Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 75: Gatal



BAB 75: Gatal

0Baru beberapa suapan makan, tiba-tiba Calista merasakan kulitnya gatal-gatal. Tangannya tidak berhenti menggaruk tangan, kaki, dan lehernya.     

Darren yang melihat mulai merasa was-was.     

"Kamu kenapa?" Darren mendekati kursi Calista dan memegang tangannya yang menggaruk disana sini.     

"Entahlah, tiba-tiba aku merasa gatal." Jawab Calista sambil mengepalkan tangan dan mengatupkan bibirnya menahan gatal.     

"Kita kembali ke hotel." Darren memegang tangan Calista dan membantunya berdiri untuk segera meninggalkan restoran tersebut.     

"Tapi, makanannya belum habis. Aku …"     

"Nanti pesan antar ke kamar saja. Ayo, cepat jalan." Darren menuju kasir dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah tanpa mempedulikan kembaliannya. Darren bergegas menggenggam tangan Calista menuju parkiran mobil.     

"Jangan digaruk. Nanti berbekas di kulitmu." Darren memegang tangan Calista dengan tangan kirinya sambil menyetir mobil menuju hotel.     

"Iya." Calista menggerak-gerakkan kaki menahan gatal. Bibirnya terkatup dan sering menghembuskan napas.     

"Pasti salah satu dari makanan tadi yang membuatmu alergi. Aku kan sudah bilang jangan makan seafood tapi kamu selalu membantahku." Darren tampak emosi dan mengemdikan mobilnya cepat-cepat. Calista diam tanpa menjawab apapun. Memang tadi dia yang memaksa untuk makan disana.     

"Panggilkan aku dokter ke kamarku, sekarang juga!" Darren menyuruh seorang manajer yang menyambut kedatangan Darren dan Calista di pintu masuk hotel. Semua orang yang melihat ekspresi murka Darren, terdiam tidak berani menyapa kedatangannya. Mereka semua tertunduk menyembunyikan wajah mereka masing-masing.     

"Sungguh tipe suami ideal. Sudah kaya raya, tampan, tinggi, dan sayang sekali sama istrinya. Duh, aku mau deh walau Cuma jadi selingkuhannya, hihihi"     

"Ssttt, awas jangan sampai kedengeran. Ini hotel punya dia. Bisa dipecat kamu nanti kalau bicara sembarangan."     

"Upss, iya iya."     

Berbagai gossip merebak tak terelakkan menerpa Darren. Seorang manajer bertindak cepat memanggil dokter langganan hotel tersebut.     

"Cepat buka bajumu, aku mau lihat seberapa parah alergimu." Darren mendudukkan Calista di tepi kasur sesampainya didalam kamar.     

"Apa? Tidak tidak. Ini mandi air hangat juga nanti hilang." Calista menyilangkan kedua tangannya didepan dada, melihat Darren yang sudah bersiap-siap ingin membuka blousenya.     

"Kamu jangan banyak membantah. Jangan sampai pakaianmu membuat gatal-gatalmu semakin parah." Jawab Darren.     

"Tapi bener kok ini tidak apa-apa …" Calista mengusap pahanya yang semakin terasa gatal.     

Pria bermata hijau tanpa kompromi lagi langsung melepas blouse yang dipakai sang istri dan membuka celana sebetisnya, dengan sedikit paksaan.     

"Darren, lepaskan. Apa yang kamu lakukan? Aku bisa sendiri!" Calista meronta namun tenaganya kalah jauh dengan Darren sehingga kini dia hanya mengenakan bra dan segitiga penutup dengan warna pastel senada. Calista menutup matanya karena merasa malu ditelanjangi Darren meski hanya separuh saja.     

Darren mengerutkan alisnya. Tampak ruam-ruam merah di beberapa bagian tubuh istrinya. Calista menggigit bibirnya panik. Darren tampak intens menatap-merah di kulit tubuhnya yang putih mulus..     

"Sudah aku bilang jangan makan seafood. Kenapa kamu tidak pernah mendengar ucapanku?" Darren menatap mata Calista yang ketakutan.     

"Iya maaf, aku tidak mengira akan begini. Biasanya juga tidak apa-apa." Jawab Calista mencoba mencari alasan.     

"Biasanya kamu tidak hamil. Sekarang lagi hamil. Huuhh …" Darren menahan emosinya agar tidak mengeluarkan kata-kata kasar lagi. Pria yang dalam beberapa bulan lagi menyandang status daddy ini, melangkah tergesa-gesa menuju kamar mandi. Dia mengisi bak mandi dengan air hangat hampir setengah lebih kapasitasnya.     

