Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 196. Ditinggalkan Oleh Banyak Pria



II 196. Ditinggalkan Oleh Banyak Pria

0Calista tampak melindungi perutnya, terlihat dari posisi tengkurap dengan tangan memegang lutut. Darren bersumpah, siapapun orang yang telah melukai istrinya, akan menemui ajalnya segera.     

Darren mengangkat tubuh sang istri yang berlumuran darah ke sebuah brangkar dari ambulan yang datang 10 menit kemudian. Suasana panik dan mencekam terjadi di lantai paling atas gedung The Anderson Group, hingga beritanya sampai satu gedung mengetahui kalau ada korban pembunuhan di lantai paling atas, dan itu adalah istri presdir mereka.     

Donni yang baru sampai lobi, spontan berlari kembali menuju lift untuk ke lantai atas. Ketika mendengar anaknya mengalami tragedi percobaan pembunuhan. Belum sampai ke atas, pintu lift khusus terbuka dan kejadian didepan matanya membuat matanya tidak bisa berkedip. Tubuh anaknya tergolek lemah dengan pisau masih menancap di punggungnya. Darren berlari dibelakang brankar Calista dengan kedua tangannya bersimbah darah.     

"Andrew, periksa semua CCTV dilantai atas. Pastikan tidak ada jejak bayangan pun terlewat. Pembunuhnya pasti masih berkeliaran di gedung ini. Jangan sampai lolos!" Sorot mata Darren hijau berubah seperti merah darah karena menahan emosi yang teramat sangat. Semua orang yang melihat pemandangan ini, berteriak histeris terutama ketika melihat kondisi pisau yang masih tertancap dipunggung perempuan berambut panjang yang bersimbah darah.     

"Darren? Apa yang terjadi?" Donni bertanya dengan rahang mengeras dan mata hampir keluar karena marahnya.     

"Ada yang mencoba membunuhnya di ruang kebersihan. Sedang diselidiki CCTV dan pihak kepolisian. Aku harus menemaninya." Darren menjawab dengan terburu-buru dan dia pun ikut masuk kedalam ambulans. Donni bergerak cepat memberitahukan hal ini kepada istrinya, Grace. Sesuai dugaan, Grace menjadi panik dan menangis histeris. Donni pun memperbolehkan Grace menyusul ke rumah sakit asalkan memakai supir. Dari Grace, Sara pun mendapat berita duka ini. Dan, akhirnya kedua orangtua meluncur kerumah sakit menyusul Darren dengan kendaraan masing-masing.     

Satu gedung The Anderson gempar dan polisi memasang garis kuning di tempat kejadian perkara. Pisau yang akan dijadikan alat bukti, masih belum bisa dicabut dari tubuh perempuan hamil yang malang. Semua sudut dan tempat diselidiki oleh polisi untuk mencari barang bukti atau sidik jari yang tertinggal. Kamera CCTV pun ikut diperiksa dari berbagai sudut.     

Ada jalan terang ketika satu CCTV menangkap detik-detik Calista ditarik tangannya oleh seorang pria dan dua orang pria lainnya nampak dilayar CCTV. Tapi, ketika berada disekitar ruang kebersihan, kamera CCTV tidak merekam kejadian pada jam tersebut. Jadi, besar kemungkinan, pelakunya mengetahui seluk beluk lantai tersebut.     

Dua jam sudah operasi untuk menyelamatkan nyawa Calista berlangsung namun tidak ada tanda-tanda operasi akan berhasil. Grace dan Sara menangis tersedu-sedu meratapi anak dan menantu mereka yang harus mengalami nasib nahas tersebut. James dan Donni mencoba menenangkan istri mereka masing-masing.     

Darren duduk terdiam tanpa kata. Matanya menatap pintu kamar operasi dengan tajam. Wanita yang sangat dicintainya kini meregang nyawa didalam. Belum lama dia tinggalkan, sudah seperti ini akibatnya. Darren tidak bisa menangis. Hatinya masih shock dan terpukul. Tidak bisa hilang dari ingatannya ketika melihat pisau tajam itu menembus punggung sang istri.     

Darren mengusap rambut dan menjambaknya ke arah belakang sambil mengeraskan rahang. "Siapapun dia, akan aku buat cacat seumur hidup sebelum aku bunuh pelan-pelan." Jawab Darren dalam hati.     

