Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 44: Menantang Air Hujan



BAB 44: Menantang Air Hujan

0"Kemana perempuan itu?" Darren mulai berpikir keras. Ingatannya mengarah kepada maminya. Darren pun menelpon Sara untuk menanyakan kabar keberadaan sang istri.     

"Mami, Calista ada sama mami?" Tanya Darren langsung tanpa basa basi terlebih dahulu.     

"Kamu itu bukan tanya dulu mami lagi apa, malah langsung tanya Calista. Memangnya menantu mami kemana? Bukannya sama kamu?" Jawab Sara yang sedang menikmati pijatan khas Bali di salah satu spa terkenal di Seminyak.     

"Tadinya iya, tapi dia pergi lebih dahulu." Jawab Darren sambil mengeraskan rahangnya. Semua ini gara-gara Britney. Setiap perempuan itu muncul, selalu saja memicu pertengkaran dirinya dengan Calista. Namun Darren tidak bisa menolak Britney mentah-mentah karena biar bagaimanapun perusahaanya masih menjalin hubungan bisnis sejak lama dengan keluarga Britney.     

"Kamu itu bagaimana? Cepat cari dia sampai ketemu. Kalau perlu lapor polisi! Dia tidak tahu daerah sini, Darren. Kamu itu bagaimana sih jadi seorang suami?" Bukan jawaban memuaskan yang Darren dapatkan dari maminya, malahan omelan dan sumpah serapah yang membuat telinganya panas.     

"Darren, Darren, kamu dengar mami? tuuuttttt." Darren pun mematikan sambungan telponnya.     

"Dasar anak keras kepala!" Sara menggelengkan kepalanya dan melanjutkan posisi tengkurap sambil menikmati sensasi pijatan di punggungnya.     

Darren memacu mobilnya kembali ke hotel. Hanya itu satu-satunya tempat yang bisa dikunjungi Calista. Darren berharap Calista kembali ke hotel dan menunggunya di lobi atau dimanapun didalam hotel. Darren langsung berjalan cepat menuju lift setelah memarkirkan mobilnya di basemen.     

Butuh waktu beberapa menit menunggu pintu lift terbuka. Dan, akhirnya pintu otomatis itu pun terbuka lebar.     

"Eh tadi lihat tidak perempuan yang tidur sendirian di taman?" Seorang karyawan hotel pria, terlihat dari seragamnya, berbicara dengan teman lainnya sesama karyawan.     

"Iya, cantik juga. Tampaknya lelah betul sampai tidur begitu. Hehe..." Jawab sang teman.     

Darren tidak sengaja mendengarkan namun tidak tahu kalau yang dibicarakan adalah istrinya. Pria bermata hijau itu sibuk menelpon ke satu nomer yang konsisten tidak menerima panggilan.     

"Sial!" Darren mengumpat cukup kencang sehingga dua karyawan tadi memalingkan wajahnya ke arah suara kencang milik pria berpostur atletis tersebut. Keduanya meringis saling bertukar pandang.     

Darren segera keluar dari lift ke lantai tempat dimana kamarnya berada. Dia sudah mencari ke segala arah tapi tidak menemukan dimana Calista.     

"Dasar perempuan menyusahkan!" Gerutu Darren sambil menyibak rambut tebalnya dengan jari jemari panjangnya.     

Darren terdiam sejenak, memusatkan konsentrasi, kira-kira Calista akan kemana kalau dia tidak bisa kemana-mana?     

Darren memutuskan masuk ke dalam kamarnya sambil menunggu Calista didalam. Tidak mungkin perempuan bodoh itu akan pergi jauh tanpa kenal siapa-siapa.     

Setengah jam sudah Darren menunggu. Rintik hujan mulai membasahi jendela dari luar. Darren gelisah bukan main. Kemana perempuan itu? Apa dia tidak tahu jalan kembali ke hotel? Batin Darren.     

Darren tidak bisa menunggu lama. Dia pun segera keluar kamar. Darren menuju kamar dimana maminya menginap.     

Tok tok tok ...     

"Siapa?" Suara lembut terdengar dari luar.     

"Ini aku mam." Jawab Darren.     

"Ada apa?" Darren langsung masuk ke kamar maminya dan mencari ke seluruh ruangan.     

"Hei, ada apa? Kamu mencari Calista? Dia tidak ada disini." Jawab Sara mengekori kemana kaki anaknya melangkah.     