"Kemarilah." Darren menuntun tangan Calista yang tampak kebingungan, untuk mengikutinya ke dalam kamar mandi,     

"Mau apa?" Dengan hanya memakai pakaian dalam, Calista berjalan mengikuti kemana tangannya ditarik lembut sang suami.     

"Aku sudah menghangatkan air mandi untukmu. Kamu berendam saja dulu sebelum dokter datang. Jangan gunakan sabun. Cukup berendam saja." Darren membantu melepaskan sisa pakaian Calista yang masih melekat di badan.     

"Ini … sepertinya tidak usah dilepas." Jawab Calista malu-malu, melihat Darren yang tampak tidak peduli. Dia tetap melepaskan bra dan penutup bagian bawah Calista. Kini perempuan hamil itu tampil polos dan langsung membenamkan dirinya didalam bak mandi berisi air hangat.     

"Bagaimana? Kurang hangat atau sudah cukup?" Tanya Darren dengan teliti.     

"Su-sudah cukup. Kamu bisa keluar sekarang. Aku akan berendam sendiri." Jawab Calista. Namun, beberapa detik berikutnya, pupil matanya melebar. Pria yang ada dihadapannya ini, malah membuka bajunya dan meloloskan semua pakaian yang ada didalam tubuhnya.     

"Kamu mau apa? Nanti kalau ada dokter datang bagaimana?" Tanya Calista panik.     

" Biarkan saja dia menunggu." Jawab Darren santai. Satu kakinya mulai masuk kedalam bath tub, disusul satu kaki lainnya dan pria itu pun duduk didalam bath tub dengan posisi bersandar di hadapan Calista. Perempuan yang menggelung rambutnya hingga ke atas kepala itu menunduk malu. Entah mengapa, setiap dia dan Darren berduaan saja, apalagi dalam keadaan polos tanpa benang sehelaipun, hatinya masih diliputi rasa malu seperti baru pertama kali saja.     

"Luruskan kakimu. Aku akan mengusap rasa gatal ditubuhmu agar berkurang." Darren mengambil satu kaki Calista yang berada didasar bak mandi tersebut.     

"Aku bisa sendiri." Jawab Calista.     

"Jangan membantah!" Sahut Darren dengan tatapan mata sinis.     

"Huft …" Calista mendesah pasrah. Sepasrah dia merelakan kedua kakinya berada dalam genggaman tangan Darren.     

"Kakimu lumayan panjang dan mulus, aku melewatkan bagian ini setiap kita berhubungan. Apa kamu suka?" Darren memijat kaki, betis, dan perlahan menuju paha bagian dalam Calista. Si mata hitam memejamkan mata dan mengatupkan bibir menahan desahan agar tidak keluar dari bibirnya.     

"Mendesah saja, jangan ditahan. Gatal-gatal ini akan hilang jika mandi air hangat dibagian luar. Dan, aku akan menghangatkan bagian dalam tubuhmu." Darren mengusap hingga ke pangkal paha dan mulai bangun terduduk untuk mengusap kewanitaan Calista. Calista tidak tahan untuk mengerang dan mendesah. Kepalanya terangkat ke atas memperlihatkan leher jenjangnya yang terbuka lebar karena rambut yang tergelung ke atas.     

"Eughhh … uhhh …" Dengan sekali hentakan. Darren menghujam kewanitaan Calista didalam air. Ini pertama kalinya bagi mereka untuk bercinta didalam bath tub. Dan. Darren merasakan sensasi berbeda. Kedua tangan Darren memegan tepi bath tub yang ada disebelah Calista.     

"Sebut namaku!" Darren berkata dengan nada mengintimidasi.     

"Ahhh … Darren …" Calista memegang punggung Darren agar tubuhnya tidak tenggelam didalam air hangat yang merendam separuh tubuhnya. Setelah beberapa saat, Darren merubah posisinya dengan membiarkan Calista duduk diatas perutnya. Darren khawatir menindih tubuh Calista.     

Dalam posisi seperti ini, Calista bertumpu pada dada Darren. Buah dada Calista yang cukup besar bergerak aktif diatas wajahnya. Darren meraup dengan rakusnya bergantian kanan dan kiri, membuat Calista mengerang menahan kenikmatan. Setelah beberapa lamanya, keduanyapun mencapai titik klimaks secara bersamaan. Calista menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh Darren. Dia benar-benar tampak lelah.     

"Pengobatan gatal macam apa ini? Bukan tubuhku yang gatal, tapi tubuhnya yang gatal." Batin Calista.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.