Waktu terasa sangat lama bagi mereka yang menunggu di luar dengan harap-harap cemas. Pihak kepolisian pun belum bisa meminta keterangan dari Darren karena sedang menunggu jalannya operasi sang istri. Baru beberapa karyawan dan terutama orang yang melihat kejadian itu pertama kali.     

Setelah hampir 5 jam, akhirnya operasi selesai.     

"Bagaimana istri saya dok?" Darren yang melihat istrinya keluar dari ruang operasi dengan posisi tubuh miring dan selang masih terpasang di mulut dan hidungnya.     

"Istri anda sangat hebat. Dia melindungi anak yang ada didalam perutnya namun tangan dan tulang keringnya mengalami memar akibat tendangan benda tumpul. Sekarang kami harus observasi dulu setelah operasi. Kondisi ibu dan bayi sejauh ini aman dan tidak berbahaya. Kini tinggal doanya saja semoga segera sadar setelah ini." Jawab Dokter sambil terus berjalan meninggalkan keluarga yang sangat berduka.     

"Calistaaa, huhuhuhu … Anakku yang malang. Berani sekali dia mencoba membunuhnya. Aku akan bunuh dia kalau bertemu!" Grace meratap dan berteriak melihat kasur yang didorong membawa Calista keruangan ICU. Darren mengekor dibelakangnya. Pakaian Darren yang masih terkena noda darah pun belum diganti sama sekali.     

"Darren, kemari sayang. Kamu pulang dulu bersih-bersih dang anti baju. Tidak ada yang bisa kita lakukan disini. Kami semua akan menunggu disini dan tidak akan meninggalkannya sedetikpun." Ujar Sara.     

"Tidak mam, aku tidak akan kemana-mana. Istriku sedang meregang nyawa demi menyelamatkan anak kami yang dikandungnya. Aku minta bawakan saja pakaian kesini." Jawab Darren sambil menunggu didepan ruang ICU.     

"Baiklah, mami akan minta Hera untuk mengantarkan pakaianmu." Sara pun berjalan sedikit menjauh untuk membuat panggilan.     

"Darren, aku siap memberikan bantuan apapun yang kamu butuhkan." Donni menghampiri menantunya yang berdiri diluar pintu ICU dengan penampilan acak-acakan.     

"Terima kasih, kalau aku perlu, pasti aku minta bantuan … papah." Jawab Darren ragu-ragu.     

"Sejak kamu menikah dengan anakku, aku sudah resmi menjadi papahmu. Tidak perlu sungkan lagi antara papah dan anaknya." Donni menepuk bahu pria yang berada dalam kondisi titik terendah dalam hidupnya. Darren hanya mengangguk lemah, tidak tahu harus berkata apa.     

"Maaf, bapak Darren? Kami membutuhkan pernyataan anda di kantor polisi segera." Dua orang petugas polisi datang dan menghampiri Darren yang sedang duduk lemas diatas kursi ruang tunggu pasien ICU. Darren yang bingung antara harus pergi atau menunggu istrinya, mendapat dukungan dari kedua orangtua dan mertuanya.     

"Pergilah, kami akan menunggu Calista disini. Kami janji tidak akan meninggalkannya meski sejengkal sekalipun." Kini James yang berbicara. Dibalas dengan anggukan dari Donni, Grace, dan Sara.     

"Baiklah pak, ayo." Setelah merasa tenang meninggalkan Calista sejenak, Darren pun mengikuti langkah petugas polisi dan meninggalkan rumah sakit menuju kantor polisi.     

Sementara di tempat berbeda, seorang perempuan sedang menikmati anggur merah di sebuah diskotek yang biasa menjadi langganannya. Perempuan itu merayakan kemenangannya karena sudah berhasil menyingkirkan saingannya. Dialah Britney, yang ditinggalkan oleh banyak pria. Pertama Darren, dulu pria ini memujanya setengah mati. Kini setelah memiliki istri, justru tidak menganggap dirinya lagi.     

Menikah dengan Donni pun dia harus dicerai sepihak karena ternyata Donni kembali ke istri pertamanya. Lebih memilih perempuan tua dibanding dirinya yang merasa masih muda dan segar.     

Lalu ada Dave yang sempat menjalani kisah percintaan jangka pendek. Lagi-lagi Britney harus menelan pil pahit karena Dave sudah bucin kepada istrinya, alias cinta mati. Sehingga tidak akan melihat perempuan lain lagi. Lalu ada banyak lelaki lain datang dan pergi sesuka hati mereka, tanpa mempedulikan perasaannya sebagai seorang wanita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.