"Ada apa? Kenapa kalian terpencar?" Sara mengerutkan alisnya bertanya.     

"Britney. Tadi dia muncul saat kami baru mulai makan. S**t!" Darren mengumpat kasar bila mengingat peristiwa tadi yang menyebabkan Calista pergi sendirian.     

"Again? Kenapa dia selalu ada dimana-dimana? Mami sudah muak dengan dia. Kalau bukan perusahaan papanya sedang bekerja sama dengan perusahaan papimu, mami malas pura-pura senyum dengan maminya." Jawab Sara sambil mengerucutkan bibirnya dan melipat kedua tangannya di depan dada.     

"Itulah, aku sudah menolaknya berkali-kali. Tapi, dia tidak pernah mendengarkan. Mungkin aku kurang keras menolaknya." Pikir Darren.     

"Sekarang kamu mau cari Calista kemana? Ini juga salah mami membawa dia kesini. Coba kamu tanya karyawan hotel ciri-ciri Calista. Mungkin saja ada yang melihatnya disini tapi dia enggan kembali ke kamarmu." Jawab Sara mencoba memberi solusi.     

"Baiklah, aku keluar dulu mencari dia lagi. Kalau dia datang, jangan biarkan dia pergi lagi ya mam." Pinta Darren dan Sara mengangguk lemah.     

Darren keluar kamar maminya. Hujan semakin deras, disertai petir dan angin yang saling bersahutan. Semoga saja Calista menemukan tempat berteduh, doanya.     

Darren hendak berjalan menuju lobi dan memutuskan untuk meminta bantuan pihak keamanan hotel untuk mencari dimana Calista berada.     

Tiba-tiba dia teringat perkataan dua karyawan di dalam lift saat di basemen tadi. Taman? Taman dimana? Pikirnya.     

"Maaf, saya mau tanya. Taman yang ada didalam hotel ini dimana ya?" Tanya Darren pada seorang petugas keamanan berseragam safari warna biru dongker yang sedang patroli.     

"Ada dua taman didalam hotel ini, tuan. Di lantai satu dan lantai 10. Namun, di lantai satu seperti yang tuan lihat sendiri saat memasuki hotel, taman itu sedang di renovasi. Jadi, yang bisa dinikmati sekarang ini hanya taman di lantai 10." Jawab pria muda berseragam safari tersebut.     

Darren segera berlari menuju lift setelah mengucapkan terima kasih, tanpa menunggu jawaban kembali.     

Darren memencet tombol angka 10 begitu masuk kedalam lift. Hatinya berharap-harap akan menemukan Calista disana.     

TING ...     

Lift tersebut sampai di lantai yang dituju. Begitu keluar dari lift, masih tampak kamar-kamar yang berjajar rapih dan terlihat bersih. Setelah berjalan tidak begitu jauh, di pojok belokan Darren melihat kaca putih tebal namun tembus pandang keluar.     

Hujan deras di luar membuat Darren tidak yakin Calista ada disana. Begitu dia membuka kaca pintu itu, air hujan pasti langsung masuk kedalam lorong depan taman tersebut.     

Namun, betapa terkejutnya Darren ketika melihat ada sekelebat perempuan yang mirip Calista sedang jongkok menekuk lututnya dengan pakaian yang basah kuyup, sedang meneduh dibawah atap kayu yang tidak seberapa lebarnya.     

"SIAL!" Darren memekik kencang melihat Calista disana sedang kedinginan dengan wajah menunduk ke bawah. Dia pun berlari kecil menghampiri perempuan bodoh versinya. Perempuan yang tidak mau merepotkan orang lain meskipun dirinya butuh bantuan sekalipun.     

"Apa yang kamu lakukan disini?" Darren berdiri menantang air hujan yang turun membasahi tubuhnya. Perempuan yang terganggu tidurnya karena hujan itu, mendongakkan kepalanya lemah ke atas. Wajah dan tubuh basah kuyup tampak jelas disana. Calista mencoba berdiri namun dia langsung limbung dan hampir terjatuh ke belakang.     

Darren menariknya agar tidak terjatuh. Namun pada akhirnya tubuh mereka berdua basah kuyup oleh air hujan yang semakin deras turun.     

Calista menatap mata hijau Darren dengan mata terkejap-kejap karena derasnya air hujan yang membasahi kepalanya.     

"Kamu, sedang apa disini?" Jawab Calista tanpa dosa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.