Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 173. Bertamu Kerumah Dian (3)



II 173. Bertamu Kerumah Dian (3)

0Dave, hentikan. Aku belum siap untuk berhubungan." Dengan suara lelah, Dian berusaha menyadarkan Dave yang seperti kerasukan setan.     

"Aarrrrrhhhhhh!" Dave bangun dari atas tubuh Dian dan berteriak kencang. Pria itu melempar bantal ke segala arah karena nafsunya yang sudah memuncak, harus tertahan karena keadaaan.     

Dave menutupi tubuh telanjang malang sang istri dengan selimut. "Maafkan aku!" Dave keluar kamar dengan langkah panjang dan cepat dan membanting pintunya. Dian menangis tersedu-sedu meratapi nasibnya.     

Sementara di kamar lain, Dave berteriak kencang hingga penghuni rumah di lantai bawah mendengar dengan bulu kuduk berdiri, merasakan betul kekecewaan para majikan mereka yang gagal memiliki buah hati.     

Dave duduk di bawah sisi kasur dengan menyembunyikan wajahnya diantara kedua kakinya. Dave meratapi nasibnya yang kehilangan kasih sayang kedua orangtuanya juga saudaranya sejak dia masih kecil. Tidak adanya orang yang menuntunnya ke jalan yang benar, membuatnya lebih mengandalkan insting berburu sebagai lelaki. Tidak ada kamus setia dalam hidupnya. Tidak ada kamus cinta dalam hidupnya. Yang dia inginkan hanyalah hidup bergelimang harta, dan bisa membuat semua orang bertekuk lutut dihadapannya.     

Rambut Dave yang bertambah panjang dan bulu-bulu halus dirahangnya, menandakan bahwa pemiliknya sudah tidak peduli lagi dengan penampilannya. Namun, Dave masih tetap bekerja berangkat pagi pulang malam. Dia menghabiskan waktunya dengan membabat habis semua lawan bisnis yang menurutnya tidak sesuai dan membangkang.     

Suasana didalam rumah pagi ini mendadak lebih suram dari sebelum-sebelumnya. Tidak ada seorangpun yang berani mengganggu kedua majikannya yang sedang dalam masa duka berat. Kecuali Feni, yang masuk kedalam kamar majikan perempuannya setelah 1 jam berlalu. Perempuan muda itu mendapati majikannya sedang duduk di tepi kasur dengan tubuh terbungkus selimut tebal. Tampak bercak-bercak kemerahan disana sini, membuatnya miris dan ikut merasa sedih.     

"Huh, nanti kalau kamu sudah menikah, kamu pun akan mengalaminya." Dian mencoba tetap tegar meskipun hatinya terluka begitu perih. Perempuan malang itu mencoba menutup air mata yang akan tumpah ke pipinya yang mulus.     

"Nyonya, menangislah, aku bersedia menjadi teman nyonya selama dirumah ini. Menangislah nyonya, jika itu membuat nyonya bisa bernapas lega." Feni memegang genggaman tangan sang majikan yang tampak sangat tidak berdaya. Wajah cantiknya pucat seperti tanpa ada darah yang mengalir disana.     

Hanya dalam hitungan detik, tubuh sang majikan tergeletak pingsan. Feni kaget bukan main. Dia meletakkan tubuh sang majikan dengan susah payah ketengah kasur. Setelah tubuh Dian tergeletak sempurna diatas kasur, Feni keluar kamar berteriak minta tolong, "Tolong, nyonya pingsan." Suaranya yang menggema, membuat beberapa orang yang mendengar, bergegas mengambil obat-obatan pertolongan pertama.     

Dave yang masih terduduk lemas diatas karpet, begitu mendengar teriakan Dian pingsan, segera berlari secepat kilat keluar kamar menuju kamar sang istri yang berada di sebelah kamar utama miliknya.     

"Panggil Susi. Cepat!" Susi adalah salah seorang temannya yang menjadi seorang dokter.     

Dave masuk kedalam kamar dan melihat wajah pucat sang istri. Feni yang berada disebelahnya diusir keluar.     

"Siapkan pakaian untuk istriku dan kamu keluarlah setelah itu." Ucap Dave. Feni segera bergerak cepat mengambil gaun terusan rumahan selutut dan meletakkannya di atas kasur. Perempuan muda itu pun segera keluar kamar dan menutup pintunya perlahan.     

"Kenapa kamu selalu menentangku? Kenapa kamu tidak patuh?" Dave mengambil pakaian yang ada diatas kasur dan memakaikannya ke tubuh sang istri. Tampak dengan jelas, jejak-jejak kebrutalannya disana sini. Dave menyentuh lirih semua tanda merah-merah itu.     

