Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 52: Hamil (3)



BAB 52: Hamil (3)

0"Dia memuntahkan semua makanan yang masuk hanya dalam 1 detik di dalam perutnya." Jawab Darren sambil melipat kedua tangannya didepan dada, dengan tatapan menghujam Calista tanpa berkedip sedetikpun.     

"Perutku mau makan tapi mulutku tidak mau menerima." Calista tertunduk lesu. Darren menghela napasnya. Dia tahu dari berita online yang dibacanya kalau beberapa ibu hamil tidak bisa menerima asupan makanan karena factor hormon. Tapi biar bagaimanapun, Calista harus makan demi anak yang dikandungnya, juga tubuhnya sendiri.     

"Hmm, mami coba nanti bawakan vitamin atau susu buat ibu hamil yaa. Untuk sementara ini, kamu makan buah yang mami bawa saja dulu. Kata penjualnya, cocok buat ibu hamil. Kamu mau?" Sara mengangkat parsel buah yang ditangannya ke udara. Mata Calista berbinar melihatnya.     

"Mau mi, sepertinya enak. Aku butuh yang seger-seger." Jawab Calista.     

"Aku kupasin." Jawab Darren sambil mengambil buah di tangan Sara. Dia mengambil satu jeruk dan mulai mengupasnya. Aroma tajam keluar dari kulit jeruk yang dikupas.     

"Uhhh, aromanya tajam sekali. Kamu nanti muntah lagi." Kata Darren protes. Dia urung memberikan kupasan jeruk ke istrinya yang sudah menunggu.     

"Darren, berikan padaku. Aku butuh yang seger-seger." Calista menatap Darren galak. Darren mengernyit tambah galak.     

"Kalau sampai kamu muntah-muntah, aku tidak mau tahu tanggung jawab ya." Ancam Darren.     

"Kamu harus sudah bertanggung jawab padaku sejak aku hamil." Jawab Calista pelan, agar tak terdengar Sara yang sedang menuju wastafel.     

"Nih makan." Darren menyodorkan jeruk yang sudah dikupas. Bibirnya meringis melihat Calista memakan jeruk dengan lahap.     

"Enak, enak banget. Aku jadi tambah melek. Kamu mau?' Calista meyodorkan sepotong jeruk ke Darren yang melihatnya sambil menyeringai. Darren ragu-ragu namun sorot mata Calista yang meyakinkan, membuat dirinya mau menerima dan memakannya.     

"Hueeekkkkk …" Potongan jeruk yang baru menyentuh lidah Darren, memaksa pria bermata hijau itu untuk segera berlari ke toilet dan memuntahkannya didalam kloset.     

"ASAM SEKALI! JANGAN DIMAKAN, CALISTA!" Darren teriak kencang sekali dari dalam toilet sambil terus memuntahkan bekas aroma jeruk yang menempel di lidahnya.     

"Apaah sih asam, manis gini kok dibilang asam." Calista terus mengunyah dan membuka semua jeruk yang dibawa mami mertuanya. Sara hanya meringis dan menelan ludah melihat kelakuan absurd Calista yang makan jeruk seolah-olah jeruk itu adalah jeruk paling manis se dunia.     

Setelah menghabiskan sekilo jeruk, Calista mengantuk dan tertidur pulas. Darren yang menemani disampingnya, menggeleng-gelengkan kepala tidak habis pikir dengan kelakuan ibu hamil didepannya ini.     

"Itu baru satu keajaiban seorang ibu hamil. Nanti selama 9 bulan kedepan, kamu akan sering-sering mengelus dada dan menghela napas. Waktu mami mengandung kamu begitu. Sampai 5 bulan tidak terkontrol hormone. Jadi suka marah-marah untuk hal sekecilpun, mudah cemburu pada papimu, dan permintaan aneh-aneh lainnya. Sepertinya anakmu mirip dengan kamu waktu masih dalam perut mami, Darren. Hihihi …" Sara terkekeh menceritakan semua pengalamannya pada Darren yang tampak pasrah mendengar semua cerita mami.     

"9 bulan? Aku harus bersabar demi 9 bulan? Huft, mudah-mudahan aku sanggup." Jawab Darren dalam hati.     

"Mami kembali dulu ke hotel ya. Oya, besok mami sudah harus pulang ke Jakarta untuk mempersiapkan launching produk yang tinggal 3 hari lagi. Mami sudah memanggil Hera untuk membantu kamu menemani Calista. Mungkin dia sekarang sudah sampai bandara sekarang." Jawab Mami sambil menepuk pundak anak jangkungnya.     

