Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 80: As You Wish!



BAB 80: As You Wish!

0"Aku harus mendekati maminya Darren. Darren anak yang sangat berbakti jadi pasti semua keinginan orangtuanya tidak akan ditolaknya. Cih! Mau menolak pesona seorang Grace? In your dream, Darren!" gumam Grace.     

"Kamu belum pulang? Kupikir sudah keluar dari kamarku!" Lewis keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk putih yang membungkus bagian bawah tubuhnya mulai dari perut. Rambutnya yang agak panjang tergerai setengah basah dan airnya menetes ke tubuhnya. Dengan tubuh terpahat sempurna dan dada sixpack, sungguh pemandangan yang sangat menggoda bagi perempuan manapun yang melihatnya, tidak terkecuali Grace.     

"Kamu … menginginkanku malam ini?" Grace berjalan menghampiri Lewis yang sedang mencari baju ganti didalam lemari, dengan elegan dan dibuat tampak seksi menggoda.     

"Sorry, aku lagi tidak mood malam ini. Lebih baik kamu pulang. Aku ingin sendiri malam ini." Lewis menahan jemari lentik Grace yang sudah meraba dadanya dan menyusuri perut hingga kebawah dan ingin membuka simpulan handuk.     

"What? Kamu juga menolakku?" Grace menampakkan wajah cemberut kesal yang manja. Sejujurnya, Lewis lebih suka melihat raut wajah marah Calista yang tidak dibuat-buat daripada wajah manja wanita didepannya.     

"Please, aku butuh waktu untuk sendiri malam ini." Lewis tersenyum tipis dan menaikkan alisnya. Grace menghela napas kasar menyadari bahwa dirinya ditolak mentah-mentah malam ini.     

"Aku pergi. Oya, aku akan kembali ke Jakarta besok. Aku harap aku masih bisa bertemu denganmu disana. Dan, kita bisa berkumpul dan bersenang-senang seperti dulu dengan Jack dan Darren. See ya." Lewis tidak menjawab apapun yang dikatakan Grace. Sejak pertemuannya dengan Calista tadi siang, pikirannya dipenuhi dengan semua perkataan Darren tentang pernikahan dan kehamilan Calista.     

Lewis mengambil kaos oblong warna abu-abu dan memakai celana boxernya warna hitam. Pria metropolis ini menasbihkan dirinya untuk tidak kemana-mana malam ini. Pria yang menyukai dunia malam dibelakang layar ini, menyalakan radio tape besar yang ada di dalam ruangan. Lagu Ed Sheeran adalah pilihan di daftar lagunya. Dengan anggur dan musik, cukuplah bagi Lewis menikmati malam tanpa harus keluar kamar.     

-----     

"Dave, kamu dimana? Aku sudah siap." Britney mematut dirinya didepan cermin besar. Dave berjanji mengajaknya ke sebuah diskotik tempat temannya yang baru dibuka. Britney yang setelah bercerai, tinggal didalam rumah yang diberikan Donni padanya. Rumah yang cukup luas untuk seorang perempuan yang tinggal seorang diri, membuat Britney agak kerepotan membersihkannya. Akhirnya, dia membuka lowongan untuk bersih-bersih rumahnya. Didapatkannya seorang supir dan dua pelayan bersih-bersih rumah. Britney mengandalkan sejumlah uang terakhir yang diberikan Donni sebaga kompensasi perceraian dini.     

"Aku sudah mau sampai. Kita langsung berangkat ya." Dave membelokkan mobilnya menuju tikungan pertama hingga menuju sebuah rumah lumayan besar di ujung jalan.     

"Oke." Britney keluar dari kamarnya di lantai dua menuruni anak tangga untuk menuju ruang tamu. Disana dia memutuskan untuk menunggu Dave datang.     

Tin tin tin …     

Bunyi mobil Dave telah tiba dan Britney pun segera keluar dari rumahnya dengan perasaan gembira. Dia sudah lama tidak merasakan euphoria kebebesan seperti saat ini sejak menikah dengan Donni.     

"Kamu cantik sekali." Dave memuji penampilan Britney yang dinilainya terlalu berani dan terbuka. Dengan gaun berpotongan kerah sangat rendah dengan hanya sepanjang lutut, penampilan Britney malam ini berhasil memukau seorang pria hidung belang seperti Dave.     