Dengan telaten dan perlahan, Dave memakaikan pakaian terusan tersebut. Setelah dirasa cukup, Dave mengambil sisir untuk merapihkan penampilan sang istri yang masih dalam keadaan pingsan. Dave menyelusup masuk kedalam selimut yang sama dengan sang istri, dipeluknya tubuh Dian, dan akhirnya dia pun tertidur disamping tubuh sang istri yang masih terpejam matanya.     

Samar-samar Dave mendengar suara-suara dua orang berada disekitarnya. Entah sudah berapa lama Dave tertidur. Setelah matanya terbuka, tampak Susi sedang memeriksa Dian, yang masih belum sadar.     

"Susi? Sejak kapan kamu datang?" Dave bergegas duduk dan mengucek matanya yang masih ngantuk berat.     

"Cukup lama untuk melihat kamu memeluk istrimu erat-erat sehingga aku kesulitan untuk memeriksanya." Susi duduk disisi sebelah Dian.     

"Oh, maafkan aku. Silahkan kamu periksa dia." Dave memberi jarak kepada Susi agar dapat memeriksa Dian.     

"Kamu, ambilkan aku minuman. Dan, siapkan makanan kalau nyonya sudah bangun nanti dia harus makan." Ujar Dave memberi perintah pada Feni.     

"Baik, tuan." Feni pun keluar kamar dan berjalan menuju dapur, mengerjakan semua perintah majikannya.     

"Dave, kamu sungguh keterlaluan. Istrimu ini baru beberapa hari operasi kuret. Dan, kamu sudah memaksanya untuk melayani nafsu lelakimu." Susi berkata sinis dan penuh tekanan.     

"Aku tidak. Aku hanya mencumbunya tanpa memasukinya." Jawab Dave dengan vulgar tanpa malu sedikitpun.     

"Apapun itu! Biakan dia beristirahat minimal dua minggu. Rahimnya masih rapuh untuk menerima serangan benih darimu bertubi-tubi." Jawab Susi tanpa malu juga sedikitpun.     

Dave beranjak bangun dari kasur dan berjalan ke arah jendela, melihat pemandangan keluar dari kacamata istrinya. Ternyata melihat pemandangan luar dari sini merupakan tempat yang lumayan mengenakkan hati dan mengusir rasa sepi seketika.     

"Ini resep yang harus kamu tebus untuk minum malam istrimu. Oleskan di beberapa bagian tubuh istrimu yang tidak berdaya itu.     

"Supirku akan mengantarkanmu pulang. Terima kasih kamu datang segera." Jawab Dave.     

"Anytime. Oh iya, ada beberapa pengalaman yang mengatakan kalau setelah kuret, seorang istri lebih mudah memiliki anak. Jadi, kamu sabar untuk beberapa hari ini, demi kelangsungan hidupmu." Jawab Susi sambil menepuk bahu Dave.     

"Ya, aku harus tetap bersabar." Gumam Dave. Pria itu pun keluar kamar. Dave memerintahkan Feni untuk masuk dan menjaga Dian sampai dia benar-benar siuman.     

Setelah Dave keluar kamar, Dian membuka matanya perlahan. Sejujurnya, Dian sudah sadar sejak dokter itu memeriksanya namun Dian enggan membuka matanya karena ada Dave disisinya sedang tertidur nyenyak.     

'Nyonya, sudah bangun? Syukurlah. Sekarang minum dan makan dulu ya nyonya. Perut anda belum diisi makanan sejak pagi." Feni mendorong kereta berisi aneka makanan dan minuman yang disukai Dian. Perempuan yang sudah sadar dari pingsannya, dibantu duduk oleh Feni dengan bersandar pada kepala ranjang.     

"Sup jagung manis kesukaan nyonya." Feni memberikan semangkuk sup yang nampak sangat lezat dipandang. Dian yang sudah lapar dan tenaganya habis setelah bergumul dengan suami iblisnya, membutuhkan banyak energi untuk melangsungkan hidupnya dan kabur dari rumah bagaikan neraka ini.     

Semangkuk bubur jagung pun tandas dan bersambung dengan susu coklat untuk menghangatkan tenggorokan dan perutnya.     

"Terima kasih." Ucap Dian dengan lemah.     

"Kamu yang memakaikan aku baju? Membuatmu melihat yang tidak seharusnya dilihat." Jawab Dian sambil menatap lesu jendela.     

"Bu-bukan aku nyonya, tapi tuan Dave yang memakaikan nyonya baju." Jawab Feni dengan gugup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.