Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 154. Pesan Rahasia



II 154. Pesan Rahasia

1"Antarkan aku mengambil pakaianku di apartemenmu. Sayang sekali jika tidak terpakai disana, padahal merk terkenal semua." Britney mendecih.     
0

"Huuuff, baiklah. Cepat aku tunggu dibawah sekarang juga." Dave meminta kunci pada Britney dan dia pun keluar ruangan lebih dahulu. sepeninggal Dave, Britney tampak mengetik pesan tertulis kepada seseorang.     

Mereka pun keluar dari kantor dengan mobil masing-masing. Dave melajukan mobilnya terlebih dahulu menuju apartemen yang lama tidak ditempatinya. Britney menyusul dibelakang dengan perasaan senang luar biasa, karena sebentar lagi aka nada pertunjukkan fantastis yang sayang dilewatkan.     

Dengan langkah panjang dan cepat, Dave segera menuju unit apartemennya yang berada dilantai paling atas. Britney menyusul dengan setengah berlari menyamakan laju jalan Dave.     

"Ambil semua baju milikmu, jangan ada sisa satupun. Aku tidak mau ada jejak perempuan tertinggal disini." Ujar Dave dengan tidak sabar ingin segera keluar dari apartemen ini dan buru-buru pulang kerumahnya, tempat dimana Dian sedang berada.     

"Huh, banyak sekali pakaianku. Aku tidak bisa mengemas semuanya dengan cepat. Tunggu aku ya, sebentar aku ambilkan minuman dulu. Biar santai menungguku memasukkan pakaian." Britney hendak berjalan ke dapur namun tangannya dicegah Dave.     

"Kita kesini bukan untuk minum-minum. Segera selesaikan atau aku buang semua pakaianmu keluar pintu." Ujar Dave dengan pelan namun penuh ancaman. Britney menghela napasnya. Dalam hatinya dia berdoa semoga semua berjalan sesuai rencananya.     

Lima belas menit sudah, Dave tidak sabaran.     

"Lima menit lagi atau aku buang semua pakaianmu." Ujar Dave. Britney mengulur waktu dengan melipat secara perlahan. Kalau dia tidak bisa memiliki Dave, maka perempuan lain pun tidak boleh memilikinya.     

Britney membuka pintu apartemen diganjal sandalnya sehingga siapapun bisa masuk kedalam kamar.     

"Siapa sih pengirim pesan ini? Katanya Dave terluka parah didalam apartemen dan tidak ada yang bisa dimintain tolong. Bukannya ada petugas juga di apartemen?" Dian yang keluar dari rumah dengan dikemudikan oleh salah satu supir Dave, melaju ke apartemen dari lokasi yang dibagikan oleh seseorang tak dikenal.     

"Masih lama pak?" Tanya Dian pada supirnya.     

"Sebentar lagi nyonya." Akhirnya pintu gerbang apartemen sudah terlihat didepan mata. Mobil itu pun masuk melewati pintu depan dan Dian turun di depan lobi. Perempuan yang memiliki tubuh ramping dengan dada agak besar dan rambut sebahu, berjalan menuju lantai dan kamar yang ditulis seperti didalam pesan.     

"Ah sepertinya disini." Akhirnya Dian menemukan unit yang dimaksud. Lantai paling atas yang hanya memiliki sedikit unit. Dian ingin mengetuk pintu namun dilihatnya pintu tidak tertutup, malah ada sandal yang mengganjal. Tapi, Dian tetap mengetuk pintu sebelum masuk.     

"Tok tok tok … Dave … kamu didalam?"     

Britney yang mendengar suara perempuan targetnya, langsung menarik kerah Dave dan menjatuhkan diri mereka diatas kasur. Namun, Dave tidak mendengarnya karena sedang sibuk menerima telpon.     

"Dave, berikan aku kenangan terakhir kali sebelum kita berpisah." Britney mengecup bibir Dave dan melumatnya. Dave membanting tubuh Britney menjadi dibawahnya.     

"Tidak ada kenangan. Karena diantara kita berdua hanya main-main belaka." Ujar Dave dengan menatap tajam mata Britney.     

"Dave … kamu dimana?" Dian sudah berada di ruang tamu tapi tidak menemukan Dave. Perlahan Dian menuju kamar yang berada di depan ruang tamu. Pintu geser memudahkan dirinya untuk langsung melihat yang ada didalam.     

