Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 40: Teman Tapi Mesra



BAB 40: Teman Tapi Mesra

0"Apakah kamu merindukanku? Aku baru kembali dari luar negeri." Grace meraba dada bidang Lewis yang tertutup kaos branded seharga jutaan rupiah.     

Lewis memegang tangan putih dan mulus tersebut. Gaun seksi yang dipakai Grace saat ini membuat kejantanan Lewis langsung mengeras.     

"Kamu masih saja agresif." Lewis menghirup aroma tubuh Grace dengan mencium leher perempuan tersebut. Grace memberi ruang pada Lewis untuk menjelajahi leher jenjangnya lebih leluasa dengan mendongakkan kepalanya.     

Tangan kiri Lewis mencengkeram tengkuk perempuan seksi itu, sementara tangan kanannya meremas buah dada Grace yang menantang     

"Ahh kamu nakal sekali, Lewis." Grace mengerang merasakan kenikmatan yang dulu mereka pernah rasakan bersama.     

Lewis memepet tubuh Grace ke dinding. Kedua tangan Grace disatukan keatas dan dipegang dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanan Lewis melucuti retsleting di belakang gaun tanpa lengannya. Dalam sekejap, gaun itu luruh ke lantai.     

Suasana didalam ruang kantor sang pemegang saham Apollo Club itu dipenuhi dengan desahan dan erangan dua anak manusia yang memadu kasih kembali setelah sekian lama berpisah.     

Lewis dan Grace bertemu kembali di Canberra kala mereka menempuh kuliah S2 disana. Teman masa kecil yang karena sering bertemu, lama kelamaan terkena sengatan listrik asmara dengan embel-embel teman tapi mesra.     

Namun, Lewis tidak pernah menetapkan kalau Grace adalah kekasih hatinya. Baginya, perempuan tidak ada yang setia. Perempuan hanya pakaian yang bisa diganti kapanpun dia butuhkan. Dibalik tampang dingin dan sinis Lewis, sebenarnya di sosok playboy yang bermain dengan banyak wanita. Hanya saja bukan dia yang mengejar, melainkan para wanita yang mengejarnya.     

Grace juga adalah seorang penganut pergaulan bebas. Perempuan seksi tersebut sudah kehilangan keperawanannya sejak masih sekolah. Lingkungan pertemanannya yang menganut seks bebas sejak dini, di puja-pujanya. Hampir setiap hari Grace berhubungan intim dengan pacarnya. Orangtuanya tahu? Tentu saja tidak! Mereka tidak mengetahui seberapa jauh pergaulan bebas anaknya.     

"Kenakan pakaianmu dan segera keluar dari sini. Aku tidak mau orang-orang melihat yang tidak seharusnya dilihat." Lewis memakai kaos dan mengenakan kembali celana panjangnya setelah puas melakukan tembakan berkali-kali ke dalam kewanitaan Grace.     

Grace yang masih berusaha mengenakan gaunnya, tersenyum sinis. Dirinya sudah hapal betul sifat Lewis. Andaikan dia tidak mengenalnya sejak lama, pasti dia akan kecewa dan marah besar. Karena setelah dijadikan kuda tunggangan, dirinya dibuang begitu saja. Bagaikan habis manis sepah dibuang.     

"Bagaimana kabar sepupumu yang bermata hijau? Apakah dia masih single?" Grace menghampiri Lewis yang sedang duduk di kursi kebesarannya sambil menghirup cerutu dalam-dalam. Perempuan itu duduk diatas pahanya dengan gerakan sensual penuh menggoda.     

"Aku belum menerima undangan pernikahan darinya. Tapi, untuk dibilang single juga aku tidak yakin. Karena banyak perempuan yang ada disekitarnya." Lewis teringat Britney dan Calista. Untuk nama terakhir, dia perlu mencari tahu secepatnya.     

"Yaah namanya juga pria tampan dan normal. Pasti banyak perempuan yang ingin menjadi kekasihnya. Lewis, apakah kamu tidak ingin memiliki teman tidur tetap?" Grace menarik dagu pria yang duduk tepat dibawahnya itu.     

"Aku tidak butuh itu. Dan, aku rasa kamu juga tidak membutuhkan status tersebut, bukan?" Lewis menyeringai sinis.     

"No, bukan aku yang akan menjadi teman tidurmu tapi perempuan lain. Jadi, kamu tidak perlu pura-pura menjadi biksu lagi." Seringai manja Grace membuat Lewis tersenyum kecut.     

