Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 189. Likha Diculik (2)



II 189. Likha Diculik (2)

0"Aahhh, lepaskan aku! Tol ummppph …" Suasana sepi yang mendukung, membuat Likha dengan mudah dibekuk dan digiring ke mobil yang telah menunggu mereka sejak tadi. Likha menjatuhkan telpon genggamnya dan bros yang dibelikan Lewis saat mereka berjalan-jalan ke Brera District!     

Dan, Likha diculik di siang hari …     

Lewis mencari kesana kemari dan bertanya ke orang-orang yang dia temui dengan memanfaatkan foto Likha yang ada di dalam telpon genggamnya. Beruntung, penampilan Likha yang berbeda dengan perempuan kebanyakan disana, memudahkan dirinya untuk diketahui kemana perginya.     

Lewis pergi menuju taman seperti yang orang terakhir katakan kalau dia melihat seorang perempuan berhijab berjalan-jalan di taman. Lewis menyusuri setiap jengkal taman, meraba kemungkinan dimana Likha akan duduk atau memandang bunga-bunga. Ketika Lewis sedang berjalan, tiba-tiba kakinya menginjak sesuatu, sebuah telpon genggam dan sebuah bros. Degup jantung Lewis berdenyut lebih kencang, karena yang dipegangnya adalah milik Likha.     

"Likha! Likha!" Lewis seperti orang kesetanan berteriak dan berlarian kesana kemari memanggil nama perempuan berhijab. Namun sayangnya, tidak ada tanda-tanda dimana Likha berada. Pria tinggi dengan rambut hitam lebat itu berusaha mengontrol emosinya untuk tidak panik. Dan akhirnya dia memutuskan untuk memanggil sebuah kelompok bayangan rekrutannya yang terdiri dari mantan para pembunuh bayaran yang sudah keluar dari penjara.     

"Kita bertemu di tempat biasa satu jam lagi." Lewis berkata. Pria itu segera kembali ke apartemennya untuk mempersiapkan segala keperluan.     

Grace yang melihat Lewis sibuk mondar-mandir, tidak tahan juga akhirnya dan bertanya,     

"Kamu kenapa sih? Apa yang terjadi?" Grace menahan tangan Lewis yang sedang memasukkan sesuatu ke dalam saku bagian dalam jaketnya. "Apa itu? Kamu bawa senjata? Ada apa ini Lewis?" Grace panik bertanya namun tidak mendapatkan jawaban sepatah katapun.     

"Kamu tunggu disini saja, jangan kemana-mana." Ujar Lewis. Dan pria itu pun berlari keluar dari kamar apartemennya dan menghilang dari pandangan.     

"Likha! Pasti perempuan itu lagi." Ucap Grace kesal.     

Lewis sudah sampai mobilnya dan meluncur menuju base camp mereka tempat merencanakan segala macam operasi rahasia. Dengan kecepatan penuh, Lewis segera memacu mobilnya. Kurang dari satu jam, mereka sudah lengkap berkumpul. Lewis dan 6 orang prajurit bayangan dibawah pimpinannya.     

"Ini foto seorang perempuan yang diculik sekitar 2 jam yang lalu," Lewis menyodorkan selembar foto Likha dengan gamis dan hijab marunnya yang sangat cantik.     

"Siapa ini bos? Cantik sekali. Hehehe …" Ujar beberapa orang dari mereka setelah melihat foto Likha.     

"Calon istriku!" Jawab Lewis dengan aura menyeramkan. Ke enam orang pria bayaran itu menutup mulut mereka rapat-rapat. Mereka adalah masing-masing orang yang pernah Lewis kirim ke penjara karena bersinggungan dengan Lewis.     

"Aku mau kalian cari cctv atau apapun dan temukan dimana dia berada kurang dari satu jam ini. fiasatku mengatakan kalau kelompok illegal perdagangan wanita mulai beraksi kembali, setelah kemarin 2 perempuan muda juga hilang.     

'Siap bos! Sahut mereka ber enam kompak.     

Sementara itu di tempat berbeda, seorang perempuan berhijab dimasukkan kedalam kurungan yang berisi banyak perempuan yang sebaya dengannya. Likha bergidik ngeri membayangkan apa yang ada didalam otaknya. Wajah-wajah ketakutan dan sedih menyayat hati mereka, sudah bisa dipastikan kalau mereka awalnya juga sama dengan Likha, sebagai korban penculikan.     

Likha menatap satu-satu dan mencari perempuan yang bisa diajak berbicara bahasa inggris setidaknya.     

