Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 184. Ide Gila



II 184. Ide Gila

0Dave benar-benar membuatnya tidak berdaya pagi ini. Tidak seharusnya aku memberinya obat semalam dan menemaninya tidur di kamar, kalau seperti ini jadinya. Batin Dian berkata.     

"Bagaimana sayang, masa panjang penantianmu sudah berakhir bukan." Sambil berbicara, Dave membersihkan cairan kental sang istri yang ada di wajahnya dengan jari jemarinya. Dengan gerakan sangat elegan dan luar biasa iblisnya di mata Dian, Dave menjilat jarinya tanpa rasa jijik sama sekali.     

"Mulutmu mengatakan tidak, tapi tubuhmu tidak bisa berbohong." Dave merasakan juniornya dibawah sana sudah mengeras dari tadi dan membutuhkan pelampiasan segera.     

"Kamu berbohong." Dengan napas tersengal-sengal, Dian berusaha mengatakan kalimat yang ingin dia ucapkan sejak tadi. "Katamu, kamu … tidak akan … menyentuhku … sampai satu … minggu kedepan. Hah hah hah …"     

"Aku tidak berbohong seluruhnya. Aku bohong saat berkata kalau aku tidak akan menyentuhmu. Tapi aku berkata sesungguhnya ketika aku bilang, tidak akan memasukimu." Dave duduk diatas tubuh Dian dengan dada yang kokoh dan bentuk sixpack, rambut panjang dan bulu-bulu halus yang tumbuh liar dirahangnya, semakin menambah ketampanannya. Dian tidak mengingkari kalau Dave adalah iblis yang berwujud manusia dengan wajah sangat tampan namun aura yang sangat menakutkan.     

"Bagaimana ini, juniorku mulai mengeras dan meminta pasangannya. Dave mengurut kejantanannya yang menegang dan ingin memuntahkan laharnya. Mata Dian terbelalak lebar. Baru kali ini dia melihat milik Dave yang sangat besar menantang. Untuk sejenak matanya melebar namun sedetik kemudian, wajahnya berpaling kesamping.     

"Aku tidak mau. Jangan paksa aku." Seolah Dian tahu apa yang ada didalam pikiran Dave. Namun Dave menyeringai geli.     

"Tentu saja, aku tidak akan membiarkan bibirmu yang manis itu melakukan hal lain selain menciumku. Tapi, aku butuh bantuanmu untuk meredakan juniorku." Dave menarik tangan Dian yang gemetaran. Dian tidak bisa menolak karena tenaganya sudah habis terkuras karena pelepasan tadi.     

"Rasakanlah sayang. Ini hanya milikmu, hanya untukmu, sejak kita menikah." Dave berbisik di telinga sang istri yang sudah dalam keadaan duduk menyamai tubuhnya. Awalnya Dian ketakutan gemetar. Baru pertama kali dalam hidupnya, dia memegang kemaluan seorang lelaki, dan itu adalah milik suaminya sendiri. Namun, entah mengapa, semakin lama dia menggenggamnya, semakin lama ada dorongan hasrat menggebu didalam dirinya untuk melakukan kegilaan diluar nalarnya.     

Dian menatap sendu sepasang mata milik Dave, dan Dave membalas melihatnya dengan tatapan ganas. Tubuh mereka yang sudah polos sama sekali memudahkan Dave untuk melihat seluruh bagian tubuh sang istri. Dave mengecup dalam bibir Dian dan tangan Dian pun semakin lihay mengurut kejantanan Dave. Dave tidak tahan hingga melepaskan ciuman dan mendesah hebat. Baru kali ini Dian mendengar Dave mendesah, biasanya dialah yang mendominasi suara ini.     

"Aahhhhh, kamu pintar sekali sayang." Dave menjambak lembut rambut Dian. Mencari pegangan karena akan ada lahar yang muntah dari kejantanannya karena aktivitasa tangan yang dilakukan Dian. Semakin Dave mendesah, Dian semakin semangat untuk membuat pria ini menuju klimaksnya.     

Dave tidak tahan hingga bibirnya terus melumat Dian dengan dalam dan penuh hawa nafsu.     

"Apa yang kulakukan ini? Kenapa aku jadi begini? Kenapa aku jadi menikmatinya?" Pikir Dian. Tiba-tiba muncul ide gila di kepala Dian untuk ikut merasakan cairan kental milik sang suami. Dengan gerakan tiba-tiba Dian mendorong tubuh Dave hingga pria itu berbaring diatas kasur.     

