Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 47: Berwarna Biru dengan Motif Besar



BAB 47: Berwarna Biru dengan Motif Besar

0"Kamu suka hum? Sebentar lagi, aku akan membawamu ke langit ketujuh dan membuktikan padamu kalau aku masih hebat diatas ranjang, tidak seperti yang kamu katakan." Donni menyeringai sinis dan mulai memasukkan paksa kejantanannya ke dalam kewanitaan Britney. setelah puas dari arah depan, Donni membalik tubuh Britney, masih dalam keadaan tangan terikat, dengan memasukinya lewat belakang.     

Tidak ada yang bisa dilakukan Britney selain mengerang, melenguh, dan merasakan otot kewanitaannya berdenyut berkali-kali setiap akan melakukan pelepasan. Hukuman yang diberikan Donni sungguh luar biasa. Kedua tangan Britney yang lemah setelah diikat, dipaksa melakukan oral sampai Donni puas dan klimaks berkali-kali. Kepala Britney ditekan Donni ke arah kemaluannya Wajah Britney yang kacau balau dan kusut, sudah seperti budak seks Donni yang tidak ada habisnya. Apakah ini hukuman buatnya mendapatkan pria sadis sebagai seorang suami, karena telah meninggalkan pria baik-baik seperti Darren?     

Tidak ada waktu untuk Britney menangisi nasibnya. Karena hukuman yang diberikan Donni berlangsung sampai tengah malam dan Britney terkapar pingsan tidak berdaya. Donni menyuruh pembantunya untuk membersihkan Britney dan meletakkannya di kamar tamu. Kamar utama Donni tidak pernah dihuni oleh siapapun kecuali dirinya sendiri. Perempuan baginya adalah budak seks yang bisa dibuang dan dipungut kapanpun dia butuhkan, termasuk istrinya sendiri.     

Donni membutuhkan Britney hanya sebagai sosok istri di atas kertas dan membuktikan pada khalayak umum kalau dia adalah pria normal yang masih suka perempuan.     

-----     

Sementara itu beberapa jam sebelumnya, di sebuah kamar paling mahal di sebuah hotel bintang 5 di Bali, Sepasang suami istri sedang menikmati makan malam di balkon kamar mereka dibawah cahaya bulan. Mereka sudah melupakan apa yang terjadi beberapa saat yang lalu atau mungkin sedang berusaha untuk tidak mengingatnya kembali.     

"Sampai kapan kamu akan di Bali?" Tanya Calista sambil memasukkan salad sayur dengan topping mayonnaise keju diatasnya, kedalam mulutnya.     

"Mungkin lusa baru pulang. Aku belum mengajakmu keliling Bali." Jawab Darren sambil menyesap minuman air mineralnya.     

"Ohh, aku pulang bareng mami …"     

"Tidak, kamu pulang sama aku!" Jawab Darren menyela dengan tegas dan manic mata berkilatan.     

"Aku mau bilang, kalau aku bareng mami itu …"     

"Apapun alasannya, kamu pulang bareng aku. Mami biar pulang sendiri. Beliau sudah terbiasa kemana-mana sendirian. Kamu tidak bisa membantahku. Sekali tidak tetap tidak!" Darren mengeraskan rahangnya mendapati istrinya mulai keras kepala.     

"Bisa tidak aku bicara sampai selesai?" ujar Calista yang meletakkan sendok saladnya.     

"Kamu mau bilang kalau kamu tidak mau pulang sama aku kan?"     

"Aku mau bilang kalau aku bareng mami itu untuk membantunya mengerjakan peluncuran koleksi terbaru mami minggu depan. Huft!" Jawab Calista sambil menghela napasnya kasar.     

"Membantunya? Dengan menjadi model bikininya?" Darren mengerutkan alisnya.     

"No, aku juga tidak mau jadi model pakaian seperti itu Darren. Tubuhku bukan untuk diobral kesana kemari. Memangnya kamu pernah lihat aku pakai pakaian mini dan seksi diluar, selain didalam rumah?" Calista tidak tahan untuk dicurigai terus sehingga dia pun menumpahkan uneg-unegnya seketika.     

Darren memerah wajahnya. Ya, seingat dia, Calista memang tidak pernah memakai pakaian ketat dan seksi. Tidak seperti wanita-wanita lain yang berlomba-lomba ingin menunjukkan kelebihan yang dimiliki dengan berpakaian seminim mungkin. Pakaian seksi yang dipakai Calista hanyalah pakaian olahraga dan itupun lengan panjang dan legging. Namun, karena Calista yang memakainya jadi lekukan tubuhnya sangat sempurna terbungkus dan mengundang decak kagum kaum hawa yang mati-matian untuk diet.     

