang. Si mata hijau tidak tega untuk membangunkannya.     

"Siap tuan." Jawab sang supir. Mobil dikemudikan menuju parkiran khusus yang lebih teduh agar majikannya bisa lebih nyaman tidur.     

"Bagaimana mi? Apa kata dokter?" Darren menghampiri Sara yang sedang duduk di ruang tunggu pasien bersama seorang asistennya.     

"Darren? Dimana Calista?" Sara celingukan mencari keberadaan sang menantu yang sedang hamil.     

"Ada didalam mobil. Dia tertidur jadi aku tidak membangunankannya. Bagaimana papi?" Darren kembali menanyakan kondisi sang papi yang membuatnya buru-buru kembali ke Jakarta, meskipun waktu berliburnya masih tersisa dua hari lagi.     

"Dokter bilang kondisi papimu sudah lebih baik. Hanya saja masih tetap dimonitor dokter untuk lebih baiknya." Sara menghela napas kasar. Ada sesuatu yang ingin dia katakan, namun tertahan di ujung lidahnya.     

"Ada apa mami? Ada masalah di kantor papi?" Darren mengerutkan dahi melihat maminya yang dilanda kebingungan.     

"Darren, mami dengar dari ajudan papimu, ada beberapa direktur yang sedang bermain di belakang papimu untuk menggeser posisinya. Saat rapat berlangsung, beberapa orang tersebut memojokkan papimu dengan beberapa data palsu yang menjatuhkan papi. Mami rasa mami tahu siapa saja mereka tapi mami tidak punya cukup bukti." Sara duduk di kursi yang semula didudukinya.     

"Tiga hari lagi mami launching produk. Mami tidak mungkin membatalkan acaranya. Tapi, lebih tidak mungkin lagi mami meninggalkan papimu. Mami bingung." Sara menutup wajahnya dengan telapak tangannya pasrah tidak tahu harus berbuat apa.     

"Darren, kenapa kamu meninggalkan aku?" Calista tiba-tiba muncul di belakang Darren yang sedang berpikir solusi agar semua bisa dikerjakan tanpa harus mengorbankan yang lain.     

"Aahhhh Calista, mami punya ide." Tiba-tiba mata Sara berbinar cerah. Darren mengerutkan dahinya menebak ide apa yang akan diucapkan Sara.     

"Ada apa mi?" Tanya Calista bingung, matanya memandang Darren dan Sara bergantian.     

"Calista sayang, bantu mami untuk mewakili launching produk mami tiga hari lagi ya." Mami memegang lengan Calista dengan tatapan penuh harap.     

"APA?" Darren dan Calista spontan berteriak bersamaan.     

"Mami, jangan aneh-aneh. Mana mungkin Calista mewakili promosi produk terbaru mami. Lebih baik diundur saja daripada Calista yang harus tampil. Tidak-tidak aku tidak akan menyetujuinya." Darren mengibaskan tangan ke udara menolak ide gila Sara.     

"Calista hanya perlu tampil, senyum, dan menerima buket bunga dari beberapa sponsor. Tidak perlu menjelaskan apa-apa dan berbicara ap-apa juga." Sara menjelaskan.     

"Kamu mau ya sayang. Mami tidak mungkin meninggalkan papi Darren di rumah sakit sendirian. Mami sudah menyiapkan segalanya, kamu hanya perlu berdiri di panggung di akhir acara." Ucap Sara mencoba mendapatkann persetujuan sang anak menantu.     

"Mami, aku tidak mungkin …"     

"Baiklah mi, aku setuju! Aku akan berusaha yang terbaik untuk tidak mengecewakan mami. Tapi, aku perlu mempelajari beberapa hal dulu." Jawab Calista dengan senyum cerahnya.     

"Calista!" Darren setengah berteriak memelototi istrinya yang ceroboh namun nekat itu.     

"Kamu tenang saja, Darren. Aku bukan akan menjadi modelnya. Aku hanya mewakili mami untuk menerima buket bunga dari para sponsor. Begitu bukan mam?" Jawab Calista meminta penegasan. Darren menganga tidak percaya. Matanya menyipit seperti akan mengatakan sesuatu namun ditahannya.     

"Mami tidak akan membuat istrimu mengenakan bikini. Kamu tenang saja. Meskipun sebenarnya, tubuh istrimu sangat ideal seperti model pada umumnya." Jawab mami menggoda anak satu-satunya yang dipastikan sudah terjerat dengan pesona Calista.     

"Mami! Huft … diundur saja! Aku tidak mau istriku masuk ke dunia seperti mami. Aku tidak ingin dia bergaul dengan segala intrik dunia fashion." Ucap Darren mengungkapkan segala cara demi tidak tampilnya sang istri.     

"Darren, mami sudah tidak ada pilihan lain. Dan, acara itu tidak mungkin mami tunda atau gagalkan. Banyak sponsor dan pihak media sudah mami hubungi untuk meliput jalannya acara. Tolong mami lah kali ini. Mami yakin Calista bisa. Okay?" Kedip mami. Sungguh Darren suami yang posesif, dan itu yang Sara ketahui sejak lama sebenarnya. Hanya saja Darren menutupinya.     

"Kalau begitu, kami pulang dulu. Mami jaga kesehatan baik-baik. Besok kami akan kembali lagi kesini." Darren berpamitan hendak pulang, setelah menengok sejenak sang papi yang masih terbaring lemah dengan banyak bantuan kabel infuse dan oksigen yang terhubung ke tubuhnya.     

"Mami, Calista pulang dulu sekarang. Besok Calista akan minta penjelasan mami secara lengkap mulai dari A sampai Z agar Calista tidak memalukan mami kelak." Calista mencium punggung tangan Sara dan mereka pun berpamitan pergi. Sara menghela napas panjang melihat anak dan menantunya berjalan beriringan menjauhi rumah sakit.     

"Kamu yakin bisa?" Darren membahas kembali ketika mereka sudah didalam mobil dalam perjalanan pulang.     

"Aku usahakan. Kasihan mami kalau sampai gagal acaranya. Aku tahu banget banyak yang bergantung pada jalannya acara ini. Kamu tidak bisa menunda atau malah menggagalkannya." Jawab Calista penuh semangat.     

"Lalu, kamu akan mengenakan pakaian seperti apa disana? Tidak mungkin pakai daster kan?" Jawab Darren sambil menyeringai sinis.     

"Cih! Aku akan pakai bikini yang mami kirim fotonya waktu itu ke kamu." Jawab Calista sebal sambil memandang kea rah luar jendela.     

"Oh kamu berani pakai pakaian seperti itu diluar, lihat saja aku akan robohkan panggungnya dan aku hancurkan semua kamera disana. Tidak peduli dengan reputasi pameran dan nama baik mami." Jawab Darren tampak serius.     

"Sudahlah, aku capek sekali. Tadi aku tidak nyenyak tidur karena ketika aku bangun kamu tidak ada." Calista menyandarkan kepalanya ke jendela mobil dan matanya pun langsung terpejam dan dengkuran halus tidak lama kemudian terdengar.     

Darren berkelana dengan pikirannya sendiri, membayangkan Calista memakai bikini diatas catwalk. Tidak ada yang boleh melihat tubuh istriku kecuali aku sendiri. Awas kamu kalau berani menentangku, Calista. Batin Darren.     

-----     

"Darren, kamu sudah kembali dari Bali? Aku akan ke mansionmu ya. Sudah lama sekali aku tidak menginap disana." Britney masih tetap berusaha mendekatkan diri kembali ke Darren yang sudah membuang nama dan wajahnya didalam hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.