Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 194. Janin Kembar



II 194. Janin Kembar

0Drrttt drrrt drrtt …     

"Baik, kami turun sekarang." Lewis menerima telpon yang dipastikan dari temannya. "Ayo kita keluar dari tempat ini." Lewis berkata kepada Likha namun tidak berani menatap wajahnya. Likha masih terpaku berbaring di atas kasur sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.     

Sepanjang jalan keluar dari tempat penginapan rahasia itu, Lewis berjalan didepan dengan langkah tegap dan panjangnya. Sementara Likha menutupi rambutnya dengan syal yang sengaja disiapkan Lewis lalu dijadikan jilbab sementara oleh Likha. Perempuan itu berjalan dibelakang pria yang beberapa saat yang lalu hampir memperkosa dirinya. Likha berusaha tidak berjarak jauh dengan jalan Lewis yang memiliki kaki dan langkah panjang.     

Sebuah mobil hitam terparkir didepan pintu masuk, beserta supirnya, yang merupakan salah satu dari tim bentukan Lewis. Likha masuk kedalam mobil di kursi penumpang belakang bersama Lewis di sebelahnya. Keduanya tidak berbicara satu sama lain dan saling memandang jalanan dari balik kaca jendela mereka.     

-----     

Pagi hari yang cerah, disebuah rumah sakit swasta terbesar di Jakarta, sepasang suami istri sedang berada di dalam ruang poli kandungan untuk memeriksakan kehamilan sang istri. Darren meminta pelayanan paripurna dengan mengecek kandungan sang istri melalui USG tercanggih saat ini yaitu USG 5 dimensi. Namun, karena usia kandungan Calista masih 2 bulan, jadi hanya bisa sampai USG 3 dimensi saja. Kelak kalau usia kandungan Calista sudah mencapai 6 bulan, maka bisa menggunakan lima dimensi.     

Dokter perempuan itu mengoleskan cairan bening di perut Calista yang mulai sedikit menyembul. Sebuah alat digerakkan berputar mencari posisi janin yang sudah berusia dua bulan tersebut. Darren dan Calista tampak antusias melihat penampakan dilayar yang ditunjukkan di depan mereka.     

"Nah, bapak dan ibu bisa melihat ini. Disini tampak jelas, ada dua janin yang terbentuk. Masuk ke minggu kedelapan kehamilan, janin kembar ibu sudah memiliki lengan dan kaki yang menekuk. Pada tahap ini ibu sudah mulai bisa merasakan detak jantung janin. Secara umum, kepala janin sudah berkembang." Ucap dokter tersebut.     

Sejak dokter tersebut mengatakan 'dua janin yang terbentuk', Calista dan Darren terbelalak tidak percaya. Kedua tangan mereka menutup mulut mereka yang menganga antara takjub dan bahagia.     

"Anak kita kembar, Darren." Dengan mata berkaca-kaca, Calista menatap Darren yang sama terkejutnya dan tersenyum bahagia. Calista hampir jarang melihat suaminya tersenyum. Kini, dia melihat sendiri betapa bahagianya Darren mendengar langsung kabar ini.     

"Iya, anak kita kembar. Aku sudah menduganya." Jawab Darren.     

"Apa ibu tidak merasakan nyeri berlebih di punggung, keram, atau rasa tidak enak?" Dokter tersebut masih memantau pergerakan USG di melalui layar dan mengambil foto beberapa kali sebagai bukti.     

Darren menggenggam tangan Calista dan mengusapnya berkali-kali. Dokter yang melihat dari ekor matanya, tersenyum simpul melihat kemesraan yang ditampilkan sang suami pasiennya.     

"Awal bulan pertama terasa berat dok. Saya sering mengantuk, mual-mual di pagi hari, dan tidak bisa mencium aroma tajam langsung muntah." Jawab Calista.     

Dokter tersebut pun menyudahi sesi pengintipan bayi kembar Darren dan Calista. Perempuan hamil itu memakai kembali pakaiannya, dibantu Darren yang mengancingi kemeja yang dipakai sang istri. Calista tampak malu melihat Darren memperlakukan dirinya seperti tidak bisa apa-apa. Namun, Darren memaksanya. Akhirnya, Calista pun mengalah.     

"Apakah ada makanan yang dipantang dok?" Calista yang telah selesai berpakaian, kembali duduk di kursi pasien yang sudah disiapkan, bersama Darren disebelahnya.     

