Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 161. Tertangkap Lagi



II 161. Tertangkap Lagi

0"Terminal dari sini sekitar 1 jam lagi. Neng tunggu mobil angkutan minibus warna kuning saja, mobil itu yang menuju terminal." Jawab ibu yang memiliki tubuh sedikit tambun tersebut.     

"Iya bu, terima kasih. Saya akan naik mobil umum setelah saya menyelesaikan makan dan minum." Jawab Likha.     

"Baiklah, kamu pasti bukan orang sini yaa? Kamu berasal darimana?"     

"Saya … dari Jakarta bu. Saya akan pulang kampung." Jawab Dian. Dirasa dirinya tidak bisa berlama-lama, Dian pamit mengundurkan diri untuk melanjutkan perjalanannya.     

"Cari dia sampai ketemu! Kemanapun cari terus, diterminal, bandara, stasiun, dan semuanya. Kalau sudah dapat, bawa dia hidup-hidup ke rumahku. Jangan terluka sedikitpun!" Dave mengerahkan semua anak buah yang biasa disewanya kalau dirasa penting.     

"Siap bos!" 4 mobil dan 2 motor bergerak cepat mencari jejak perempuan hamil dengan mengandalkan foto yang dikirim ke ponsel mereka masing-masing.     

"Kemana kamu Dian? Mau lari kemana kamu? Kamu tidak akan bisa lari jauh dariku!" Dave mengeraskan rahang dan meninju kepalan tangannya kea rah setir kemudi berkali-kali sehingga menyebabkan klakson bunyi. Membayangkan dalam tubuh Dian ada benih yang dikandungnya, membuat Dave semakin gusar dan amarahnya memuncak.     

Dian tidak membawa baju ganti selembar pun. Baju yang dipakainya memudahkan siapa saja anak buah Dave bila mencarinya. Oleh karena itu, Dian mampir sebentar ke sebuah toko pakaian dan membeli sweater lengan panjang dan celana jeans juga topi. Sementara baju yang dia pakai sejak pagi, dibuangnya ke tong sampah. Dian benar-benar ingin menghapuskan jejak Dave bahkan sampai hal sepele pun.     

Hari beranjak sore, sudah hampir 5 jam Dian belum ditemukan. Dave tidak pulang kerumah. Hanya berdiam dibelakang setir kemudi dan sesekali keluar mobil untuk menghisap rokok yang mulai dilakukannya lagi kalau sedang stress.     

"Tuan, saya menemukan perempuan yang ciri-cirinya seperti istri anda." Sebuah panggilan telpon masuk dan memberikan angin segar untuk Dave yang lelah hampir seharian mencari.     

"Dimana?" Tanya Dave dengan sangat antusiasnya.     

"Di dalam mobil perjalanan menuju Subang." Jawab pria diujung telpon.     

"Subang?"     

"Kirimkan aku lokasi tepatnya." Dave masuk kedalam mobil dan memacu mobilnya menuju peta yang dikirim oleh orang suruhannya.     

-----     

"Darren, malam ini kita ke Malioboro yuk. Kalau malam suasana disana sangat damai dan enak buat jalan-jalan." Sahut Calista. Sepanjang siang dia sudah tidur nyenyak dan kini perempuan hamil itu merasa bosan didalam kamar terus.     

"Angin malam tidak bagus untuk kandunganmu. Kita didalam hotel saja." Jawab Darren sambil mengeringkan rambutnya setelah mandi.     

"Aku bosan, Darren. Lagipula kita disana cuma jalan-jalan saja. Banyak makanan dan minuman juga barang-barang lain dijual di toko pinggir jalan. Dan,kalau malam suka ada pengamen dan atraksi di pinggir jalan." Calista menghampiri Darren dan berharap ada keajaiban yang diberikan Tuhan lewat Darren untuk dirinya.     

"Besok saja ... "     

"Malam ini ke Malioboro, besok ke Merapi." Jawab Calista memaksa.     

"Huft, kamu tidak lelah seharian bepergian?" Tanya Darren lagi.     

"Lelah apanya? Lha wong cuma kerumah bapak ibu." Jawab Calista.     

"Okay okay, tapi satu jam saja. Tidak lebih." Darren akhirnya menyerah dengan rengekan Calista.     

"Yeayyyy, makasih suamiku." Calista spontan mencium pipi Darren karena senang keinginannya terpenuhi.     

Darren tersenyum memegang pipinya bekas dicium sang istri.     