"Iya mi, hati-hati ya. Terima kasih sudah membantu Darren." Jawab Darren sambil menggandeng bahu sang mami untuk keluar kamar.     

"Iya, kamu juga jaga kesehatan baik-baik. Mami harap Calista akan segera pulang. Lebih enak dirawat di rumah." Jawab Mami sambil mengecup pipi kiri dan kanan anak satu-satunya.     

"Iya pastinya. Bye mi. Take care." Darren dan Sara berpisah di luar pintu kamar inap Calista. Darren kembali masuk kedalam kamar. Kini hanya tinggal mereka berdua. Darren mengecek botol infus Calista yang masih setengah lebih karena baru diganti tadi pagi. Tubuh Darren lumayan letih dan mulutnya menguap ngantuk.     

Darren melihat ranjang sisi sebelah kanan Calista masih lebar. Calista lebih condong menepi ke sebelah kiri karena jarum infusnya berada di tangan kirinya. Darren pun memutar tubuhnya mengelilingi ranjang dan mulai merebahkan dirinya disebelah kanan Calista.     

"Ahhhh punggungku. Aku akan tidur beberapa menit saja. Mataku sudah ngantuk dari pagi." Darren bergumam pelan dan mulai memejamkan matanya. Calon bapak itu pun langsung terlelap pulas di sebelah calon ibu yang sudah berkelana dengan dunia mimpinya sendiri.     

-----     

Britney tersenyum sinis mendapati dirinya sudah berada di kamarnya dengan pakaian bersih yang sudah melekat di tubuhnya. Pria tua itu sudah menghabisinya berkali-kali hingga dia pingsan tidak sadarkan diri. Britney teringat sesuatu. Dia mengambil tasnya dan mencari kartu nama yang dia terima saat didalam pesawat. "Dave, sedang apa dirimu saat ini? Aku harus sembunyi-sembunyi untuk keluar dari sini." Britney berpikir keras bagaimana caranya untuk keluar dari neraka yang Britney rasakan sejak menikah. Tidak ada Cinderella yang hidup nyaman dan bahagia setelah menikah, seperti dalam khayalannya.     

Dulu, dia memilih Donni karena dimatanya Donni adalah pria yang sudah berpengalaman berumah tangga dan juga mapan dalam keuangan, terlampau mapan malah. Darren belum ada apa-apanya dan Britney tidak bisa menunggu lebih lama lagi sampai Darren yang entah kapan suksesnya. Meskipun orangtua Darren pengusaha terkenal namun Darren tidak pernah mau menerima bantuan dari orangtuanya. Dia hidup sendiri dan bekerja keras membiayai kuliahnya sendiri. Ini yang membuat Britney tidak bisa menunggunya lebih lama lagi. Pertemanannya dengan kaum sosialita yang menganut paham hedonisme, membuatnya harus segera menemukan lumbung pemasukan yang bisa diambilnya kapanpun dia butuhkan.     

Namun, ternyata semua hanya bertahan seminggu setelah menikah. Donni yang merasa tidak mendapatkan keperawanan istrinya, mulai memperlakukan Britney sama seperti perempuan bayaran lainnya. Britney akan diberikan uang jika berhasil memuaskan hasratnya. Jika dia menolak tidur dengannya, maka tidak akan ada uang yang ditransfer ke rekeningnya. Britney pun hanya diberi waktu libur sehari dalam seminggu. Selama 6 hari lainnya dia harus berada dirumah sebelum Donni pulang dari bekerja.     

"Dave." Britney mencoba mengirim pesan tertulis ke nomer yang diterimanya beberapa jam yang lalu.     

"Britney?" Tidak berselang lama, cek list dua abu-abu itu berubah menjadi biru.     

"Ya ini aku. Kamu sedang apa?" Britney mengetik pesan tersebut dengan diam-diam, berharap tidak ada orang yang masuk tiba-tiba, pelayan sekalipun.     

"Aku baru selesai mandi. Bagaimana dengan suamimu? Apakah dia memperlakukanmu dengan sangat baik?" Dave menyeringai sinis. Dia tahu suami Britney adalah seorang pengusaha pertambangan terkenal. Terkenal pula perangainya yang kejam dan senang bermain perempuan. Tidak ada yang tidak diketahui Dave, seorang playboy kelas kakap yang juga pelanggan tetap tempat dimana Donni sering keluar malam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.