Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 195. Memeluk Lutut



II 195. Memeluk Lutut

0Pintu lift pun terbuka dan langsung menuju lantai paling atas The Anderson Group. Calista tampak sangat anggun dengan blus kemejanya dan rok lebar sepanjang bawah lutut. Tidak ada kesan kuno ataupun kampungan karena Calista pintar memadu madankan pakaian.     

Darren menggandeng tangan istrinya sampai masuk kedalam ruangannya.     

"Kamu duduk disini saja, jangan kemana-mana!" Perintah Darren dengan suara beratnya. Pria itu pun menuju mejanya dan mengeluarkan laptop yang dibawanya kemana-mana.     

"Aku tidak akan lama. Kalau kamu bosan, telpon pantry minta antarkan makanan dan minuman. Aku meeting dulu dengan bapak mertua." Jawab Darren dengan senyum memikat. Tidak lupa pria itu mencium ubun-ubun Calista yang mengangguk patuh.     

Kini tinggal Calista duduk seorang diri didalam ruangan. Untuk mengusir rasa bosan, Calista keluar ruangan sejenak dan berjalan-jalan ke toilet khusus karyawan yang ada didekat pintu lift. Calista masuk kedalam dan menjumpai tiga orang karyawati yang tampaknya tidak melihat kedatangan Calista sebelumnya bersama Darren.     

"Hai, kamu anak baru ya?" Salah seorang perempuan diantara mereka bertiga yang paling tampil seksi, menyapa Calista. Perempuan hamil itu menengok ke belakangnya, mungkin saja ada orang lain dibelakang Calista yang disapanya. Tapi ternyata tidak ada, dan itu berarti dia.     

"Oh, aku tidak bekerja disini." Sahut Calista sambil tersenyum dan melangkahkan kakinya menuju wastafel untuk cuci tangan dan mengambil tissue untuk mengeringkannya.     

"Terus, untuk apa kamu ke kantor? Ini bukan tempat untuk main-main. Atau, jangan-jangan kamu istri dari salah satu karyawan disini?" Ujar perempuan yang lain.     

"Hmm, bukan juga." Jawab Calista singkat. "Maaf aku hanya kesini untuk cuci tangan. Permisi." Jawab Calista sekenanya dan melangkah keluar meninggalkan kamar mandi.     

Ketiga perempuan itu saling bertukar pandang, mencari pemahaman masing-masing identitas perempuan yang baru saja masuk dan berada di tengah-tengah mereka.     

Calista berjalan keluar lagi dan mencari ruangan lain yang bisa dilihat. Dia pun tidak melihat Andrew disana. Mungkin ikut rapat dengan Darren. Calista berjalan-jalan agak jauh sehingga sampai ke sebuah lorong sepi yang dipastikan tempat petugas kebersihan menyimpan peralatannya, dia melihat penampakan dua orang dalam kesunyian sedang berbicara dengan berbisik-bisik. Calista menyembunyikan dirinya dibalik pohon hias besar yang berada di sisi lorong.     

"Perempuan itu ada diruangan presdir. Bagaimanapun caranya, buat dia menjauhi Darren untuk selama-lamanya. Dan, terserah kalian bagaimana melenyapkannya, aku tidak peduli. Kalian paham?" Calista salah melihat, ternyata dihadapan perempuan yang berbicara itu ada tiga orang lelaki berpakaian karyawan berdiri dan mengangguk-angguk.     

Calista bisa melihat dengan jelas dari posisinya yang sangat strategis. Namun, wajah perempuan itu, tidak terlihat jelas. Calista berusaha mendekatkan penglihatannya, namun sialnya, vas bunga itu tergeser dan menimbulkan bunyi yang membuat ke 4 orang disana melihat ke arah Calista seketika.     

Calista segera melarikan diri mencari pertolongan. Dengan kecepatan yang dia bisa, Calista berlari menuju ruangan suaminya atau minimal bertemu siapa saja yang bisa menolongnya. Namun nahas, seseorang berhasil menangkap tangannya dari belakang. Mulut Calista langsung dibekap dan dimasukkan ke ruangan kebersihan yang pengap dan sumpek.     

"Huh, keberuntungan di pihak kita. Dia datang sendiri menyerahkan diri." Calista dihempaskan ke lantai namun Calista berhasil menahan jatuhnya dengan satu tangan.     

