Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 38: Menyusul Istri (5)



BAB 38: Menyusul Istri (5)

0Pria manapun yang melihatnya pasti tergiur dan mengeluarkan air liur. Disangkanya, senyum itu untuk dirinya yang ada dihadapannya, kebetulan sedang berjalan menuju arahnya.     

"Hai, apakah kita pernah bertemu?" Perempuan seksi tersebut menyibakkan helaian rambut yang jatuh di keningnya ke belakang telinga dengan gerakan manja.     

"Maaf, aku rasa tidak!" Darren langsung pergi tanpa menoleh ke belakang sama sekali.     

"Hai tunggu, tadi kamu senyum-senyum padaku jadi aku pikir ..."     

"Anda salah paham." Darren berhenti namun tidak memalingkan wajahnya. Dia pun melanjutkan kembali langkahnya menuju mobil jeep yang disewanya untuk selama tinggal di Bali.     

"Sialan, aku tertipu! Kupikir dia tersenyum padaku. Tapi, tampan sekali. Mata hijaunya aku sangat sukkkaaaa." Seringai sinis terbit dari bibir perempuan tersebut. Dia melanjutkan langkah kakinya menuju sebuah meja tempat dimana dua wanita dewasa sedang berdiskusi.     

"Mami ..."     

"Sayangku, kemarilah ..." Ibu dari perempuan muda tersebut merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.     

"Wahhh, ini Grace kah? Sudah besar makin cantik saja." Wanita dewasa lainnya yang duduk didepan maminya tersenyum gembira melihat keakraban dua perempuan didepannya.     

"Tante Sara, apa kabarnya?"     

"Baik, terima kasih. Grace pasti banyak penggemar pria nih." Sara, yang tidak lain adalah mommy nya Darren, ternyata sudah kenal baik dengan perempuan yang bertemu sekilas dengan Darren di depan tadi.     

"Oya tante, Darren apa kabarnya? Lama sekali aku tidak bertemu dia. Sejak aku sekolah keluar negeri dari usia 5 tahun." Jawab Grace sambil duduk disamping Sara.     

"Dia baik-baik saja. Dia pasti kangen masa kecil kalian yang hanya sebentar saja." Sara tidak tahu harus menjawab apa. Pernikahan Darren dan Calista harus dirahasiakan demi menyenangkan hati sang kakek. Kakeknya mengancam akan menyerahkan seluruh aset perusahaan dan kekayaan yang dimiiliki, jika Darren tidak bisa memberikan keturunan minimal 3 anak dalam waktu 3 tahun.     

Sungguh permintaan yang sangat aneh dan tidak bisa dinalar siapapun. Tapi, begitulah papi dari James. Tidak masuk akal namun keputusannya selalu membawa keajaiban luar biasa buat The Anderson.     

"Boleh aku main ke rumah Darren, tante?" Grace tersenyum genit dan dibuat-buat demi mengambil hati wanita yang telah melahirkan pria incarannya tersebut.     

"Aduhh sudahlah Grace, kamu baru sampai Indonesia. Main-main saja dulu, jangan langsung kembali ke Jakarta. Lain waktu pasti bertemu Darren lagi." Mami Lenna menengahi tingkah anaknya yang sangat impulsif.     

"Tidak apa, anak muda jaman sekarang terang-terangan. Tidak seperti jaman kita dulu yang malu-malu."     

"Hahahahaha ..." Tawa dua wanita dewasa itu menghiasi malam romantis nan syahdu di Seminyak.     

Darren kembali ke kamarnya namun tidak mendapati Calista diatas tempat tidur.     

"Calista! Calista!" Darren mencari ke kamar mandi namun tidak menemukan jejaknya disana. Darren menjadi sangat gusar dan mulai emosi. Lelah yang semula ingin diobati dengan tidur, lenyap seketika.     

Dia mengambil ponselnya didalam saku ingin menelpon Calista perempuan yang telah hilang padahal hanya ditinggal kurang dari satu jam.     

"Darren? Kamu tadi panggil aku?" Calista tiba-tiba muncul dari balkon dekat jendela.     

"Kamu? Kenapa tadi tidak menyahut panggilanku? Dan, apa yang kamu lakukan disana?" Darren menghampiri Calista yang sudah berganti pakaian menjadi piyama kaos dan celana panjang.     

"Aku tidak mendengar panggilanmu karena ada suara petasan diluar." Calista melihat ke langit gelap yang menjadi semarak dengan meledaknya petasan aneka warna warni menghiasi malam.     

