Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 41: Ke Dasar Bumi



BAB 41: Ke Dasar Bumi

0"Aku memikirkan kuliahku. Masa cuti ku tinggal 4 bulan lagi. Aku bertekad untuk menyelesaikan skripsiku begitu kembali ke kampus. Agar aku bisa segera memberikan hadiah sarjanaku untuk ibu bapakku." Calista tersenyum lirih bila mengingat kedua orangtuanya.     

Darren menyatukan kedua tangannya di belakang kepala sambil berkata.     

"Jadi kamu masih kuliah? Aku tidak tahu hal itu, bahkan mungkin lupa. Aku tidak mempersalahkan kamu kuliah, asalkan kamu bisa menjaga kehamilanmu dan tidak membahayakan baby nanti." Ujar Darren santai.     

Wajah Calista memerah menahan malu. Baby? Maksudnya apa?     

"Kamu! Memangnya kamu yakin aku sudah hamil saat kembali kuliah nanti? Kalau bicara suka aneh-aneh." Calista menggelengkan kepala sambil menghela napas.     

"Maksudmu kamu meragukan kemampuanku menghamilimu?" Darren menarik tubuh Calista dengan satu tangan keatas dada bidangnya yang agak berbulu. Selimut yang membungkus tubuh Calista terbuka dan dada besarnya menempel erat didada bidang Darren.     

Calista terperanjat merasakan tubuhnya tertarik tiba-tiba.     

"Bu-bukan begitu, maksud aku ... mmphh." Satu tangan Darren menekan tengkuk Calista dan menempelkan bibir merah Calista ke atas bibirnya. Calista dibiarkan berada diatas tubuhnya sementara dia sendiri meluruhkan tubuhnya menjadi terbaring sempurna.     

Calista tidak bisa berontak karena tubuhnya ditekan atas bawah. Kedua tangannya mencoba menahan dibagian kedua sisinya namun sia-sia.     

Darren melepaskan ciuman ganas itu untuk memberi kesempatan Calista menghirup oksigen dalam-dalam.     

"Hah ... hah ... hah ... kamu ...keterlaluan. Lepaskan aku!"     

"Jangan bergerak, kalau tidak ingin ku jadikan sarapan pagi ini." Calista terdiam. Dia baru menyadari kalau ada yang mulai mengeras dibawah sana.     

"Darren, lepaskan aku! Aku mau mandi dan turun sarapan. Aku ... lapar." Calista menundukkan wajahnya malu. Darren tersenyum lirih sambil menyibak helaian rambut Calista yang terjatuh di pipinya ke belakang telinga.     

"Aku punya ide." Mata Darren terbuka lebar sambil tersenyum jahil.     

Calista mengerutkan alisnya. Ide dari Darren selalu tidak masuk akal.     

"Ahhhh, lepaskan aku!"     

"Kita mandi sama-sama."     

"Aku mau mandi sendiri. Darren lepaskan aku!" Darren yang bertubuh polos mengangkat tubuh Calista yang sama polosnya ke atas bahu sambil berjalan menuju kamar mandi.     

"Jangan berontak. Menurutlah! Plakkk!" Bokong Calista ditepuk pelan oleh Darren karena perempuan tersebut meronta-ronta memukul punggungnya.     

Calista malu bukan kepalang dan seketika terdiam. Kenapa dia harus punya suami semesum ini? Batin Calista.     

Akhirnya, acara mandi hanyalah agenda semata. Karena pada kenyataannya, Darren melakukannya lagi bahkan berkali-kali.     

Pukul 9 pagi, sepasang suami istri yang terikat perjanjian kontrak itu baru keluar kamar untuk sarapan. Sekujur tubuh Calista remuk redam sebenarnya tapi perutnya lebih menuntut untuk minta diisi. Darren mengajak Calista untuk menikmati sarapan di restoran luar hotel yang terdekat.     

"Calista, Darren, kalian mau kemana pagi-pagi?" Sara tersenyum sumringah melihat anak dan menantunya berjalan beriringan, saat berpapasan di lobi. Terutama melihat Calista memakai kaos turtleneck.     

"Mami. Kami mau sarapan." Darren menjawab.     

"Mami, maaf aku ... tidak bilang mami kalau pindah kamar." Jawab Calista malu-malu sambil memegang lehernya.     

"Tidak apa sayang, mami tahu kok. Pasti ada yang memaksa kamu untuk keluar dari kamaer mami dan menyita ponsel kamu kan?" Jawab Sara sambil berkedip.     

"Hehehe, tidak juga mi."Calista tersenyum nyengir.     

