Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 31: Perempuan Gila Di Tengah Malam



BAB 31: Perempuan Gila Di Tengah Malam

0Siapa?" Suara Darren mengagetkan Calista yang sedang berpikir keras. Namun, akhirnya dia katakan juga maksud kedatangan bu Hera.     

"Tamu yang sudah kamu duga sedang berusaha masuk dengan membunyikan klakson berkali-kali. Coba dengarkan!" Darren yang hanya mengenakan handuk menutup bagian bawah tubuhnya dan butiran air masih menetes di rambut lebatnya, mendekati Calista dan menyandarkan tangannya diatas bahu kanan sang istri. Hal itu membuat Calista risih. Apalagi bu Hera jelas-jelas masih ada didepan mereka.     

"Bu Hera, hal seperti ini seharusnya tidak perlu sampai mengganggu kami. Telpon polisi saja untuk mengusirnya."     

BRAKKK!     

Darren menutup pintu dengan kencang. Calista dan bu Hera sama terperanjatnya dan tidak menduga akan reaksi Darren.     

"Sekarang, kamu mandi dulu. Badanmu dan pakaianmu kotor." Calista melihat kebawah kearah pakaian dan bagian tubuhnya yang terluka. Terbersit sebuah pikiran jahil di otaknya.     

"Kata dokter, lukaku tidak boleh terkena air selama beberapa jam kedepan. Jadi, malam ini aku tidak akan mandi." Calista berjalan meninggalkan Darren hendak menuju kasur namun tangan kanannya ditarik Darren hingga tubuh Calista jatuh tepat didalam pelukannya.     

"Aku tidak suka bercinta dalam keadaan kotor. Kalau kamu tidak ingin basah lukanya, aku bisa membantumu mandi." Darren memegang tengkuk Calista dan hendak menciumnya namun Calista mendorong tubuh Darren sekuat tenaga.     

"Aku bisa mandi sendiri." Calista setengah berlari menuju kamar mandi dan menutup pintu lalu menguncinya.     

"Dasar psycho! Aku masih terluka begini malah jelas-jelas berkata ingin bercinta. Huh, biar aku buat lama-lama disini." Calista melepaskan bajunya perlahan dan mulai membersihkan tubuhnya menggunakan air shower.     

Lukanya sudah mengering. Dia hanya ingin menghindar dari terkaman Darren dengan berbohong. Namun ternyata iblis tidak mudah dibohongi. Setelah beberapa menit menikmati guyuran air hangat yang menyegarkan, Calista baru teringat dia tidak membawa piyama bersamanya tadi.     

"Duhhh, lupa lagi lupa lagi. Dasar pikun!" Calista merutuki kecerobohannya dan membungkus tubuhnya dengan handuk dari dada sampai pangkal paha. Calista membuka pintu pelan-pelan dan mengintip lewat celah pintu yang terbuka.     

"Sepertinya aman. Dia tidak ada didalam kamar." Calista membuka pintu lebar-lebar dan benar saja tidak ada Darren didalam kamar. Calista menghela napas lega dan segera menuju lemari baju untuk mengambil piyamanya.     

Calista memilih piyama kaos dan celana panjang. Dan, dia pun menyisir rambutnya yang setengah basah dan menyemprotkan sedikit parfum ke tubuhnya. Memang benar kata Darren, paling enak mandi sebelum tidur, gumamnya. Dulu saat masih jadi office girl, Calista jarang mandi malam pulang kerja. Pasti langsung tertidur saking lelahnya.     

Lambaian gorden di jendela kamar menari-nari ditiup angin malam. Calista mendekati dan ingin menutupnya. Baru saja dia memegang salah satu tirainya, dia melihat dibawah sana dua orang saling berciuman mesra. Calista menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas.     

Sungguh pemandangan yang istri manapun pasti terbakar emosinya ketika melihat suaminya berciuman dengan perempuan lain didepan matanya. Begitu juga Calista, dia menggigit bibirnya melihat yang tidak seharusnya dilihat.     

Tiba-tiba Darren melihat ke arah atas dan mata hijaunya bertubrukan dengan mata hitam Calista. Spontan Darren menghentikannya dan memegang kedua tangan Britney untuk menjauh. Calista tersadar dan segera menutup tirai dan jendela kacanya rapat-rapat.     

"Sial!" Darren memekik tertahan.     

"Kenapa sayang? Apakah aku berlebihan? Maafkan aku!" Jari Britney ingin mengusap bibir Darren namun ditepisnya.     