"Huh, kamu selalu bisa menyanjungku hingga ke langit ketujuh. Tapi ingat, aku tidak akan bercinta denganmu malam ini. Malam ini aku mau menikmati malam sampai pagi dengan dansa sepuasnya dan minum sampai mabuk. Hehehe …" Britney menyeringai.     

"As you wish, mam." Dave pun terkekeh dan melajukan mobilnya lebih cepat menuju tempat tujuan mereka malam ini.     

"Dave, posisi yang kamu tawarkan padaku, apakah sudah sesuai dengan kriteria yang aku mau?" Britney mempertanyakan lowongan pekerjaan di kantor Dave yang ditawarkan padanya. Biar bagaimanapun, Britney ahrus realistis. Uang yang dia terima dari Donni lama kelamaan akan habis sedangkan kebutuhannya sangat banyak dan tinggi. Jadi mau tidak mau dia harus bekerja juga pada akhirnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.     

"Jangan khawatir. Menjadi asisten pribadiku kamu hanya harus selalu sedia jika aku butuhkan. Tugasnya tidak banyak dan tidak membutuhkan banyak ketrampilan. Karena aku tahu kamu tidak bisa melakukan apapun kecuali bergoyang diatas ranjang. Hahaha …" Dave tertawa lebar, sedangkan Britney hanya tersenyum kecut. Entah apa maksud perkataan dari Dave, apakah ini sindiran atau pujian.     

"Okay bos, mulai besok, segala perintahmu adalah kewajiban untukku. Tapi malam ini, biarkan aku menjadi bosmu sebelum besok aku menjadi karyawanmu." Jawab sinis Britney.     

Dave menyeringai sinis mendengar ucapan Britney.     

Mobil yang mereka tumpangi pun sudah sampai di depan sebuah diskotik terkenal di Jakarta. Dave melemparkan kunci mobil sportnya pada salah seorang pria petugas valet parking. Dave dan Britney berjalan masuk kedalam diskotik tanpa harus menunggu gantian dengan beberapa orang diluar.     

Suasana hingar binger langsung terasa sejak mereka menginjakkan kakinya didalam diskotik. Seorang DJ yang memainkan sebuah lagu dengan keahliannya sendiri, mampu menghipnotis banyak tamu untuk larut dalam suasana melupakan masalah.     

"Haiii Britney, apa yang kamu lakukan disini? Suami tuamu sudah boleh megeluarkanmu malam-malam begini?" Seorang perempuan muda dengan pakaian kurang bahannya, mendekati Britney dan menyapanya.     

"Santi? Haii, apa kabarmu?" Britney senang sekali bertemu teman lamanya saat dia masih sekolah. Berita pernikahan Britney tidak seheboh berita perceraiannya. Sehingga orang tidak bisa mengira kapan sebenarnya mereka menikah.     

"Aku baik-baik saja. Kamu datang sama siapa?" Britney perlu mengeraskan suaranya karena didalam diskotik, suara pelan adalah sesuatu hal yang mustahil bisa didengar siapapun.     

"Pacarku. Dia ada disana. Itu yang memakai kaos putih dan sedang duduk minum didepan bartender." Santi melambaikan tangannya pada pacarnya begitupun pacarnya.     

"Baiklah, nanti kita bertemu lagi. Aku harus menemui bosku dahulu." Jawab Britney sambil megedipkan sebelah matanya.     

"Bos? Memangnya dia sudah bekerja? Dengan siapa?" Jiwa seorang reporter yang harus selalu tahu perkembangan dunia keartisan, membuat pikirannya mau tidak mau mengarah ke hal negative."     

"Dave?"     

"Darimana saja kamu? Aku nengok sebentar sudah tidak ada." Gerutu Dave kepada Britney yang baru datang.     

"Aku tadi bertemu teman sekolahku. Ternyata dia sering kesini." Jawab Britney.     

"Lalu?" tanyan Dave lagi.     

"Jika berkenan, bolehkah aku merekomendasikan salah seorang asisten untuk bekerja didalam perusahaan tempatmu berada?" Britney berharap dia bisa tetap waras jika dia berada didekat Dave kelak. Pria ini sudah terlalu berani untuk meminta ciuman selamat tinggal.     

"Baiklah, jadi kamu tidak akan disibukkan dengan segala urusan kantor. Bawa dia ke kantorku besok." Jawab Dave sambil menyeringai sinis.     

"Ohh, terima kasih Dave, aku akan bilang padanya saat bertemu nanti disini." Jawab Britney sambil memeluk erat tubuh kekar didepannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.