Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 124. Do You Miss Me?



II 124. Do You Miss Me?

0"Aku ingin membawanya ke Italy untuk beberapa bulan. Bagaimana menurutmu?" Tanya Lewis.     

"Uhukkkk …" Air minum yang masih berada di kerongkongannya tersembur keluar seiring kalimat yang diucapkan Lewis, bosnya.     

"Kamu kenapa?" Tanya Lewis sambil mengernyitkan dahi.     

"Ti-tidak apa-apa bos. Maksud bos, Likha adik saya mau diajak ikut ke Italy? Apa yang akan dia lakukan disana? Dia bukan wanita karir yang duduk dibelakang komputer. Keahliannya hanya menyuntik dan membuat pasien cepat sembuh." Sahut Niko.     

"Justru itu yang aku butuhkan. Hari ini aku akan ke klab. Buat janji untuk aku dan adikmu bertemu besok pagi di kafe depan rumah sakit dia bekerja. Atau dimana saja yang dia bisa bertemu. Aku akan bicara sendiri padanya nanti." Lewis berkata dan langsung memutuskan panggilan sepihak. Tinggal Niko yang bengong melongo mendengar kalimat yang diucapkan bosnya.     

"Likha, Likha, iya aku harus berbicara dengan Likha sekarang." Setelah sadar dari keterkejutannnya, Niko menghubungi Likha.     

-----     

Wanita yang masih tampak cantik dan anggun di usia yang tidak lagi muda itu, tampak sangat bersemangat dan fokus dalam mengerjakan desain yang sudah dia revisi dan mendapat persetujuan dari kliennya, Sara. Agnes yang sore ini hanya mengenakan kaos oblong warna putih dengan rambut di kuncir kuda dan celana panjang jeans selutut, dipastikan kalau saat dia keluar rumah dengan penampilannya yang sekarang ini, semua pria usia dua puluh tahunan pasti akan menggoda dan mengira Agnes berusia hampir tiga puluh.     

Dua hari tanpa kehadiran Donni membuat Agnes merasa sangat bebas dan tanpa tekanan. Namun, bila malam tiba, jauh didalam lubuk hatinya, dia merindukan sosok pria yang selalu menemaninya tidur disampingnya. Meskipun begitu, setiap hari, tidak kurang dari tiga kali sehari, Donni pasti melakukan panggilan lewat video ke Agnes.     

"Kamu lagi ngapain?" Donni yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah dan handuk yang membelit tubuh bagian bawahnya, tampak segar di pandang oleh Agnes. Perempuan itu sampai menelan salivanya susah payah.     

"A-aku lagi makan malam." Jam menunjukkan pukul 5 sore dan pada jam ini lah Agnes menyudahi makan hariannya.     

"Aku baru akan makan malam sebentar lagi. Do you miss me?" Donni menatap perempuan yang sedang menyuap salad sayur ke dalam mulutnya.     

"Uhuk … miss you? Never!" Jawab Agnes sambil mencari minuman di dalam kulkas dan menenggaknya langsung dari botol tanpa menyentuh bibir botol minuman.     

Donni mengusap dagu dan rahangnya yang lumayan berbulu lebat. Menyaksikan cara Agnes minum membuatnya juga menelan saliva. Hasrat yang biasa pria itu tuntaskan setiap hari, kini harus menunggu selama minimal lima hari untuk menahan dan mengalihkannya dengan sering berolahraga setiap menjelang tidur.     

"Yakin tidak kangen padaku, hehe? Oya bagaimana pekerjaanmu? Sepulang dari sini nanti aku ingin menggunakan jasamu untuk mendesain kantorku." Donni menepis imajinasi liarnya dengan segera memakai kaos dan celana kargo nya.     

"Lancar tanpa halangan kalau tidak ada yang menggangguku." Jawab Agnes sambil melanjutkan makannya.     

"Kamu makan malam dulu saja,baru telpon aku lagi nanti." Agnes ingin mengusir pria itu dari panggilan video karena ingin menuntaskan makan malamnya dengan cepat dan melanjutkan pekerjaanya. Namun, panggilan yang sudah setengah jam ini seolah-olah akan berlangsung semalaman.     

"Oh, jadi kamu menantikan panggilan dariku lagi setelah ini? Sebenarnya aku ingin langsung tidur saja tapi baiklah, aku tutup dulu. Nanti aku telpon lagi. Bye."     

"No, bukan begitu…"     

KLIK!     

