Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 170. Berkeliling Kota Milan (3)



II 170. Berkeliling Kota Milan (3)

0"Oh terlihat jelas kah? Maaf, saking senangnya aku jadi senyum-senyum terus."     

TING!     

Pintu lift terbuka masih dilantai 3. Sepasang suami istri warga Italy yang sudah berusia masuk kedalam lift. Mereka melihat Lewis dan Likha dan tersenyum ramah,     

"Siete una coppia di sposi novelli? (Apakah kalian pasangan baru menikah?)" Wanita tua itu berkata kepada Lewis yang dilihatnya dengan tampang blasteran. Lewis tersenyum geli sedangkan Likha menatap Lewis meminta arti dari yang dikatakan ibu tua tersebut.     

"No, ma siamo fidanzati. (Tidak, tapi kami sudah bertunangan)." Jawab Lewis denga senyum memikatnya.     

"Beh, complimenti. Spero che la sposi presto perché è una donna molto bella. non essere dispiaciuto. (Wow, selamat ya. semoga kamu segera menikahinya karena dia perempuan yang sangat cantik. jangan sampai kamu menyesal)."     

"Grazie signora. (Terima kasih, nyonya)." Jawab Lewis sambil tersenyum.     

TING!     

Akhirnya mereka ber-empat pun sampai di lantai satu dan keluar menuju tempat tujuan masing-masing.     

"Bisa tolong anda katakan apa yang kalian bicarakan tadi?" Likha merasa namanya sedang dibicarakan namun dia tidak bisa berkata apa-apa karena dia tidak mengerti sama sekali apa yang Lewis katakan kepada wanita tua tersebut.     

"Tidak ada, cuma perbincangan ramah tamah saja. Ayo." Lewis berjalan lebih dulu dan tersenyum senang sepanjang jalan menuju mobilnya.     

Likha hanya bisa mengangkat bahu dan menghela napas pasrah. Lewis pasti mengerjainya namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena dia sendiri tidak bisa bahasa Italy.     

"Ayo, jangan jauh-jauh dariku. Kalau kamu tersesat bahaya karena kamu tidak bisa bahasa Italy kan?" Jawab Lewis sambil tersenyum dan menampakkan barisan gigi putih bersihnya.     

"Betul kan? Pasti kamu dan wanita tadi membicarakanku karena matanya melihat aku terus." Kata Likha penasaran.     

"Haha, sudahlah. Ayo masuk ke mobil." Jawab Lewis, sambil membuka pintu penumpang bagian depan agar Likha bisa masuk. Likha menekuk mulutnya karena dia merasa dikerjai oleh Lewis.     

"Pasang sabuk pengamanmu. Hari ini aku akan menjadi pemandu wisatamu. Mari nyonya." Jawab Lewis. Pria dingin dan penuh misterius ini ternyata bisa juga tersenyum dan berkata santai.     

"Tempat pertama yang kita akan kunjungi adalah Brera District." Ujar Lewis sambil memutar setir berbentuk lingkaran seperti hulahop itu, keluar dari apartemen menuju tempa pertama yang akan disinggahi hari ini.     

"Brera District? Ada apa saja disana?" Tanya Likha antusias.     

"Kamu bisa mencicipi rasa pizza sesungguhnya disana. Banyak toko yang menjual aneka makanan asli Italy, pakaian dengan brand terkenal, dan lain sebagainya. Nanti kamu bisa lihat sendiri." Ucap Lewis sambil terus fokus memperhatikan jalanan, sesekali melihat kaca spion yang ada di sisi kiri dan kanan juga diatas kepalanya.     

"Wah, sepertinya menarik." Jawab Likha penuh semangat.     

"Nanti, kamu jangan jauh-jauh dariku. Kalau perlu aku ikat biar tidak lepas. Karena perempuan cenderung berhenti di suatu tempat yang menurutnya sangat bagus untuk dilihat." Jawab Lewis.     

"Memangnya kaum pria tidak? Sama saja! Aku sering melihat kakakku kalau lagi jalan-jalan berdua, dia pasti berhenti mendadak ketika melihat ada benda aneh yang memaksanya untuk melihat." Jawab Likha tidak mau kalah.     

"Oh." Lewis tidak bertanya atau berkata apa-apa.     