"Pulanglah. Kamu sudah masuk mansionku jadi seharusnya kamu tidak penasaran lagi." Darren menarik tangan Britney menuju pagar gerbang agar keluar meninggalkan rumahnya. Namun, Britney melepaskan tangan Darren dan tiba-tiba berlari menuju ke dalam rumah.     

"BRITNEY!" Darren segera mengejar perempuan cinta pertamanya itu agar segera pergi meninggalkan rumahnya. Tapi terlambat sudah. Britney sudah masuk kedalam ruang tamu dan melihat-lihat didalamnya.     

"Apa yang kamu lakukan? Ini sudah tengah malam. Pulanglah!" Namun suara Darren yang berat seolah tidak dianggap oleh Britney yang masih asyik melihat foto-foto dan semua perabotan didalamnya.     

"Kamar kamu dimana sayang? Tunjukkan padaku." Dengan senyum memikatnya, Britney menggoda Darren dengan menarik tangannya untuk mengajaknya ke kamar utama rumah tersebut. Darren melebarkan matanya. Apa maksud Britney? Dia harus segera keluar dari rumah ini sekarang juga! Batin Darren.     

"Britney, kamu benar-benar harus pulang. Aku tidak bisa mentolerir lagi kelakuan kamu saat ini." Darren menggertakkan giginya dan menatap tajam mata Britney yang sulit untuk diberitahu.     

"Kamu kenapa sih? Aku kan ingin lihat rumah masa depanku. Aku ingin tahu apakah sudah sesuai yang aku mau. Kamu lupa ya, aku kan yang buat denahnya." Britney mengerling genit dan tertawa manja. Semua pria pasti menyukai cara tertawa menggodanya, tapi tidak dengan Darren. Dalam pikirannya sekarang adalah Calista yang ada didalam kamar.     

"Tidak ada yang boleh masuk kerumah anakku sebelum sah menjadi suami istri!" Suara menggelegar ciri khas wanita yang penuh ketegasan dan pengalaman hidup, membuyarkan lamunan Darren dan keinginan Britney.     

"Seingat saya, kamu sudah dan masih menikah. Bagaimana bisa tengah malam begini ada dirumah seorang pria." Pertanyaan Sara yang lembut dan beraturan namun menusuk tajam ke relung hati seorang Britney.     

Darren menelan salivanya susah payah. Maminya datang tengah malam begini pasti ada urusan yang sangat penting. Sementara Britney, tampak salah tingkah dan gugup. Sara, maminya Darren adalah salah satu wanita paling berpengaruh di kota.     

Tidak mudah bagi Britney untuk melunakkan hatinya. Dan, kini dia tertangkap basah berada didalam rumah anaknya tengah malam. Imej yang sudah dijaga baik-baik, musnah dalam sedetik.     

"Tante, sa-saya ada urusan penting dengan Darren jadi kemalaman untuk pulang. Jadi, saya berniat untuk menginap semalam dirumah Darren dan besok pagi saya sudah pergi lagi." Britney memutar otaknya untuk berbicara tanpa ada kesalahan.     

"Urusan penting? Oya, saya dengar ada perempuan gila yang membunyikan klakson berulang-ulang didepan gerbang tengah malam begini. Apa kamu melihat perempuan itu?" Sara duduk diatas sofa panjang dengan kaki kanan disilangkan keatas kaki kiri. Kedua tangannya dilipat didepan dada. Sementara rambut panjangnya yang hitam tergulung sempurna diatas kepala dengan sangat cantiknya.     

Britney mengeraskan rahangnya. Sungguh perkataan Sara sudah sangat keterlaluan. Darren pun menengahi dengan memanggil seorang supir pribadinya untuk mengantar Britney pulang.     

"Dia yang datang sendiri, tidak perlu diantar pulang. Mami rasa Britney sudah hapal jalan pulangnya, ya kan sayang?" Sara mengedipkan sebelah matanya dengan maksud memprovokasi. Britney tersenyum tipis mendengarnya. Perempuan masa lalu Darren itu pun mengambil tas selempangnya diatas kursi dan menundukkan kepala sekedar memberi hormat pada Sara dan melihat Darren dengan pandangan kesal.     

Bunyi suara mobil dihidupkan dan dijalankan dengan kasar terdengar sampai kedalam. Dan hanya dalam hitungan menit, suara mobil itu pun hilang ditelan malam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.