"Aku sudah bilang ke mami kalau kamu pulang sama aku." Jawab Darren sambil memakan potongan buah jeruk diatas meja.     

"Hmm." Pastilah, pikir Calista.     

"Besok aku mau mengajakmu ke Kuta dan Bedugul juga tempat wisata lain kalau sempat waktunya." Jawab Darren.     

"Perusahaanmu bagaimana? Kamu tidak takut meninggalkan kantor lama-lama?" Tanya Calista penasaran.     

"Kamu takut kalau aku tidak bisa membayarmu? Huh, tenang saja, uangku tidak akan habis hingga tujuh turunan." Jawab Darren dengan wajah sombongnya.     

"Ya ya ya ya …" Calista hendak beranjak pergi untuk membuka laptopnya. Dia merasa sudah kenyang dengan kalimat yang keluar dari bibir Darren.     

"Hei, kamu mau kemana?" Tanya Darren menggenggam tangan wanitanya yang hendak pergi.     

"Membuka laptop untuk bekerja. Mami memberikan tugas padaku untuk memilihkan aneka bunga yang akan dipakai nanti. Aku mau mencarinya di internet." Jawab Calista.     

"Aku bisa membantumu. Kemarilah!" Darren menggandeng tangan Calista masuk kedalam kamar. Makanan yang ada di meja dibiarkan begitu saja. Darren mengambil tabnya dan duduk di sofabed yang ada didalam kamarnya.     

"Kemarilah, aku bisa memberikanmu saran florist terbaik yang bisa dipanggil." Darren menyentuh layar tabnya dan membuat gerakan naik turun dengan jari telunjuknya, terkadang dia pun mengetik sesuatu.     

Calista mendekatinya dan duduk disebelahnya.     

"Karena produk yang akan diluncurkan mami adalah pakaian renang, maka bunga yang cocok adalah yang berwarna biru dengan motif besar." Darren menunjukkan beberapa gambar bunga. Calista antusias sekali mendengarnya.     

Darren punya langganan florist yang sering dipanggilnya kalau perusahaanya menggelar suatu event. Hasilnya sangat memuaskan. Mata Calista berbinar-binar dan senyumnya mengembang dari telinga kiri sampai ke kanan. Sungguh ada gunanya juga berbicara dengan Darren, pikirnya.     

"Lalu kapan aku bisa menghubunginya? Mami meminta secepatnya butik dihias. Tapi, juga tidak boleh kecepatan karena mami ingin menggunakan bunga asli, bukan bunga imitasi." Tanya Calista.     

"Aku akan telpon dia besok. Atau, kamu saja yang menelponnya biar bisa bicara lebih leluasa dengannya." Jawab Darren.     

"Siap, terima kasih. Aku akan simpan dulu nomer kontaknya." Darren memberikan kartu nama florist yang akan ditelpon Calista besok.     

"Lalu, apa hadiahnya untukku?" Jawab Darren sambil menatap penuh hasrat bibir Calista.     

"Hadiah? Hmm, bagaimana kalau aku buatkan es krim? Sebentar ya …" Calista sudah tahu akan sinyal bahaya makanya dia mengalihkan perhatian Darren pada hal lain. Belum melangkah sejengkal pun, tangan Calista ditarik hingga terhempas ke atas sofa bed.     

"Kamu pikir aku anak kecil yang minta hadiahnya es krim? Hmm …" Darren menghimpit tubuh Calista dengan dadanya. Napas Calista yang naik turun membuat dadanya ikut bergerak naik turun menyentuh dada bidang Darren.     

"Darren, please. Kita sudah melakukannya berkali-kali. Kamu tidak lelah?" Tanya Calista dengan mata sayunya.     

"Tidak pernah ada kata lelah buatku. Aku menyukai rasa manis bibirmu. Dan, lehermu adalah mainanku." Darren menjilat bibir Calista dan mengendus lehernya.     

"Eughhh, sudah Darren. Aku sudah mengantuk." Jawab Calista asal agar bisa lepas dari cengkeraman pria bermata hijau tersebut.     

"Santai saja, biarkan aku yang bekerja. Kita harus berusaha keras agar kamu lekas hamil." Darren mulai melancarkan serangan cintanya dengan menjamah dan meraba tubuh mulus sang istri. Calista hanya bisa pasrah dan menerima apa saja yang diberikan sang suami. Mulutnya berkata tidak tapi tubuhnya tidak sesuai dengan mulutnya. Tubuhnya menyambut dengan senang hati setiap sentuhan yang Darren berikan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.