"Tidak ada pantangan makan. Hanya saja perhatikan alergi ibu seperti biasa sebelum hamil. Yang pasti, hindari asap rokok, minuman alcohol, dan begadang. Ibu hamil harus banyak istirahat agar ibu sehat dan janin pun sehat." Ujar dokter wanita itu mengakhiri sesi kontrol Darren dan Calista. Setelah tidak ada lagi pertanyaan yang diucapkan sepasang suami istri tersebut.     

Sepanjang lorong rumah sakit yang dindingnya bercatkan putih bersih dengan berbagai papan pengumuman kesehatan atau peringatan disisi kanan kirinya, Darren menggenggam tangan Calista sejak keluar dari poli kandungan sampai menuju mobil dan terlepas karena masuk dari pintu yang berlawanan.     

"Bagaimana sekarang? Sudah tidak penasaran lagi kan?" Darren menyetir sendiri mobilnya dari rumah dan menuju rumah sakit. Kini mobil itu mengarah ke kantor Darren karena ada pertemuan penting siang ini yang harus dihadiri, bersama bapak mertuanya, Donni, yang baru pulang dari luar kota.     

"Aku sudah menduganya kok. Aku baca internet dan cari tahu tanda-tanda hamil anak kembar." Calista tersenyum manis. Perempuan hamil itu mengelus-elus perutnya yang mulai tampak membuncit.     

"Oh begitu? Syukurlah sekarang kita sudah tahu kalau calon anak kita kembar." Darren tersenyum puas.     

"Tapi, sepertinya ada yang kelupaan." Calista berpikir kembali.     

"Aku pikir juga begitu. Tapi apa?" Darren memiringkan dagunya.     

"Jenis kelaminnya!" Spontan mereka berdua berkata dalam waktu bersamaan.     

"Ahhhh Darren, kenapa kamu bisa lupa?"     

"Lalu, kenapa kamu juga lupa?" Tanya sang suami yang mendapatkan omelan dan pukulan di lengan.     

"Kamu tau aku pelupa. Harusnya kamu yang mengatakannya karena kamu lebih kuat ingatannya." Calista cemberut dengan bibir di tekuk dan tangan dilipat didepan dada, mata menatap kaca disebelahnya.     

"Ckckck, bulan depan masih bisa kontrol lagi. Tidak masalah kalau tidak ketahuan jenis kelaminnya sekarang, toh kita belum perlu membeli apapun untuk anak-anak kita. Yang jadi masalah, kalau aku telat rapat siang ini. Papahmu akan menganggap menantunya ini tidak memenuhi kualifikasi menjadi pengusaha yang tepat waktu." Darren mengintip jam di arloji tangan kirinya.     

"Papah Donni?" Calista mengerutkan dahinya.     

"Hu'um." Jawab Darren singkat. "Kamu mau bertemu papahmu?" Tanyanya lagi.     

"Sejak pertemuan pengakuan di rumah waktu itu, aku belum bertemu lagi dengan beliau. Beberapa hari yang lalu aku kerumah mamah tapi papah katanya tugas luar kota." Jawab Calista.     

"Beliau pebisnis yang tepat waktu dan konsekuen. Rumor tentang playboy diluaran sana itu tidak benar. Hanya untuk menjatuhkan kredibilitas seorang Donni Rickman karena tidak punya teman dekat dan tidak pernah mau datang di acara pesta apapun." Jawab Darren.     

"Wah, anak menantu yang baik. Sekarang sudah mulai akrab yaa?" Calista mendengus nyindir.     

"Tidak juga, tapi memang itu kenyataannya." Jawab Darren lagi.     

Akhirnya mobil itu pun sampai di basemen pelataran parkir khusus petinggi perusahaan. Darren memarkirkan mobilnya di tempat khusus yang disediakan. Keduanya pun turun dari mobil dan berjalan masuk kedalam gedung kantor menuju lift khusus. Sepanjang jalan, tangan Calista tidak lepas dari genggaman Darren. perempuan itu hanya menikmati saja telapak tangan besar dan kuat yang sangat mendominasi dan mau menang sendiri itu.     

TING!     

Pintu lift pun terbuka dan langsung menuju lantai paling atas The Anderson Group. Calista tampak sangat anggun dengan blus kemejanya dan rok lebar sepanjang bawah lutut. Tidak ada kesan kuno ataupun kampungan karena Calista pintar memadu madankan pakaian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.