Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 175. Bertamu Kerumah Dian (5)



II 175. Bertamu Kerumah Dian (5)

0Penampilan wanita hamil itu hari ini sangat kasual dengan kaos pendek warna hijau dan bolero warna putih. Dipadu padankan dengan celana panjang sepanjang betis warna hijau. Dengan rambut dikuncir kuda seperti biasa. Sungguh seperti mahasiswi di semester pertama.     

Belum sampai mengetik beberapa abjad di telpon genggamnya, pintu lift sudah terbuka. Calista dan Ivan masuk kedalam lift yang tidak ada satupun orang didalamnya. Calista berdiri menempel di dinding belakang, sementara Ivan berdiri tegap sempurna layaknya prajurit sedang bersikap siaga dibagian depan. Calista sepertinya rajin sekali menggeleng-gelengkan kepalanya hari ini, melihat sikap Ivan yang kaku seperti kanebo kering.     

Arloji di tangan kiri Calista menunjukkan pukul 9 pagi. Biasanya beberapa perusahaan menerapkan jam mulai kantor saat ini jadi Calista bisa bernapas lega tidak kepagian. Calista memencet tombol lantai satu tempat dimana pemeriksaan setiap tamu yang mau masuk melewati tiang barcode menuju pintu lift selanjutnya.     

Pintu lift pun terbuka dan tampak seorang petugas keamanan sedang hilir mudik mengawasi para karyawan atau tamu yang berjalan kesana kemari dengan maksud berbeda-beda. Calista mendekati meja resepsionis.     

"Permisi, maaf saya mau bertemu dengan Bapak Dave Kingston." Ujar Calista dengan sopan.     

"Maaf, apakah anda sudah membuat janji?" Jawab seorang perempuan muda dengan seragam hitam-hitam dan rambut di gelung rapih ke atas.     

"Belum, tapi anda bisa katakan padanya kalau saya teman istrinya, Calista nama saya. Pasti bapak Dave membolehkan saya masuk." Jawab Calista meyakinkan.     

Resepsionis perempuan itu pun tampak ragu namun dia memberanikan diri untuk menelpon ekstension sekretaris bosnya itu. Setelah berbicara dan menunggu beberapa saat, akhirnya Calista diperbolehkan untuk naik menuju ruangan CEO mereka berada. Calista dan Ivan pun menyerahkan kartu tanda pengenal mereka sebagai jaminan dan menuliskan nama juga maksud kedatangannya di buku folio besar beserta tanda tangan mereka.     

Setelah mendapatkan kartu pass, Calista dan Ivan melewati mesin otomatis setinggi pinggang dan menempelkan kartu pass tersebut dan mereka pun berhasil melewati mesin tersebut untuk menuju lift selanjutnya menuju lantai paling tinggi tempat dimana CEO perusahaan ini bekerja.     

Calista mengamati pergerakan angka yang ditunjukkan di dalam dinding lift bagian depan atas. Ivan masih seperti seharusnya yang berdiri tegap dengan sikap sempurna.     

TING!     

Akhirnya, pintu lift pun terbuka. Seorang petugas keamanan berpakaian safari seperti Ivan namun dengan warna berbeda, menyambut kedatangan mereka dan menanyakan maksud kedatangannya. Calista diarahkan menuju meja sekretaris.     

"Maaf, anda harus menunggu sebentar. Tuan Dave sedang memimpin rapat bersama para pimpinan." Jawab sekretaris cantik yang berpakaiang seksi dengan potongan serba minim itu. Matanya yang menatap penampilan Calista seolah berpikiran kalau Calista adalah teman kencan bos mereka.     

"Maaf, kenapa anda melihat saya seperti itu?" Tanya Calista akhirnya penasaran.     

"Apakah anda salah satu wanita CEO kami?" Sekretaris itu bertanya dengan penuh kehati-hatian.     

"Aku …"     

"Jaga mulutmu! Nyonya kami ini istri dari tuan presdir Darren Anderson dan sedang hamil dua bulan. Kalau kamu tidak mau aku robek mulutnya, jangan berbicara semnbarangan!" Baru saja Calista ingin menjelaskan kedatangannya, namun ternyata Ivan sudah tersulut emosinya karena mendengar ucapan lancang sekretaris yang tidak tahu apa-apa ini. Calista pun menghela napas untuk sekian kalinya dan menggeleng-geleng kepalanya untuk belasan kalinya.     

"Oh maafkan saya. Saya tidak tahu." Sekretaris itu membungkuk berkali-kali menyampaikan rasa bersalahnya. Calista pun dipersilahkan duduk di sofa yang sudah dipersiapkan untuk tamu.     