"Oh," Darren mengalihkan matanya melihat petasan mengikuti pandangan mata Calista.     

"Kapan kamu kembali ke Jakarta? Dari banyaknya pakaian yang ada didalam lemari, aku tidak yakin kamu hanya sehari disini." Ujar Calista setelah selesai menikmati pemandangan hujan petasan diluar.     

"Hmm, mungkin 1 minggu." Jawab Darren sambil melipat kedua tangannya diatas dada dengan sikap angkuh.     

"Satu minggu? Lama sekali. Memangnya sedang ada kerjasama bisnis disini?" Calista bertanya dengan kerutan di keningnya. Piyama berwarna pink itu benar-benar membuat dirinya tampak imut seperti anak usia sekolah menengah atas.     

"Ya, aku sedang ada misi rahasia." Jawab Darren sambil menghampiri Calista yang memeluk kedua lengannya dengan telapak tangannya sendiri.     

"Oh begitu, ya sudah. Aku akan pulang bersama mommy begitu urusan mommy selesai. Katanya besok atau lusa kembali." Jawab Calista.     

Darren melepaskan jas mahalnya dan membungkus tubuh Calista yang tampak kedinginan di mata Darren.     

"Aku tidak apa-apa. Hanya saja aku tidak terbiasa dengan udara disini." Calista beranjak masuk kedalam kamar dan Darren menyusulnya. Ditutupnya jendela rapat-rapat dan tirai tebal yang menjuntai sampai ke lantai.     

Sepasang mata seperti elang menatap dari seberang kamar yang berada dalam satu hotel namun beda tower. Senyumnya ganjil menampakkan aura iblis seperti menangkap basah pasangan mesum yang sedang selingkuh.     

"Ternyata begitu, hah." Pria itu menenggak habis anggur merah yang ada didalam gelas terjepit dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. Lewis, dialah pria itu. Sedang ada urusan bisnis namun tidak diduga dia justru menemukan rahasia sepupu sekaligus sahabatnya yang selama ini tidak diketahui siapapun, kecuali keluarga inti Darren.     

"Aku bawakan makanan. Kamu pasti belum makan malam." Darren membawa makanan yang dibawanya didalam paper bag. Calista melihat isi didalamnya. Beberapa roti aneka rasa dan susu juga kopi.     

"Oya, aku mau telpon mommy dulu." Calista lupa menghubungi Sara dan baru teringat sekarang.     

"Tidak perlu. Mommy lagi sibuk." Darren mengambil ponsel ditangan Calista.     

"Lebih baik kamu cerita padaku, kenapa kamu memakai bikini tadi pagi? Apa kamu sudah memakainya ke pantai?" Tanya Darren sambil mendorong tubuh Calista hingga jatuh sempurna diatas kasur.     

"Mana mungkin? Mommy bilang itu adalah salah satu koleksinya yang akan dipamerkan saat launching minggu depan. A-aku hanya disuruh pakai untuk di foto." Calista memundurkan tubuhnya menjauh dari Darren yang tetap mengejarnya sampai ke atas kasur.     

"Bagus! Aku tidak ingin nama baikku tercemar kalau sampai tubuhmu tampil didepan banyak orang dalam keadaan setengah telanjang." Jawab Darren sambil melepas kaos yang membungkus tubuhnya. Kini dada berotot dan berbentuk roti sobek itu terpampang jelas dihadapan Calista.     

"Kamu mau apa, Darren? Apa tadi belum cukup? Tolonglah, aku masih lelah." Jawab Calista sambil mencoba meloncat dari kasur menuju lantai dan pergi sejauh mungkin dari pria yang selalu dalam musim kawin ini.     

"Kamu mau lari kemana? Temani aku tidur saja. Aku lelah belum istirahat sejak sampai hotel." Darren menangkap tubuh Calista yang akan melarikan diri dan melemparkannya kembali ke atas kasur.     

Darren memeluk tubuh perempuan ayu itu dengan kuat seolah tidak ingin terpisahkan. Wajah Calista menempel sempurna dibawah leher Darren. Angin yang berhembus dari hidung Calista menerpa leher Darren membuat kulit tubuh pria itu meremang geli.     

"Jangan bangkitkan hasratku lagi. Beri aku waktu untuk tidur, nanti aku akan kabulkan keinginanmu." Jawab Darren.     

"Kamu! Kenapa yang ada didalam otakmu hanya bercinta dan bercinta. Aku tidak bisa bergerak karena kamu memelukku erat."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.