"Kalian siapa?" Calista menatap satu persatu wajah tiga orang pria yang berdiri di hadapannya namu tidak ada yang dikenalnya. Tiba-tiba muncul sosok penampakan seorang wanita dari belakang para pria yang berdiri. Calista membelalakkan matanya karena perempuan itu ternyata bos mereka, Britney.     

"Kamu?" Calista berkata, setelah perempuan hamil itu menemukan pegangan untuk berdiri.     

"Ya, aku. Aku heran, apa yang dilihat Darren darimu, hah? Hanya perempuan kampung yang bahkan kuliahpun belum lulus dan tidak jelas siapa orangtuanya. Setelah kamu pergi dari dunia ini, aku pastikan Darren kembali ke pelukanku." Britney melipat kedua tangannya didepan dada, dan melirik salah seorang anak buahnya.     

"Hajar dia terlebih dahulu sampai dia merasakan rasa sakit yang amat sangat, karena telah melukai hatiku. Setelah itu bunuh dia tanpa meninggalkan jejak. Disini tidak ada kamera CCTV, kalian tidak perlu khawatir. Selamat menikmati sisa hidupmu." Britney tertawa mengejek dan meninggalkan Calista bersama tiga orang lelaki sebagai algojonya.     

Suasana mencekam langsung dirasa Calista. Ketiga pria itu bergerak mendekati Calista yang sudah siap-siap dengan gagang pel ditangannya.     

"Kalau kalian berani mendekat, akan aku hajar kalian satu persatu." Calista mengibas-ngibaskan gagang pel tersebut kesana kemari tanpa arah. Ketiga pria itu sempat dibuat mundur beberapa saat namun karena jumlah dan kekuatan yang tidak seimbang, tangan Calista berhasil dibekuk dan salah seorang dari mereka memegang tangan perempuan hamil ke belakang.     

Calista berteriak meminta tolong namun mulutnya dibekap. Salah seorang dari mereka menampar pipi Calista dengan keras hingga Calista sempat sempoyongan, darah segar keluar dari bibirnya yang indah. Ketika salah seorang dari mereka hendak menendang perut Calista, perempuan hamil itu reflek mengangkat kedua kakinya dan menendang lebih dulu pria yang akan menendangnya.     

Lelaki yang memegang kedua tangannya di belakang, terlepas dari Calista. Calista kembali menemukan kebebasan di tangannya. Sayangnya ke tiga pria itu bukan lawan seimbang untuk Calista. Beberapa kali mereka menendang Calista, calon ibu itu dengan naluri keibuannya melindungi perutnya dengan menekuk tubuh memeluk lutut.     

Entah mulai kapan, Calista merasakan punggungnya berasa dingin dan kaku. Hidungnya sempat mencium bau amis darah segar. Perlahan namun pasti kesadaran Calista pun memudar dan akhirnya perempuan malang itu pun pingsan. Ketiga pria itu melarikan diri setelah menghapus jejak.     

Darren yang baru kembali dari meeting, tidak mendapati istrinya diruangan. Tasnya masih tergeletak di sofa, begitu juga telpon genggamnya. Setelah meletakkan kembali laptopnya diatas meja, Darren keluar ruangan mencari istrinya.     

"Andrew, bantu aku cari Calista." Andrew yang juga baru kembali ke kursinya, meletakkan laptop sejenak lalu pergi mengikuti arah kemana bosnya pergi.     

Darren mencari Calista mulai dari toilet sampai ruangan lain. Semua karyawan yang dijumpainya ditanya satu persatu tapi tidak ada yang tahu keberadaan istrinya. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara orang berteriak kencang sekali.     

"Aaaaaahhhhhhhh! Tolong, ada pembunuhan disini!" Darren berlari secepat anak panah keluar dari busurnya, menghampiri suara yang membuatnya penasaran.     

Semua orang yang melihat berteriak menutup wajah mereka, Darren dan Andrew menyeruak kedalam kerumunan. Kedua mata Darren melebar dan jantungnya seolah berhenti berdetak. Istri yang dicintainya sedang terbaring bersimbah darah dengan pisau menancap di punggungnya. Andrew yang melihat langsung memerintahkan untuk memanggil ambulans.     

Darren menghampiri Calista dan memeluk istrinya yang memejamkan mata. Rahangnya mengeras dan aura membunuhnya keluar saat ini juga. Calista tampak melindungi perutnya, terlihat dari posisi tengkurapnya dengan tangan memegang lutut. Darren bersumpah, siapapun orang yang telah melukai istrinya, akan menemui ajalnya segera.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.