Karena tempat yang dituju tidak jauh dari apartemen dan juga jalanan lumayan sepi, mereka berdua pun sampai di Brera District lebih cepat dari yang diperkirakan Lewis. Lewis dan Likha berjalan kaki sepanjang tempat tersebut. Karena pengunjung saat itu lumayan ramai, Likha mau tidak mau terpaksa berjalan agak dekat dengan Lewis. Sesekali tubuh Likha yang tidak begitu tinggi dan tidak kecil juga, terdorong oleh pengunjung yang lewat sehingga berpisah tiga meter jauhnya dengan Lewis.     

Lewis yang khawatir Likha akan hilang ditengah kerumunan pengunjung, pria itu pun menggenggam tangan Likha yang terbungkus sarung tangan yang terbuat dari woll tebal.     

"Kamu mudah sekali terombang-ambing. Pegangan padaku agar kamu tidak tersesat dan hilang." Jawab Lewis datar.     

Setelah hampir setengah jam menyusuri jalanan District, mereka pun bersantai sejenak di salah satu kafe yang ada disana. Likha memesan susu coklat, sementara Lewis memesan kopi hitam.     

"Sudah puas menikmati tempat ini?" Lewis memberanikan diri menatap perempuan berjilab merah muda dihadapannya.     

"Sepertinya sudah. Terus, kamu mau bawa aku kemana lagi?" Likha penasaran dengan tujuan kedua mereka hari ini.     

"Kamu suka museum? Milan terkenal dengan objek wisata yang dimodifikasi dari gereja tua." Tanya Lewis.     

"Hmm, iya, aku tidak begitu suka museum. Aku lebih suka taman, tempat berjalan-jalan, dan juga kafe, hehe …" Jawab Likha sambil terkekeh.     

"Taman? Baiklah, kita akan kesana sebentar lagi." Jawab Lewis.     

Likha tersenyum sumringah mendengarnya. Hari ini dirinya benar-benar dimanjakan oleh Lewis, yang sebentar lagi akan melepas hubungan sebagai bos dan anak buah.     

"Kenapa kamu tersenyum?" Tanya Lewis.     

"Memangnya tidak boleh tersenyum?" Jawab Likha menimpali.     

"Tentu saja boleh. Tapi, kamu tersenyum setelah melihat wajahku. Jadi, aku berhak untuk tahu." Ucap Lewis tidak mau kalah.     

"Cih! Yang benar saja. Sudahlah, ayo kita lanjut jalan-jalannya." Jawab Likha sambil melilitkan kembali syalnya ke leher dengan benar.     

"Oh, sekarang kamu sudah berani memerintahku?" Lewis menatap tajam Likha.     

"Huhhh, karena anda hari ini adalah sebagai pemandu wisata saya, bukan sebagai bos. Anda sendiri yang bilang." Likha beranjak pergi meninggalkan Lewis yang masih terbengong. Dia lupa kalau dia sendiri yang mengatakan itu tadi saat baru berangkat. Lewis terkekeh tidak percaya dengan kebodohannya.     

"Hei tunggu!" Lewis menyusul Likha yang hampir hilang dari pandangan.     

"Aku bilang jangan pergi jauh dariku." Lewis menggenggam tangan Likha kembali dan menariknya menuju mobil karena akan ke tempat kedua hari ini.     

Taman Simplon bisa dibilang merupakan 'halaman' dari kastil Sforzesco. Banyak orang yang mengunjungi kastil kemudian beristirahat, makan siang, atau beli suvenir di kios-kios yang ada di taman ini. Walaupun demikian, bagian terluas dari tanaman ini adalah hamparan rumput dan rimbunnya pepohonan.     

Berdekatan dengan kastil Sforza dan Arch of Peace. Desain taman dirancang dengan tujuan menciptakan pemandangan panorama yang mencakup kastil Sforza dan Arch of Peace. Di taman ada arena Civica (arena olahraga), Acquario Civico, (akuarium umum) dan menara Torre Branca. Naik lift sepanjang jalan untuk pemandangan taman yang luar biasa, Milan Duomo dan gedung pencakar langit modern kota. Taman ini adalah tempat yang sempurna untuk menikmati berjalan-jalan atau berlari di antara bunga-bunga dan tanaman hijau, jauh segar di tengah hiruk pikuk hutan kota. Pengunjung bisa menikmati menonton bebek berenang di bawah jembatan baja, Ponte Della Sirenette.     

Jalan-jalan hari ini sangat berkesan bagi Likha. Ketika sedang duduk di hamparan rumput yang luas, Likha menundukkan wajahnya. Tidak terasa air matanya jatuh. Likha merasakan sungguh keajaiban Allah SWT yang Maha Besar. Sungguh dirinya sangat bersyukur bisa menikmati ciptaan-Nya dibelahan bumi lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.