Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 177. Pigura Pernikahan



II 177. Pigura Pernikahan

0"Nyonya, maaf ada telpon dari tuan muda." Ivan tiba-tiba datang menghampiri dan membawa telponnya untuk diterima Calista.     

"Tuh lihat kan mah, kesini saja ditelepon segala."Calista mengerucutkan bibirnya, sementara Agnes terkekeh mendengarnya.     

"Darren …" Calista menjawab telepon Ivan yang diberikan padanya.     

"Kamu kemana saja? Aku telpon dari tadi tidak diangkat." Calista mengerucutkan bibir mendengar suami posesifnya masih mempertanyakan kemana dia pergi. Padahal jelas-jelas bersama pengawal yang dia berikan.     

"Memangnya Ivan tidak laporan ke kamu kemana aku pergi? Aku kira dia setiap menit melaporkan statusku." Jawab Calista dengan suara lemas.     

"Calista Ardiningrum, aku hanya berbicara denganmu. Tidak ke orang lain." Jawab Darren dengan suara berat dan baritonnya.     

"Tuan Darren Anderson, perjuanganku hari ini membuahkan hasil. Besok aku boleh kerumah temanku. Tapi ada syaratnya. Nanti aku ceritakan padamu dirumah ya. Sekarang aku mau pulang. Aku masih di butik mami." Jawab Calista malas-malasan.     

"Kamu ke butik? Ada apa? Mami meminta tolong lagi padamu? Eh, tadi kamu memanggil namaku dengan lengkap. Well, sepertinya nyonya Darren minta dihukum kembali." Darren menebarkan aura mengancam dengan menyeringai sinis. Perkataanya membuat kedua bola mata terbelalak lebar dan susah payah menelan saliva.     

"Kamu kenapa sih? Sama mami sendiri curiga terus. Aku sudah lama tidak ke butik. Tadi aku bawakan mami kue coklat kesukaannya. Dan, pas kebetulan aku mau pulang, mamah datang ke butik. Ini pun aku belum bicara banyak dengan mamah. Ya sudah, aku pulang sekarang. Nanti kutelpon lagi ya." Jawab Calista.     

"Calista, ini aku yang menelponmu. Kamu menelponku kalau ada maunya saja." Darren mendengus, terdengar jelas dari hembusan napas ditelinga Calista lewat telpon genggam yang menghubungkan mereka.     

"Hahaha, ya sudah ya. Aku pulang. Dari tadi ngomong pulang tapi tidak pulang-pulang." Jawab Calista.     

"Suruh Ivan antarkan kamu ke kantorku sekarang."     

"Kamu … mau apa?" Entah kenapa, bulu kuduk Calista mendadak meremang. Pikiran negative mulai bermain-main di kepala dan hatinya.     

"Kesini saja. Ada yang ingin aku ceritakan padamu sekarang." Jawab Darren.     

"Tidak bisa dirumah saja? Aku sudah mau sampai rumah!" Jawab Calista sambil menggigit bibirnya.     

"Calista Ardiningrum, kamu mulai berani membantah ya sekarang." Darren menyeringai jahat dengan senyuman iblis di bibirnya. Istrinya semenjak hamil semakin berani membantah dan bertindak. Apa mungkin gen dari tubuhnya menjalar lebih banyak ke bayi yang dikandung daripada gen istrinya yang ceroboh namun memiliki rasa setiakawan yang sangat besar, tidak seperti dirinya yang egois dan tidak peduli.     

"Huft, iya aku kesana." Jawab Calista.     

"Ivan, antarkan aku ke kantor Darren … sekarang juga. Itu perintah!" Calista menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat dan menyerahkan telpon genggam Ivan kembali ke pemiliknya.     

"Siap nyonya." Ivan segera menuju mobil dan menghidupkan mesinnya. Kedua orang ajudan dan majikan itu bergegas meninggalkan pelataran parkir butik untuk menuju tempat parkir di tempat berbeda.     

"Ivan, tadi Darren telpon, kamu bilang apa saja ke bos mu itu?" Calista merasa perlu untuk menyamakan perkataan antara dia dan pengawalnya itu.     

"Aku hanya bilang kalau dari kantor suami teman nyonya, kita langsung ke toko kue, dan setelah itu pergi ke butik." Jawab Ivan datar sambil terus mengemudikan si roda empat.     