"Ah siaal, pria itu pasti besar kepala sekarang. Menyangka aku selalu menantikan telpon darinya. Awas kalau telpon lagi, tidak akan aku angkat!" Gumam Agnes gemas. Maksud hatinya malah jadi disalah artikan oleh Donni. Sementara di ujung sana, Donni terkekeh membayangkan wajah kesal Agnes.     

Agnes menyelesaikan pekerjaannya hingga larut malam. Dan, dia pun langsung tertidur pulas karena kelelahan yang teramat sangat.     

-----     

Beberapa jam sebelumnya, seorang perempuan segera mengganti pakaian kerjanya dengan pakaian rumahan dan langsung menuju dapur untuk memasak. Dia membuka kulkas dan melihat banyak bahan disana. Dian sudah terbiasa memasak dan makanannya mendapat pengakuan enak dari rekan-rekan kerja yang pernah merasakan makanan buatannya.     

"Biar saya saja nyonya. Nyonya baru pulang kerja pasti capek." Seorang pelayan yang masih muda belia, mungkin seumuran Dian, tiba-tiba datang menghampiri dan ingin merebut bahan-bahan yang dipegang Dian.     

"Kamu … pelayan baru?" Dian tidak pernah melihat perempuan ini sebelumnya. Bahkan tadi pagi pun dia tidak melihatnya.     

"Benar nyonya, nama saya feni. Saya adik dari Dona, kakak saya. Beliau mengundurkan diri dan meminta saya untuk menggantikannya." Jawab Feni dengan suara lancarnya.     

"Oh, okay. Tapi tidak terima kasih, biar aku saja yang memasaknya. Kamu bantu aku mencuci peralatannya saja nanti ya." Jawab Dian dengan ramah.     

"Baik nyonya." Feni pun dengan gesit segera membantu mengeluarkan peralatan memasak yang dibutuhkan. Dian tersenyum melihatnya.     

Malam ini Dian memasak sapi lada hitam, ikan nila bakar, tempe goreng, sayur capcay, juga selada sayur tidak ketinggalan. Perempuan itu tidak berharap mendapatkan pujian dari pria yang memaksa menjadi suaminya. Dian hanya menuruti isi kontrak yang tertera harus melayaninya setiap hari. Baik urusan makanan dan lain-lain.     

Tidak terasa, Dian sudah menghabiskan waktu satu setengah jam untuk memasak. Setelah semua beres, Dian pun menuju kamarnya dan membersihkan tubuhnya yang lengket. Dian ingin merelakskan tubuhnya dengan mandi berendam menggunakan aromatherapy mawar. Perempuan itu masih melihat bercak-bercak merah hasil perbuatan Dave kemarin malam masih terlihat sebagian. Karena hal inilah, Dian harus memakai pakaian panjang dan menutupi lehernya.     

Setelah menuntaskan ritual mandinya, Dian mengenakan piyama kaos dan celana panjang. Dave mengatakan akan pulang telat. Syukurlah kalau begitu, lebih baik lagi tidak pulang sekalian. Gumam Dian.     

"Dave, kita ke diskotek yuk. Sudah lama kita tidak mabuk-mabukkan." Britney masuk kedalam ruangan kerja Dave selepas jam kerja. Wajah perempuan mungil itu yang sudah lebih segar dengan polesan make up tebal di seluruh wajahnya, menandakan dia akan menikmati malam ini dengan berpesta semalam suntuk, seperti yang biasa dia lakukan.     

"Sorry, aku tidak bisa. Aku lelah dan harus pulang cepat." Jawab Dave. Bayang-bayang wajah Dian dan makanan di meja makan, lebih menarik minatnya untuk segera pulang.     

"Kamu kenapa sih? Akhir-akhir ini tidak pernah mau aku ajak kemana-mana. Kamu lupa ya, kamu yang membuatku bercerai dari Donni!" Britney melipat kedua tangannya didepan dada. Wajahnya kesal bukan main karena selalu diabaikan oleh Dave. Sejujurnya, saat ini tidak ada satu orang pria pun yang dekat dengannya. Semua telah pergi menjauh darinya. Setelah perceraiannya dengan Donni, Britney mengira dengan Dave dunia akan lebih indah karena dia bisa bebas melakukan apapun.     

Nyatanya, Dave selalu menolaknya dan tidak menginginkan dirinya. Britney curiga, Dave punya perempuan lain sehingga tidak peduli lagi pada dirinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.