"Apa yang kamu lakukan sayang?" Dave tidak mengerti apa yang akan dilakukan sang istri, yang beberapa jam yang lalu sangat membencinya bahkan diawal pernikahan mereka, perempuan ini pernah ingin membunuhnya.     

Dian tidak berkata apa-apa. Tiba-tiba saja bibir mungilnya menghisap kemaluan Dave, Dave mengerang merasakan kenikmatan luar biasa.     

"Oh baby, I Love you! F**k me harder!" Dian menggerakkan bibirnya maju mundur. Tubuh Dave bergetar hebat dan lonjakan kenikmatan yang belum pernah dia rasakan kini semakin membuncah.     

"Baby, aku mau keluar … Eugggghhh …" Dave memuntahkan semua lahar hangat kedalam mulut perempuan yang baru merasakan sensasi pertamanya. Ternyata, tidak seburuk yang dia bayangkan.     

-----     

"Kamu ingin belajar masak sama mamah?" Agnes yang sedang meracik bumbu di dapur untuk membuat soto ayam kuah bening, diikuti oleh Calista yang saat ditinggalkan sedang asyik menikmati taman yang dibuat di belakang rumahnya. Taman yang menjadi hadiah persembahan dari Donni agar dirinya mau pindah dari Jogja ke Jakarta.     

"Boleh mah. Mamah masak apa?" Calista memperhatikan Agnes yang sedang mengiris daun bawang dan bawang merah untuk dijadikan pelengkap soto.     

"Soto ayam. Kebetulan kamu disini, kamu cobain masakan mamah ya." Jawab Agnes.     

"Siap mah. Aku bantu mengiris ayam ya." Agnes tersenyum senang. Sungguh penantian yang tidak sia-sia. Anak yang dicinta akhirnya kembali ke pangkuannya dalam keadaan sehat walafiat.     

Setelah acara memasak selesai, ibu dan anak itu pun menikmati makanan yang mereka masak sendiri di taman bunga Agnes. Makan di gazibu di tengah-tengah taman, membuat Calista lahap menyantap soto ayam bening dengan bihun dan kacang tanah menjadi lebih sedap.     

"Bagaimana pernikahanmu? Kamu bahagia bersama Darren?" Agnes bertanya dengan penuh kelembutan, sepatutnya seorang ibu bertanya kepada anaknya.     

"Awalnya aku terpaksa menjalaninya. Karakternya berbanding seratus delapan puluh derajat dengan karakterku. Aku yang senang berbicara, suka tertawa, dan senang melakukan apapun kesana kemari tiba-tiba diikat dengan seorang suami yang kaku, dingin, dan egois. Apapun yang dia inginkan dan katakan, aku harus menurutinya. Belum lagi dengan godaan dari cinta pertamanya." Calista terdiam sejenak, sambil memandangi aneka bunga warna-warni yang bermekaran dengan indahnya.     

"Sekarang … kamu mencintainya, bukan?" Tanya Agnes lagi.     

"Cinta, apa itu cinta, mah? Sejak remaja aku belum pernah merasakan cinta. Aku pun tidak merasakan jantungku berdegup kencang setiap melihat dirinya. Yang kutahu, aku merasa gelisah setiap tidak bisa melihat wajahnya, gelisah kalau tidak bersama dengannya, namun selalu nyaman bila berada dekat dengannya." Jawab Calista sambil menatap wajah ayu Agnes yang tidak tua karena usia. Justru menurut Calista, mamahnya lebih cantik dan dewasa dibandingkan dirinya.     

"Kita mengalami nasib yang sama dengan pernikahan. Aku dan kamu dinikahkan dengan pria secara terpaksa. Terpaksa oleh keadaan. Mamah selalu ada untuk kamu. Ingat itu!" Agnes memeluk anak terkasih dan mengusap punggungnya. Perempuan hamil ini meski baru dua bulan tapi perutnya sudah besar seperti empat bulan. Namun, yang membesar hanya perutnya saja. Tubuhnya masih langsing. Sama seperti dulu saat dia hamil Calista.     

"Oya, kamu dirumah menanam bunga apa saja?" Agnes berdiri dan menghampiri salah satu bunga kesukaannya, bunga matahari.     

"Bunga matahari, mawar, anggrek, melati, dan masih banyak lagi lainnya." Jawab Calista sambil mengekor Agnes yang membungkuk memandangi bunga yang nama latinnya Helianthus annuus L itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.