"Kamu bisa bahasa Inggris?" Tanya Likha, dengan menggunakan bahasa Inggris juga.     

"Bisa, aku berasal dari negara S***, apakah kamu … diculik juga?" Tanya perempuan bertubuh kurus dengan mata sendu tersebut.     

"Iya, kamu juga?" Tanya Likha penasaran sambil berbisik.     

"Mereka adalah orang-orang kejam. Mereka akan menjual kita satu persatu, namun sebelumnya kita akan dipajang disebuah pelelangan dan kita diikat ditengah-tengah kerangkeng besi dimana semua pembeli melihat kita dan membeli kita dengan harga penawaran tertinggi."Ujar perempuan tersebut dengan geram.     

"Astaghfirullah aladziim …" Likha ketakutan meringis hendak menangis. Dia menyesali keputusannya berjalan-jalan di negara orang sendirian. "Benar kata Lewis untuk tidak kemana-mana atau aku akan mengalami nasib sial. Huhuhu … " Batin Likha berkata.     

"Kamu cantik sekali. Maafkan aku tapi diantara kami, kamu terlihat paling pantas untuk berada dipelelangan mala mini." Ujar perempuan kurus itu lagi.     

"Tidak, aku tidak mau, aku tidak mauuu …" Likha berteriak panik dan menjauh. Matanya mencari cara untuk melarikan diri dari tempat ini. Tapi semua tampak sia-sia. Likha tidak tahu dia berada dimana karena saat perjalanan kesini, kedua mata dan mulutnya ditutup rapat-rapat. Likha berjongkok meratapi nasibnya. Dia kesini untuk bekerja, tapi kenapa harus mengalami nasib sial seperti ini. "Kakak, tolong aku! Lewis, huhuhu …" Likha menutup wajahnya dengan kedua tangannya.     

-----     

"Selamat pagi tuan Dave." Semua orang yang melihat kedatangan bos mereka, memberi hormat namun setelah itu mereka mengernyitkan alis. Dave yang mengikat setengah rambutnya dengan bentuk gulungan kecil di tengah-tengah rambut dan membiarkan bagian bawahnya tergerai itu, tampak sangat sempurna untuk kriteria suami idaman, andaikan dia belum beristri.     

Tapi, pemandangan pagi ini membuat mereka sepertinya harus berhenti berharap. Dave menggandeng pinggang Dian dengan mesra sementara Dian sendiri tampak risih dengan perlakuan Dave yang berlebihan. Beberapa karyawan mengenal Dian sebagai mantan sekretaris perusahaan tersebut dan mengundurkan diri beberapa waktu yang lalu, tanpa ada kejelasan sebab.     

Kini mereka melihat Dian bagaikan seorang istri sah yang bisa dibawa ke kantor.     

"Cih, kamu lihat dia? Dia tadinya cuma seorang sekretarsi hrd. Sekretaris rendahan yang diangkat menjadi sekretaris CEO. Entah apa yang dilakukannya sehingga bisa menyingkirkan banyak sekretaris senior untuk jabatan tinggi itu." Seorang karyawan wanita bisik-bisik ditengah kumpulan lima perempuan yang dipastikan satu geng mereka.     

"Apalagi kalau bukan menjual tubuhnya. Hahaha …ups!" Jawab temannya lagi, namun mereka langsung menutup mulutnya rapat-rapat ketika Dave melihat ke arah mereka.     

"Kamu manager HRD bukan?" Tanya Dave pada salah seorang karyawan usia paruh baya yang kebetulan berada dibelakang Dave dan Dian berdiri menunggu lift khusus mereka.     

"I-iya tuan. Ada yang bisa saya bantu?" Jawabnya dengan gugup. Dave tidak pernah berbicara kepada orang sembarangan. Kalaupun dia berbicara, sudah pasti petaka yang akan terjadi.     

"Kamu, kamu, kamu, kamu, kamu. Mulai hari ini dipecat!" Dave langsung masuk ke dalam lift dengan menggandeng tangan Dian yang masih terperanjat kaget. Semudah itu pria ini memutuskan mata pencaharian seseorang.     

"Baik tuan." Jawab pria tersebut.     

"APA? TIDAAAKK! Tuan Dave maafkan aku, tuan toloooong, jangan pecat saya. Tolong maafkan ucapan saya."     

"Kamu sih cari gara-gara. Kamu berdua harus bertanggung jawab. Aku tidak ikutan bergosip tadi!" Perempuan yang lain panik hampir menangis. Kelima perempuan itu pun menangis histeris mendapati diri mereka dipecat dan hal itu menjadi pemandangan bagi orang-orang sekitar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.