"Cih! Perempuan yang bahkan tidak bisa menaklukan sebongkah gunung es pun, mau mengajariku. Kamu saja dulu praktekan." Lewis meraba paha putih mulus yang duduk pasrah diatas pangkuannya mulai dari betis hingga ke pangkal paha.     

"Hahaha ... wajah tampanmu bahkan tidak membuatku tertarik sama sekali, kalau bukan permainanmu yang hebat saat bercinta. Aku pergi dulu. Terima kasih untuk makan malamnya." Grace melumat bibir Lewis dalam-dalam sebelum meninggalkan pria tersebut sendirian kembali.     

Lewis menatap sinis punggung Grace. Wanita aneh yang justru lebih menyukai hidup bebas daripada terikat dalam sebuah pernikahan yang dianggapnya hal kuno.     

Lewis memencet remote radio dan menyetel lagu klasik favoritnya. Jenis musik yang bertolak belakang dengan musik yang sering dimainkan di klub miliknya.     

L is for the way you look at me     

O is for the only one I see     

V is very very extraordinary     

E is even more than anyone that you adore     

Lagu jazz yang aslinya dibawakan oleh Nat King Cole pada tahun 1964 ini memiliki lirik catchy dan melodi yang fun. Saking terkenalnya, lagu ini sudah di-cover atau dinyanyikan ulang oleh banyak artis ternama, mulai dari putri Nat King Cole sendiri, Natalie Cole, hingga Michael Bublé.     

-----     

Matahari pagi ini berbeda menurut penglihatan perempuan ayu yang semalaman tidur dalam dekapan suami yang bela-belain menyusul ke Bali. Suasana hotel yang sejuk dan damai, sebenarnya tidak berbeda jauh dengan rumah yang biasa di tempatinya setelah menikah, alias rumah Darren.     

Namun, ini adalah pertama kalinya Calista ke Bali. Sesuatu yang dari dulu diidam-idamkannya, bisa berlibur ke pulau Bali bersama pria yang dicintainya. Padahal dulu dia pun belum memiliki pacar. Ada satu teman sekolahnya seorang pria yang menyukainya sejak mereka masih sama-sama bersekolah.     

Karena Calista lebih memilih belajar giat sambil bekerja sambilan, jadi dia tidak bisa meluangkan waktunya untuk berpacaran. Biarlah dibilang kampungan atau ketinggalan jaman, yang penting Calista bisa sekolah dan kuliah.     

Oya, kuliahku? Calista melebarkan mata mengingat kuliahnya. Dia mengajukan cuti satu semester jadi masih ada waktu 4 bulan lagi sebenarnya. Tapi, Calista bertekad akan menyelesaikan skripsinya begitu kembali ke kampus.     

"Apa yang kamu pikirkan sampai menutup mulut rapat-rapat?" Darren yang menyimak perubahan wajah Calista dari tadi sambil setengah melek, tidak tahan untuk bertanya.     

"Ahhh, sejak kapan kamu bangun?" Calista menutup bibirnya dengan telapak tangannya karena kaget mendengar suara Darren tiba-tiba. Lebih kaget lagi karena dia memperhatikan apa yang dilakukannya     

Darren meletakkan satu tangannya dibawah kepalanya sebagai bantal sambil berkata,     

"Sejak kamu melotot, memelas, mengepalkan tangan, lalu menutup bibir." Calista tidak percaya bahwa dirinya diperhatikan dari tadi namun tidak menyadarinya.     

"Kamu belum menjawab pertanyaanku, apa yang sedang kamu pikirkan? Apakah rencana lain ingin kabur dariku, hmm?" Darren menyeringai sinis.     

"Huh, pikiranmu selalu saja negatif." Calista melepaskan rangkulan tangan Darren dipinggangnya dan berusaha untuk duduk meluruskan tubuh. Tubuhnya terasa mati rasa dipeluk suaminya yang berbadan kekar. Selimut yang masih membungkus tubuh polosnya, direkatkan kedalam ketiaknya agar tidak melorot.     

Darren pun ikut menegakkan tubuhnya sambil bersandar di kepala ranjang.     

"Aku memikirkan kuliahku. Masa cuti ku tinggal 4 bulan lagi. Aku bertekad untuk menyelesaikan skripsiku begitu kembali ke kampus. Agar aku bisa segera memberikan hadiah sarjanaku untuk ibu bapakku." Calista tersenyum lirih bila mengingat kedua orangtuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.