"Ivan, kamu jangan ikut berbicara. Kamu cukup menjagaku dengan diam. Okay?" Calista memberi peringatan pertama kepada ajudan yang baru bekerja di hari pertamanya.     

"Maafkan saya nyonya." Ivan menjawabnya dengan menganggukkan kepala.     

Setelah hampir setengah jam, akhirnya yang ditunggu pun datang. Dave masuk kedalam ruangannya dengan langkah panjang dan cepat-cepat.     

"Tuan, ada tamu." Sekretaris yang mendapatkan gertakan dari Ivan tadi, menyampaikan sesuatu kepada CEO nya yang baru datang. Dave melihat sekilas Calista.     

"Masuk." Jawab Dave singkat dengan mata tajam mengernyitkan alisnya.     

Fyuuuh, mirip sekali dengan Darren saat awal-awal mereka berkenalan. Mungkin karakter seorang pemimpin seperti itu, pikir Calista. Perempuan hamil itu pun masuk disertai Ivan dibelakang mengekorinya.     

"Selamat pagi tuan Dave." Sapa Calista dengan ramah.     

"Pagi. Apa benar anda teman dari istri saya?" Tanya Dave setelah meletakkan laptop. "Silahkan duduk." Pria itu mempersilahkan Calista dan Ivan untuk duduk. Namun, hanya Calista yang duduk. Sedangkan Ivan berdiri disebelah Calista.     

"Anda datang ke acara pameran butik DA HOUSE beberapa waktu lalu. Saya adalah menantu dari nyonya Sara, pemilik butik tersebut. Dan, saya yang bertanggung jawab dengan acaranya saat itu." Ujar Calista memberikan sedikit ingatan kepada Dave.     

"Oh, begitu. Saya datang saat itu dengan sekretaris lama saya." Jawab Dave tanpa menutupi fakta yang sebenarnya.     

"Ya, anda saat itu belum menjadi suami dari teman saya, Dian." Sahut Calista lagi.     

"Okay, lalu maksud kedatangan anda apa?" Tanya Dave langsung pada intinya.     

"Aku sudah lama tidak mengobrol dengan Dian. Apa kabarnya dia sekarang? Nomer hpnya tidak bisa dihubungi. Dia adalah temanku satu-satunya. Kalau anda ijinkan, bisakah aku bertemu dengannya?" Tanya Calista dengan penuh harap.     

Untuk sesaat Dave terdiam tidak bisa memutuskan berkata ya atau tidak. Perempuan didepannya terlihat sederhana. Namun, kata-katanya yang cenderung singkat mengandung arti yang sangat dalam dan membuat Dave tidak bisa berkutik.     

"Sebenarnya, dia sedang dalam masa pemulihan jadi tidak bisa menerima kedatangan siapapun." Jawab Dave.     

"Pemulihan? Apa dia habis sakit atau kecelakaan?" Calista yang mendengarnya menjadi panik tidak terkendali.     

"Saat ini dia baik-baik saja dan berada dirumah. Maaf, aku masih banyak pekerjaan. Aku akan memberitahukan pada anda jika waktunya tepat untuk bertemu dengannya." Jawab Dave sambil berdiri, yang menandakan percakapan selesai.     

"Ta …" Baru saja Calista ingin bertanya lagi, namun perempuann hamil ini teringat perkataan suaminya untuk tidak memaksakan keinginan. Calista menghembuskan napas kecewa.     

"Kalau begitu, tolong beritahukan padaku kalau dia sudah siap menerima aku. Aku akan datang kapanpun dia butuhkan." Calista mengeluarkan memo kecil dan pulpen lalu menuliskan nomer telponnya yang selalu dia sediakan didalam tasnya. Calista meletakkan kertas tersebut diatas meja.     

"Baiklah kalau begitu, terima kasih atas sambutannya. Saya permisi dulu. Tolong usahakan aku bisa bertemu dengan Dian secepatnya. Banyak hal yang ingin aku bicarakan padanya." Ucap Calista. Dave diam tidak berkata apapun untuk menjawabnya. Calista pun keluar ruangan dengan tanpa hasil. Namun, setidaknya dia bisa memberikan nomer ponselnya kepada suami Dian.     

Mereka berdua pun menuju lift untuk turun dan kembali ke lantai satu untuk mengambil tanda pengenal mereka yang ditahan sebagai jaminan. Calista dan Ivan kini sudah berada didalam lift menuju basemen, tempat mobil terparkir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.