"Hmm, baguslah. Tidak ada yang dilebih-lebihkan." Ucap Calista. "Terus kamu tahu tidak, kenapa bos mu itu meminta aku datang ke kantornya?"     

"Maaf nyonya, aku tidak tahu." Jawab Ivan dengan wajah datar seperti ciri khasnya.     

"Huft, baiklah. Kita lihat nanti apa yang mau di perlihatkan padaku." Ucap Calista.     

"Pasang yang benar! Luruskan! Harus berada tepat di belakang kursiku! Nah, begitu. Agak ke kiri sedikit. Sedikit lagi. Lagi. Okay, sekarang sudah pas. Kalian boleh keluar sekarang. Terima kasih." Dua orang office boy memungut dan merapihkan kembali peralatan tukangnya ke kotak bengkel berbentuk persegi panjang. Tidak berapa lama, seorang office girl masuk dan membereskan sisi-sisa kotoran akibat perbuatan dua orang office boy tadi.     

Dan, sekarang ruangan itu pun kembali bersih dan rapih, tanpa ada kotor dan debu sedikitpun, seperti yang pemiliknya inginkan. Pria bermanik mata hijau itu menatap benda yang ada dibelakangnya lekat-lekat. Bibirnya menyunggingkan senyuman puas dan bahagia. Dia yakin sekali istrinya yang akan datang nanti akan terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa lalu menangis bahagia dan memeluk dirinya. Membayangkan hal tersebut membuat pria ber status presdir muda itu tersenyum geli dan mengikik sendirian.     

Tok tok tok …     

"Ah dia sudah datang." Darren segera bersembunyi dibalik pintu. "Masuk." Ucapnya sebelum menyembunyikan dirinya seperti anak kecil yang main petak umpet.     

Perempuan hamil itu membuka pintu dan masuk kedalam tanpa melihat apa yang ada dihadapannya. Tubuhnya langsung terfokus pada sofa untuk merebahkan diri.     

Darren gemas sekali melihatnya. Perempuan itu malah merebahkan diri dengan posisi miring.     

"Darren, apa yang kamu lakukan disana?" Calista terheran melihat Darren yang sedang berdiri mengamatinya dari balik pintu dengan tatapan mata pasrah dan kesal.     

"Kamu! Bisa-bisanya datang tapi tidak mencari aku." Jawab Darren.     

"Kenapa aku harus mencari kamu? Kamu kan ada diruanganmu sendiri." Darren benar-benar menyerah dengan sifat Calista yang sangat polos dan menyebalkan.     

"Kemarilah." Akhirnya, pria itu pun menghampiri Calista dan menarik lengannya dengannya dengan lembut untuk berdiri.     

"Mau kemana? Aku capek sekali seharian keliling." Jawab perempuan hamil muda itu lemas.     

"Kemarilah." Darren masih sabar untuk menuntunny. Tubuh Calista dituntun untuk berjalan menuju kursinya dan dihadapkan lurus-lurus.     

Sejenak kedua bola mata Calista melebar, mulutnya menganga, dan kedua tangannya otomatis menutup mulutnya yang terbuka terlalu lebar.     

"Oh … my … god … Darren, apa itu?" Calista dibuat takjud dengan kejutan yang diberikan Darren saat ini.     

Sebuah pigura sangat besar menempel dengan sempurna di belakang kursi Darren. Jadi, siapapun yang masuk ke dalam ruangannya akan melihat dengan jelas penampakkan benda berukuran paling besar didalam ruangan itu selain meja kerja Darren.     

Pigura pernikahan mereka dimana terdapat foto Darren dan Calista yang mengenakan pakaian pengantin lengkap dengan tiara di atas kepala Calista. Darren dengan wajah ala turki tampak sangat tampan dan Calista pun dengan rona wajah perpaduan Eropa dan Indonesia yang sangat cantik..     

Calista terharu hingga menitikkan air mata. Dan, lama kelamaan berubah menjadi tangisan bahagia. Darren menangkup kepala sang istri dan merekatkan didadanya.     

"Kamu suka?" Tanya sang suami.     

"Aku … aku tidak tahu … harus berkata apa." Calista berbicara dengan terbata-bata karena isakkan tangisnya yang membuatnya tidak bisa berbicara lancar.     

"Aku sudah merencanakannya sejak dari Bali. Dan, baru sekarang selesainya." Jawab Darren.     

"Kamu … begitu serius sekali merencanakannya. Aku kira kamu tidak mengakui pernikahan ini." Jawab Calista dengan terisak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.