Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 178. Ciri Khas Seorang Darren Anderson



II 178. Ciri Khas Seorang Darren Anderson

0"Aku sudah merencanakannya sejak dari Bali. Dan, baru sekarang selesainya." Jawab Darren.     

"Kamu … begitu serius sekali merencanakannya. Aku kira kamu tidak mengakui pernikahan ini." Jawab Calista dengan terisak.     

Darren Merenggangkan pelukannya dan menatap perempuan yang menangis tersedu di hadapannya.     

"Kamu bilang apa? Kamu menganggap aku menyepelekan pernikahan ini?" Darren mencari kejujuran dibalik mata berair perempuan yang masih konsisten mengeluarkan senjata paling mutakhir kaum wanita,yaitu air mata.     

"Darren, kamu … tentu tidak lupa kan … awal mula kita menikah bagaimana? Aku hanyalah seorang gadis miskin yang membutuhkan dana sangat besar untuk … penyembuhan bapakku. Dan kamu, yang sampai sekarang aku tidak mengerti mengapa harus mencari istri lewat ajang cari jodoh? Padahal, kalau kamu mau, ratusan perempuan antri ingin menjadi istrimu." Jawab Calista dengan nada bicara yang sudah mendekati normal karena air mata yang sudah berkurang.     

Darren mendekap kembali tubuh perempuan yang entah sejak kapan, dirinya mulai merasa membutuhkan dan ingin berlama-lama dekat dengannya.     

"Calista, kalau seperti itu memang semua perempuan pasti dengan suka rela mau menjadi istriku. Bahkan menjadi simpananku pun mereka pasti mau …"     

"APA?" Kedua bola mata Calista spontan melotot tajam, mendengar ucapan konyol yang keluar dari bibir pria yang ada dihadapannya ini.     

"Tapi … aku tidak akan pernah menemukan cinta sejati. Aku tidak akan pernah mendapatkan istri yang mau menerima aku apa adanya. Aku hanya akan mendapatkan perempuan yang senang berfoya-foya, keluar masuk diskotek, dan hidup glamor setiap hari." Jawab Darren lagi.     

"Aku mengadakan kontes cari jodoh itu ingin membuktikan, masih adakah perempuan yang sesuai kriteriaku tapi bersedia hidup dengan segala kekurangan dibalik banyaknya harta yang akan didapatkan. Dan, aku menemukan satu perempuan." Darren berkata. Calista tersenyum sumringah dan bibirnya menyeringai sinis.     

"Perempuan yang ceroboh, tidak mawas diri, dan senang sekali berdebat." Wajah Calista yang semula cerah kini berangsur muram. Baru saja akan senang hingga terbang ke langit ketujuh, namun sudah dihempaskan lagi ke dasar bumi.     

"Darren, aku rasa lebih baik aku pulang saja. Aku pusing dan mual kalau berada didekatmu." Jawab Calista sambil merenggangkan pelukan Darren dan hendak keluar ruangan.     

"Hahaha, aku becanda sayang. Sekarang kemarilah." Darren menggandeng tangan Calista dengan penuh kemesraan. Mereka berdiri menatap foto pernikahan mereka yang menempel gagah di dinding. Darren memeluk pinggang sang istri dari belakang. Calista menatap sepasang tangan kekar milik Darren yang berada di perutnya.     

"Bagus tidak?" Darren berbisik di telinga perempuan yang sudah berhenti mengeluarkan air mata.     

"Bagus. Fotonya bagus, jernih. Dan piguranya pun bagus. Berwarna keemasan yang sangat mewah namun estetik. Ciri khas seorang Darren Anderson." Jawab Calista. Disandarkan kepalanya ke dada bidang pria yang akhir-akhir ini sering memberinya kejutan.     

"Aku senang. Tidak sia-sia usahaku." Jawab Darren lagi.     

"Hmm, kamu tidak malu kalau ada kolegamu datang dan melihat foto berukuran jumbo ini mendominasi isi ruanganmu?" Tanya Calista.     

"Kenapa harus malu? Dengan begini, aku pun memproklamirkan diriku telah menikah dengan perempuan yang sangat unik namun sekarang telah menjadi istriku dan hanya milikku satu-satunya." Jawab Darren dengan penuh rasa romantis yang menggelitik relung hatinya paling dalam.     

"Tidakkah ucapanmu itu terlalu berlebihan?" Ucap perempuan dengan rambut di kuncir kuda tersebut.     

