Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 169. Berkeliling Kota Milan (2)



II 169. Berkeliling Kota Milan (2)

0"Oh itu … lupakan saja. Aku … aku hanya berandai-andai saja." Jawab Likha malu. Malu karena ucapannya sampai terdengar oleh pria yang menjadi bosnya selama berada di Italy.     

"Besok aku libur. Aku akan mengajakmu berkeliling kota yang kita tinggali ini, Milan." Jawab Lewis dengan senyum memikat.     

"Oh benarkah? Eh tapi, tidak usah. Nona Grace pasti tidak akan mengijinkan aku ikut." Jawab Likha dengan senyum pasrahnya. Likha tidak berani menatap mata Lewis lebih dari dua detik. Sebisa mungkin, perempuan berjilbab ini menciptakan jarak yang besar diantara mereka berdua dengan tidak berdekatan dan bertatapan mata lebih dari 1-2 detik.     

"Grace? Dia tidak ikut. Dia bilang padaku mau kerumah keluarga ibunya yang ada di Napoli dan pulang tiga hari lagi," Jawab Lewis sambil menggigit apel untuk kesekian kalinya     

"Apa? Tiga hari? Ja-jadi …" Likha langsung merasa panik dan gugup menjadi satu. Tidak mungkin baginya untuk tinggal dalam satu atap diruangan tertutup dengan yang bukan muhrim.     

"Kamu tenang saja. Selama tiga hari itu, aku akan berangkat kerja pagi dan pulang larut malam. Okay, jadi persiapkan dirimu untuk pertualangan besok pagi. Aku kembali ke kamar duluan." Lewis mengedipkan satu mata ke arah Likha dan meninggalkan perempuan yang masih bengong dan tidak berkata sepatah katapun saat mendengar Grace tidak akan di apartemen selama tiga hari kedepan.     

Likha masih termangu didepan wastafel cucian piring yang belum selesai dikerjakan. Kedua bola matanya bergerak kesana kemari membayangkan tiga hari akan berdua saja dengan seorang pria yang bukan muhrimnya.     

"Huh, sudahlah, lihat nanti bagaimana saja. Dia bilang kan juga seharian akan berada diluar. Jadi kamu aman Likha. Kamu tidak perlu khawatir. Semua akan aman terkendali." Gumam Likha, sambil kedua tangannya terus bersentuhan dengan sabun, air, dan peralatan makan.     

Setelah semua beres, dan dapur pun sudah licin bersih dan rapih, Likha mematikan lampu dapur dan menuju ruang tamu untuk menonton tv saluran Italy yang baru ditontonnya kemarin untuk menambah perbendaharaan katanya tentang Italy.     

Tak terasa satu jam lebih Likha menonton TV dan pada akhirnya bukan Likha yang menonton, melainkan TV yang menonton seorang perempuan berjilab merah dan memakai gamis rumahan warna senada sedang merebahkan kepalanya di lengan sofa dan kedua kakinya ditekuk naik keatas sofa. Tubuhnya meringkuk menahan dingin yang mulai menjalari kota Milan.     

Lewis keluar kamar untuk mengambil lagi minuman di gelasnya yang sudah habis. Matanya tertumbuk ke cahaya di ruang tamu yang masih menyala. Lewis melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 12 malam lebih sedikit. Pria blasteran itu pun berjalan menuju arah cahaya.     

Mendapati seorang perempuan sedang tertidur pulas diatas sofa dengan TV masih menyala, membuat Lewis menggeleng-gelengkan kepalanya dan menghela napas. Dia mengambil remote tv dan mematikannya. Kini tinggal perempuan ini yang harus kembali ke kamarnya.     

"Likha …" Beberapa detik menunggu.     

"Likha …" Sepuluh detik lewat dan tidak ada respon apapun. Perempuan berjilbab ini justru semakin pulas.     

"Likha …" Sepuluh detik ke tiga dan berarti total tiga puluh detik sudah Lewis menunggu, namun Likha belum bangun juga.     

"Hei,kembali tidur di kamar." Lewis terpaksa menyenggol lengan Likha agar perempuan ini bangun dari tidurnya dan pindah ke kamar.     

"Uhhh …" Likha menggerakkan badannya sedikit lalu perlahan membuka matanya. Masih belum dengan kesadaran penuh, Likha melihat samar-samar ada orang didepannya sedang berdiri memperhatikanya.     

