Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 165. Aku Membunuh Anakku Sendiri!



II 165. Aku Membunuh Anakku Sendiri!

"Besok pagi kita pulang. Aku sudah menyiapkan semuanya. Sekarang, istirahat dulu." Dave pergi meninggalkan kamar dengan pintu ditutup kasar. Semua orang yang mendengar hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.     

Dian menangis sesenggukan meratapi nasibnya yang nahas. Ingin rasanya dia menerima semua kenyataan ini dengan berlapang dada, namun di lubuk hatinya yang paling dalam, dia selalu menolak dan ingin menjauhinya. Karena terlalu lama menangis, akhirnya Dian pun tidur kelelahan.     

Aroma karbol khas rumah sakit tercium semerbak menyeruak ke indera penciuman wanita yang baru saja mengalami operasi pembersihan rahim karena proses keguguran atau kuret.     

"Nyonya, kita pulang sekarang. Dokter sudah mengijinkan nyonya untuk pulang." Samar-samar terdengar suara perempuan yang membuat Dian membuka matanya perlahan.     

"Feni …"     

"Iya nyonya …"     

"Huuuhhh, beri aku waktu beberapa menit untuk bernapas." Mendadak dada Dian merasa sesak karena sebentar lagi dia akan kembali ke rumah iblis itu. Rumah mewah namun terasa sempit baginya.     

"Baik nyonya." Sambil menunggu majikannya tersadar sempurna, Feni membantu untuk membersihkan badannya. Semua proses administrasi sudah dibereskan oleh Dave.     

Setelah hampir satu jam, Dian berjalan meninggalkan kamar rawat inap dengan tertatih-tatih. Tidak ada Dave dimana-mana, mungkin pria iblis itu menyuruh pelayannya untuk menemani Dian, dan Dian tidak peduli itu. Lihat saja usahaku untuk melarikan diri nanti pasti berhasil.     

Dian dipapah masuk kedalam mobil dengan hati-hati. Dengan mengenakan sweater warna biru laut, membuat kecantikan perempuan yang memiliki rambut sebahu itu semakin terpancar, meski tanpa make up sekalipun.     

Dian kali ini pasrah karena kondisinya yang belum prima. Namun kelak kalau sudah sehat kembali, dia pasti pergi dari sangkar emas itu secepatnya.     

Sepanjang perjalanan, perempuan yang nyaris menjadi seorang ibu itu, diam membisu dan memejamkan mata untuk mengistirahatkan pikirannya yang lelah. Feni yang duduk disebelahnya, membuka bahan percakapan sekedar suasana tidak kosong dan sunyi senyap.     

"Tuan Dave bilang beliau akan pergi keluar kota selama beberapa hari. Jadi, tidak usah ditunggu dirumah." Kalimat yang diucapkan Feni, membuat Feni membuka matanya dan ada secercah kebahagian didalam hati meskipun kecil sekali. Akhirnya, pria iblis itu tahu diri untuk tidak menampakkan batang hidungnya setelah membunuh darah dagingnya sendiri.     

"Syukurlah. Feni, aku ngantuk sekali. Kalau sudah sampai rumah, baru bangunkan aku ya." Dian memejamkan matanya kembali.     

"Baik nyonya." Jawab Feni. Perempuan muda yang awalnya menyukai majikannya itu, Dave, kini berubah pikiran sama sekali. Istrinya saja hampir mati dibuatnya, apalagi perempuan lain. Feni tidak mau menjadi mangsa iblis yang senang menyiksa perempuan.     

Sementara itu, didalam sebuah villa mewah bertingkat yang terdapat di daerah pegunungan paling terkenal se Jawa Barat, seorang pria sedang menghabiskan waktunya dengan mabuk-mabukkan. Beberapa botol bir berserakan di atas meja sebuah kamar tidur paling luas di villa tersebut.     

"PRANG!" Botol kesekian kalinya yang dilempar jika sudah kosong.     

Seorang bapak pengurus villa mengawasi majikannya yang datang ke villa jika hanya ingin mabuk-mabukkan. Tidak pernah ada seorangpun yang boleh masuk kedalam villa ini karena tempatnya yang rahasia.     

"Tuan Dave, anda sudah minum lima botol bir. Anda sudah mabuk berat. Tolong hentikan." Akhirnya bapak tua itu tidak sanggup untuk jadi penonton saja, dia pun menghalangi Dave untuk membuka botol ke enam yang membuatnya terhuyung-huyung tidak bisa berdiri sempurna.     