"Tidak ada yang terlalu berlebihan untuk istri sendiri." Jawab Darren lagi. "Oya, kamu tidak mau memberiku hadiah atas kejutan yang aku berikan ini?" Darren menimpali lagi.     

Mata Calista mulai melebar. Hadiah yang diinginkan pria ini, tidak jauh dari bercinta.     

"Hadiah … apa?" Calista pura-pura tidak memahami maksud dari pria yang baru tiga bulan ini menjadi suaminya dan telah menanam benih di dalam rahimnya.     

"Hadiah … yang aku sangat inginkan." Napas Darren yang terdengar berat di telinga Calista dengan suara mendesahnya, menandakan pria ini sudah mengatakan maksud hatinya secara tersirat.     

"Darren, ini masih di kantor. Kamu jangan macam-macam disini." Calista mencoba melepaskan diri dari kungkungan tangan kekar Darren. Namun, pria bermata hijau sudah mengunci perempuannya rapat-rapat.     

"Sebentar saja. Aku tidak akan berlama-lama." Jawab Darren.     

"Sebentarnya kamu itu bisa berjam-jam. Aku sudah tahu sekali sifat kamu itu." Jawab Calista balik.     

"Kamu sangat mengenalku dengan baik. Sudahlah, aku tidak mau berlama-lama lagi." Darren mengangkat tubuh Calista. Perempuan hamil itu berteriak kaget merasakan tubuhnya melayang.     

Darren membawa Calista masuk kedalam kamar pribadinya yang berada di sisi ruangan kerja.     

"Darren, please." Namun semua sudah telat. Darren sudah mengurung tubuh Calista yang berada dibawahnya. Suami yang sudah beberapa hari tidak terpenuhi kebutuhan batinnya, melucuti pakaiannya sendiri dengan cepat dan hanya dalam hitungan menit, tubuh Darren dan Calista polos tanpa sehelai benang pun.     

"Jangan menyesap leherku. Aku tidak mau ada jejak terlihat disana." Calista berkata lirih. Tapi, Darren adalah Darren. Melakukan apa yang dia inginkan.     

"Aahhh Darren, pelan-pelan."     

"Aku akan pelan-pelan sayang, Aku ingin menikmati tubuhmu dengan seksama."     

"Aahhh … ahhhh … Darren, aaahhh …" Pinggul Calista terangkat keatas ketika kewanitaanya mendapatkan gesekan dan hujaman dari pria yang sangat menikmati sesi bercinta seperti tanpa lelah, yang mengakibatkan pelepasan pertamanya.     

Darren memperlakukan Calista dengan pelan dan lembut. Karena kini ada janin yang berada di rahim sang istri.     

"Baby, kamu kangen daddy bukan? Mari kita bertemu." Darren terus menggesek kewanitaan Calista dan wajahnya mengeluarkan tetes keringat. Wajah Darren yang putih bersih nampak kemerahan karena hasrat yang menggebu dan menanti untuk dikeluarkan.     

"Darren, sudah." Calista memohon seperti biasanya. Dan, biasanya Darren akan pura-pura tidak mendengar dan terus memacu tubuh Calista dengan lebih dahsyat dari berbagai sisi. Darren mematuhi saran dokter kandungan Calista untuk membatasi frekuensi bercinta mereka dari setiap hari menjadii seminggu dua kali, selama masa trimester pertama.     

Dan, ini adalah kali keduanya dalam minggu ini. Dan, Darren sudah pasti akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya.     

"Sayang, tunggu aku. Aku … mau … keluar … ahhhhhh …" Darren kini mengalami pelepasan pertamanya. Semburan benih berisi jutaan prajurit kecil berjuang menuju rahim yang sudah ditempati oleh pemenang pertamanya.     

Darren menjatuhkan dirinya disamping tubuh lemas Calista.     

"I love you sayang." Darren menyusupi lengan kanannya ke belakang leher istrinya yang sudah tampak kepayahan. Napasnya tersengal-sengal setelah mengimbangi permainan Darren yang masih saja mendominasi. Dikecupnya kening dan hidung sang istri.     

Tidak berapa lama, Calista pun tertidur. Darren masih bisa menguasai keadaan. Sejujurnya, dia masih ingin melanjutkan lagi. Namun, itu bisa membahayakan janin yang dikandung sang istri.     

Darren pun melangkah masuk ke kamar mandi setelah menyelimuti tubuh polos Calista dengan selimut dan merapihkan rambut sang istri yang ikatan rambutnya dilepas Darren saat mereka sedang menyatu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.