Dan, disinilah mereka berada. Ditengah-tengah kumpulan manusia yang sedang melakukan kegiatan masing-masing dengan suasana yang menyenangkan. Calista senang bukan main bisa kembali lagi ke Jogja di malam hari. Suasana yang menawarkan keakraban tanpa batas dan kegembiraan murah meriah, ditengah hiruk pikuk jiwa-jiwa hedonism dan materialistis yang membuat orang-orang lebih suka berlibur di tempat yang mahal dan mengandung prestisius.     

"Dulu aku sering kesini kalau malam tiba. Setiap pulang sekolah, aku kembali kerumah terlebih dahulu. Habis Maghrib baru aku kembali kesini bersama teman-temanku. Tapi, sekarang entahlah kemana mereka pergi. Mungkin sudah merantau bersama keluarganya masing-masing." Jawab Calista.     

Darren mendengarkan dengan penuh seksama sambil tangannya tidak lepas menggenggam tangan Calista seperti takut terlepas di keramaian dan kerumunan orang-orang.     

"Kamu mau beli sesuatu? Makanan mungkin?" Tanya Calista tiba-tiba."     

"No, terima kasih. Aku tidak lapar." Jawab Darren.     

Akhirnya Calista membeli jagung dan kacang rebus untuk menemani dirinya dan suami menikmati malam di Malioboro.     

Calista duduk di batu pinggir jalan agar bisa menikmati lagu yang sedang dinyanyikan oleh pengamen jalanan.     

"Terbawa lagi langkahku ke sana     

Mantra apa entah yang istimewa,     

Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja     

Dengar lagu lama ini katanya     

Izinkan aku pulang ke kotamu,     

Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja."     

Berikut sepenggal lirik yang dinyanyikan oleh Adithia Sofian.     

Semua serba Jogja, Calista sangat menyukainya.     

"Kita sudah satu jam lebih disini. Saatnya untuk kembali ke hotel." Darren berkata.     

"Ya baiklah, akupun sudah mengantuk." Jawab Calista. Cukuplah sebentar saja tidak usah berlama-lama menikmati semua suasana ini.     

Sesampainya didalam hotel, Darren benar-benar menepati omongannya. Begitu masuk ke dalam kamar, Darren langsung mencumbu Calista dengan tergesa-gesa.     

"Darren, pelan-pelan ... Ahhh ... ishhhh ...     

" Tanpa ampun, Darren menikmati semua bagian tubuh dari istrinya. Sejak pagi dia sudah menahan lahar yang akan keluar dari kejantanannya.     

"Aahhhh ..." Darren berhasil menghujam kejantanannya kedalam liang kewanitaan Calista sehingga perempuan hamil itu bergetar hebat tubuhnya menahan badai yang diciptakan Darren.     

Setelah beberapa lama, akhirnya Darren dan Calista mengeluarkan pelepasan pertama mereka, diiringi suara desahan dan erangan satu sama lain.     

"Darren, aku capek."     

"Sekali lagi ya sayang. Kali ini aku akan mendatangimu dari belakang."     

Entah buku apa yang dibaca Darren karena pria bermanik mata hijau ini ternyata sudah pintar bermain kata untuk merayu dan teknik percintaannyah pun semakin ahli.     

-----     

Malam semakin larut, jam ditangan kiri Dian menunjukkan pukul sembilan malam. Tinggal satu angkutan umum dan Dian pun akan sampai dikampung halamannya.     

Baru berjalan beberapa langkah, mobil yang dikemudikan supir angkutan umum, mengerem mendadak membuat kepala Dian terbentur kursi pak supir yang dibelakangnya.     

Mata Dian seolah-olah mau keluar ketika dari dalam mobil didepan yang tadi mengerem mendadak, adalah Dave dengan aura bengisnya.     

"Akhirnya, kamu ketahuan juga." Jawab Dave sambil menyeringai sinis.     

"Lepaskan aku! Aku tidak akan kembali ke rumah itu. Aaaaahhhh ..." Dave membopong tubuh ringan Dian dari dalam mobil menunju ketempat duduk khusus penumpang.     

"Jangan pernah pergi lagi? Paham? Suara Dave yang berhembus ke wajah Dian membuat perempuan itu merasa serba risih.     

"Kamu mau apa, huh? Kerja sudah aku ijinkan, liburan ya silahkan. Aku tidak suka kamu melarikan diri dariku dalam keadaan hamil!" Suara Dave yang menggelegar membuat Dian menjadi takut     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.