"Diam! Jangan halangi aku! Huh, aku heran dengan perempuan. Mereka yang mengejar-ngejarku, tapi aku tidak suka sama sekali. Tapi aku yang mengejar-ngejar dia, dia malah ingin lari dariku. Hahaha! Apakah ini yang dinamakan KARMA? Aku mendapatkan balasan dari perempuan yang hampir saja menjadi ibu dari anakku. Sialnya! Aku membunuh anakku sendiri! Aku membunuhnya!!!" Dave berteriak histeris sambil menangis.     

Belum pernah selama bekerja puluhan tahun di villa ini, bapak tua tersebut melihat majikannya seputus asa ini, menangis meraung-raung sambil mabok-mabokkan.     

"Tuan, sebaiknya tuan istirahat dulu. Ayo, saya antarkan ke tempat tidur." Dave yang sudah sangat tidak bertenaga, mengikuti apa yang dilakukan pembantu setianya itu untuk berbaring diatas kasur.     

Dengan tubuh masih bau alcohol, bapak tua itu ingin tubuh majikannya bersih dari bau minuman keras terlebih dahulu, oleh karenanya dia memanggil pembantu lain untuk melakukannya.     

"Paman, biar saya yang membersihkan tubuh tuan muda." Seorang perempuan muda yang merupakan keponakannya yang tinggal didekat villa, menawarkan dirinya.     

"Siti, kamu yakin bisa?" Jawab pamannya ragu-ragu.     

"Aku sering membersihkan tubuh ayah saat dia pulang mabuk-mabukkan. Jadi, pekerjaan ini sudah terbiasa buatku sejak kecil." Jawabnya.     

"Hmm, baiklah, jangan berbuat yang tidak-tidak. Dia hanya perlu dibersihkan saja, tidak perlu sampai dibuka semua pakaiannya." Jawab sang paman yang bernama, Sigit.     

"Dian … Dian …" Terdengar suara Dave sedang memanggil nama istrinya meski sedang mabuk sekalipun.     

"Paman kebawah dulu, mau menyuruh bibi kamu membuatkan makanan untuk tuan muda kalau sudah bangun. Hati-hati." Ujar paman memberi wejangan untuk keponakan perempuannya yang masih menjadi murid sekolah menengan atas di salah satu sekolah negeri terdekat.     

"Iya paman, tenang saja."" Jawab perempuan tersebut yang bernama Siti.     

Pak Sigit pun akhirnya keluar kamar dengan membawa botol-botol bir yang masih utuh. Sementara yang sudah pecah, akan dibersihkannya menggunakan pengki dan sapu.     

Siti menatap tubuh tuan mudanya yang tidak sadarkan diri. Wajah tampan dengan rahang kokoh sungguh mirip dengan pria dalam khayalannya.     

"Sayang sekali sudah beristri. Huh, tapi … justru disitu tantangannya." Jawab siti. Perempuan muda yang memiliki niat tidak baik tersebut perlahan duduk ditepi ranjang samping Dave yang sedang terbaring terlentang. Dibukanya kancing kemeja pria mabuk itu satu persatu. Bulu-bulu halus di dada Dave menggoda Siti untuk dibelainya.     

Siti menggigit bibir merasakan ketegangan karena jarinya menyentuh dada tuan mudanya dengan sangat leluasa. Pria mabuk ini benar-benar sudah kehilangan akal dan tertidur pulas. Namun, tiba-tiba dia menghentikan gerakannya dan mengambil ponsel di sakunya.     

Siti meletakkan ponsel di tempat yang bisa menyorot adegan dirinya dan Dave seolah-olah sedang tidur bersama. Dengan tanpa malu lagi, Siti membuka pakaiannya hingga ke dalamannya begitu pun pakaian Dave dilucutinya. Kini tubuh mereka berdua sudah polos tanpa sehelai benang pun.     

Siti sangat takjub dengan ukuran kejantanan yang dimiliki tuan mudanya. Perempuan yang masih sekolah ini sudah berpengalaman bercinta dengan beberapa teman prianya. Semuanya tidak ada yang se luar biasa Dave dalam soal ukuran.     

Siti memberikan rangsangan di leher dan dada Dave dengan mengecup dan menggigitnya perlahan. Tampaknya usahanya membuahkan hasil karena Dave sedikit bergerak merasakan sentuhan di kulit tubuhnya.     

"Dian … Dian …" Dave merasakan kenikmatan saat jari jemari halus dan kecupan hangat mengecup di telinganya. Namun, kedua matanya tetap tidak bisa terbuka karena sangat mabuknya.     

"Aku akan melepaskan semua beban di hatimu malam ini sayang." Ucap Siti dengan suara lembutnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.