"Have fun ya sayang. Darren, anggap saja ini bulan madu kalian. Kalian belum pernah pergi liburan sejak menikah kan?" Sara bertanya sambil merangkul bahu sang menantu.     

Baik Calista maupun Darren diam tidak menjawab.     

Darren yang mengenakan kacamata hitam rayban, kaos, dan celana pendel model kargo tampak semakin tampan dan banyak wanita yang berbisik senyum tertawa kecil, mencoba mencari perhatian. Calista menarik garis bibir melihat sikap para wanita tersebut.     

Calista yang mengenakan dress lengan pendek dengan panjang dibawah lutut motif bunga-bunga warna hijau, semakin menambah kesegaran wajah si pemakai. Dress tersebut ditutup dengan kaos turtleneck model pendek sebatas dada berwarna hijau polos.     

Setiap tamu lelaki, yang rata-rata berkewarganegaraan asing tersenyum pada Calista, bibir Darren langsung mendesis dan menyeringai ganas. Kecantikan alami Calista terpancar dari wajahnya yang ayu dan murah senyum. Darren langsung merangkul bahu Calista erat-erat dan Calista memberikan mata melototnya ke arah Darren. Darren pura-pura tidak melihat.     

"Sudah ya mam, mobilnya sudah datang. Kami pergi dulu." Sara mengangguk penuh senyum kebahagiaan. Sepertinya Darren sudah mulai kepincut oleh Calista. Darren dan Calista saling bertengkar menuju mobil. Darren ingin memeluk erat, sementara Calista ingin melepaskan belitan Darren yang seperti ular sedang menelan mangsanya.     

Mereka pun berdua pergi menjelajahi kawasan Seminyak dengan Darren sebagai supirnya. Tampak senyum puas di wajah Darren bisa berlibur ke Bali. Kalau bukan karena maminya yang menculik Calista, mungkin sampai saat ini dia dan Calista tidak akan berlibur berdua.     

Darren menghentikan mobilnya didepan sebuah restoran seafood. Calista turun berlari-lari kecil menyusul Darren yang sudah berjalan menuju pintu masuk restoran.     

Restoran yang memiliki kepala koki asli dari Italia ini memiliki menu andalan Miso-grilled triggerfish with sake-mirin crab butter dan pan seared diver scallops with mushroom ravioli.     

Calista mengetahui informasi tersebut dari brosur yang menempel di dinding pintu masuk restoran.     

Darren memilih meja dua kursi yang ada di pojok ruangan. Tempat strategis untuk melihat seisi restoran dan juga pemandangan alam di luar jendela. Dengan konsep bambu terbuka, restoran elegan ini memiliki kolam ikan yang ada disekitar meja pengunjung. Suasananya sejuk dan menenangkan.     

"Kamu pernah kesini?" Calista bertanya sambil memangku dagunya dengan satu tangan.     

"Pernah." Jawab Darren singkat.     

"Oh ..." Jawaban Calista lebih singkat lagi.     

"Kamu tidak bertanya dengan siapa?" Ujar Darren dengan tatapan tajamnya ke arah Calista yang senyum sendiri saat melihat ikan lucu mendekat ke arahnya.     

"Hah apa? Oh, dengan siapa?" Tanya Calista lagi.     

"Dengan perempuan lain sebelum mengenal dirimu." Jawab Darren yang kini pandangannya beralih ke bibir merah Calista yang sungguh menggoda.     

"Oh ..." Calista mengangguk-anggukkan kepalanya.     

"Huft, sudahlah. Kita makan saja. Aku sudah lapar sejak semalam sampai tadi pagi bekerja keras memuaskan dirimu sampai berkali-kali." Darren bertingkah konyol dengan berkata vulgar didepan pelayan yang sedang meletakkan banyak makanan.     

Wajah pelayan itu memerah malu mendengar dan pasti dia berharap menjadi tuli saat itu juga.     

Sementara Calista menganga lebar dan menyeringai ganas ke arah Darren yang seperti tanpa dosa. Calista seperti ingin membenamkan kepalanya sampai ke dasar bumi. Sungguh malu rasanya tak terhingga. Napasnya tersengal-sengal menahan emosi.     

"Darren, kamuuuu!" Calista menghampiri Darren dan mencekik lehernya kuat-kuat.     

Namun, Darren justru menarik tengkuk Calista dan mencium bibir perempuan yang sedang marah itu, dalam-dalam dihadapan banyak pengunjung restoran dan pelayan yang tersenyum melihat kemesraan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.