Dan, betapa terkejutnya dia ketika dengan mata kepalanya sendiri, perempuan itu melihat Dave dan Britney bergumul diatas kasur saling memagut seperti layaknya suami istri.     

Dave melotot kaget melihat Dian berdiri didepan pintu. Sementara Britney tersenyum puas karena rencananya berhasil.     

"Ma-maaf, aku …" Dian langsung melarikan diri keluar dari apartemen secepat mungkin.     

"Brengsek!" Dave mengumpat dan berlari mengejar istri yang dicintainya tanpa disadarinya. Dave berlari sekencang mungkin mengejar Dian yang berlari lebih cepat. Pintu lift yang ditunggu kebetulan langsung terbuka dan Dian segera masuk kedalam dan memencet nomer lantai yang dituju. Dave bergerak cepat dan menyusul Dian yang sudah masuk lift.     

"A-aku aku datang kesini … Ummmppphh." Dave tidak memberikan kesempatan Dian untuk mengemukakan alasannya datang. Pria itu langsung membungkam mulut Dian dengan menciumnya penuh gairah dan hasrat memiliki yang sangat menggebu.     

"Hmmmpp …" Dian memukul-mukul dada Dave minta dilepaskan namun Dave tidak peduli dan makin liar menyusuri rongga mulut Dian. Tubuh Dian dipepet hingga bersandar ke dinding lift. Bahkan setelah pintu terbuka, Dave masih terus memepet Dian dan menciumnya seperti orang kerasukan.     

Dave baru melepaskan ciuman setelah pintu hampir menutup kembali. Tangan perempuannya ditarik menuju mobil yang dia bawa dan dihempaskan begitu saja ke dalam mobil secara paksa. Dian panik ketakutan melihat gelagat Dave yang kasar. Namun matanya tidak bisa menangis. Hanya saja tubuhnya gemetaran menanti hukuman apa yang akan diberikan Dave padanya.     

"A-aku ke apartemen kamu karena ada yang mengirim pesan padaku kalau kamu terluka parah." Dian memberanikan diri untuk membuka mulutnya. Namun, Dave tetap diam dengan matanya menatap tajam jalanan didepan sambil memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Kali ini Dian menahan dirinya untuk tidak berteriak. Perempuan malang itu hanya bisa berdoa dan pasrah semoga Tuhan mengampuni dosa-dosanya kalau seandainya dia tidak diijinkan untuk berumur panjang.     

"Siapa nama pengirimnya?" Akhirnya Dave bersuara meski singkat.     

"A-aku tidak tahu. Tidak ada namanya." Jawab Dian gugup dan panik bercampur aduk merasakan mobil yang ditumpanginya bukan lagi ngebut tapi sudah terbang tidak menginjak jalanan beton.     

"Sudah pasti dia. Cih! Dasar wanita murahan!" Rutuk Dave sambil memukul setir kemudi.     

"Bisakah kamu pelan sendikit? Aku mau muntah …" Dian menutup mulut dengan kedua tangannya.     

Dave melihat ke bangku penumpang disebelahnya. Dian tampak pucat pasi dan kedua matanya memerah menahan gejolak didada. Dave langsung menepikan mobilnya mencari posisi paling aman dan sepi. Dian membuka sabuk pengaman dan langsung keluar dari dalam mobil.     

"Hueeeekkk … hueeekkk …" Perempuan malang itu mengeluarkan semua isi perutnya. Sejak dari rumah tadi, tubuhnya sudah tidak enak ditambah Dave mengemudikan mobil dengan ugal-ugalan. Dave membantu istrinya memijat tengkuk leher. Dian terus-terusan memuntahkan semua makanan dan minuman yang pernah mampir di perutnya.     

Dave menghela napas mengasihani sang istri yang tampak lemas dan pucat setelah muntah. Bibir Dian di lapnya dengan tissue dan tubuhnya di papah menuju kursinya kembali.     

"Tolong, semarah apapun kamu, jangan ngebut di jalanan. Itu bisa membahayakan orang lain dan juga diri kamu sendiri." Ujar Dian dengan suara lemasnya.     

"Huh, maaf aku emosi. Kamu juga tidak seharusnya main turutin aja apa kata pesan iseng. Kalau sampai dia mencelakaimu, kamu bisa apa?" Tanya Dave lagi. Pria itu masih belum ingin menghidupkan mesin mobil sportnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.