Mata Likha langsung terbelalak lebar ketika mengetahui kalau itu adalah Lewis.     

"Aaahh, maafkan aku. Aku ketiduran saat menonton TV." Jawab Likha. Karena panik, Likha langsung berdiri dan berjalan meninggalkan Lewis. Namun malangnya, saat dia baru berjalan dua langkah tiba-tiba kakinya menginjak gamis yang masih belum sempurna rapih saat bangun tidur, sehingga tubuhnya oleng dan hendak jatuh kedepan.     

"Aaahhh …" Likha berteriak kaget karena hampir jatuh dan kepalanya nyaris menghantam ujung meja kaca.     

Beruntung gerakan tangan Lewis cepat sehingga tangan kananya menangkap tubuh Likha tepat didepan dada perempuan berjilbab itu. Likha dan Lewis yang sama-sama kaget langsung bergerak menjauh satu sama lainnya.     

"Maaf, aku tidak sengaja, tadi kamu mau jatuh jadi aku tolong." Jawab Lewis tidak kalah paniknya. Lewis pun berjalan meninggalkan Likha terlebih dahulu dan berjalan cepat menuju kamarnya. Lewis menutup pintu kamar. Masih berdiri di balik pintu bagian dalam, tangan kanan Lewis yang menyentuh dada kenyal milik Likha dipandanginya sambil bengong.     

Likha yang baru menyadari sesuatu terjadi dengan dirinya, berteriak tertahan dan berlari masuk kedalam kamarnya.     

"Likha, kamu bodoh sekali hari ini. Ya Allah, kamu kenapa sih? Kenapa sembrono dan ceroboh? Duhh, dua kali berturut-turut harus mengalami kejadian ini dengan Lewis." Gumam Likha.     

"Ahh sudahlah, aku tajahud saja. Biar tidak sial terus karena memikirkan yang tidak-tidak." Jawab Likha pada dirinya sendiri.     

-----     

"Kamu sudah siap? Diluar sangat dingin untuk kita orang dari negeri tropis. Jadi, kamu harus pastikan tubuhmu terbungkus sempurna dengan sweater, syal, dan juga sarung tangan agar tidak kedinginan." Jawab Lewis sambil memakai jas tebal warna hitam. Penampilanny hari ini benar-benar sangat tampan dimata Likha. Namun Likha tidak ingin menatapnya lama-lama jadi perempuan berjilbab pink pagi ini lebih fokus memperhatikan dirinya yang masih mengenakan kaos kaki dan sepatu boot setinggi betis.     

Gamis panjangnya warna merah muda berpadu cantik dengan jilbab bahan ceruti dengan warna senada. Likha benar-benar cantik layaknya layaknya seorang bidadari yang menjelma menjadi makhluk bumi paling cantik. Tidak lupa Likha membawa tas selempangnya kemana-mana.     

"Kita akan pergi kemana?" Tanya Likha saat dia dan Lewis sedang berjalan di lorong apartemen menuju lift untuk turun.     

"Aku sudah mencatat kemana saja kita akan pergi seharian ini. Kamu sudah siap untuk melemaskan otot kakimu untuk menjelajahi kota Milan?" Tanya Lewis dengan mata berbinar senang.     

"Sangat siap! Aku sampai tidak nyenyak tidur semalam karena kepikiran mau jalan-jalan hari ini. setidaknya aku akan punya kenangan tentang Milan saat kembali ke Indonesia. Karena aku tidak yakin apakah bisa kembali kesini lagi atau tidak." Jawab Likha sambil tersenyum bahagia.     

"Bagus kalau begitu. Shall we?" Pintu lift terbuka dan Lewis mempersilahkan Likha untuk masuk duluan. Likha tersenyum sambil menggelang-gelengkan kepalanya. Selama didalam lift, rona bahagia tampak jelas dari wajah Likha. Seperti anak kecil yang akan berjalan-jalan saking senangnya smapai tidak berhenti tersenyum sejak tadi.     

"Likha, kalau kamu senyum-senyum sendiri begitu, nanti orang-orang akan berpikir yang tidak-tidak." Lewis menyandarkan punggungnya ke dinding lift sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jas tebalnya.     

"Oh terlihat jelas kah? Maaf, saking senangnya aku jadi senyum-senyum terus."     

TING!     

Pintu lift terbuka masih dilantai 3. Sepasang suami istri yang sudah berusia senja warga Italy masuk kedalam lift.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.