Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 212. Ulah Grace



II 212. Ulah Grace

0"Oh begitu. Siapa namamu?" Tanya Calista, didampingi Hera disebelah kanannya yang setia menemani     

"Nama saya Likha, Likha Sujana." Jawabnya.     

Calista mengangguk-angguk pelan. Kemudian perempuan hamil itu berkata, "Bu Hera, bisa tolong tinggalkan kami berdua sebentar?" Calista berkata. Hera yang tidak mengerti apa yang diinginkan majikannya, hanya bisa membungkuk hormat sebelum meninggalkannya sesuai permintaan.     

Setelah Hera pergi, Calista berkata,     

"Mendekatlah padaku. Ada yang ingin aku katakan tapi aku tidak bisa berbicara kencang, karena kondisiku." Ujar Calista sambil tersenyum.     

Likha berjalan perlahan mendekati perempuan hamil yang duduk diatas kursi roda.     

"Likha, aku rasa umur kita tidak jauh berbeda. Kamu sudah menikah belum?" Tanya Calista. Perempuan yang ditanya hanya bisa diam menatap lantai ubin dibawah kakinya.     

"Katakan saja, jangan sembunyikan apapun dariku. Karena aku pasti mengetahuinya." Ujar Likha dengan suara yang masih lemah.     

"A-aku su-sudah menikah, nyonya." Jawab Likha sambil menggigit bibirnya.     

"Ahhh, sudah kuduga." Jawab Calista balik.     

"Anda menduga aku sudah menikah? Bagaimana anda tahu itu?" Likha tidak mengenakan cincin kawin, seharusnya hal itu tidak membuatnya ketahuan telah menikah.     

"Sekedar menebak saja, dan ternyata tebakanku betul. Hehehe ..." Calista terkekeh senang.     

"Sebenarnya aku masih banyak mengenal dirimu. Tapi, aku tidak bisa lama berbicara saat ini. Kalau kelamaan berbicara, dadaku susah untuk bernapas." Jawab Calista lagi.     

Jadilah mereka berdua diam sambil berjemur belaian matahari pagi.     

-----     

Tiga hari yang lalu ...     

Lewis yang ditunggu sampai tengah malam, belum kembali juga ke villa. Tadi pagi saat kejadian yang hampir menggagalkan acara pernikahan itu, Lewis mengajak Grace berbicara di sebuah ruangan kosong. Namun, setengah jam kemudian, Lewis keluar vila untuk mengantarkan Grace pulang.     

Sejak keluar rumah itu sampai tengah malam, Lewis belum juga kembali. Likha yang telah berganti baju sejak siang hari, tidak bisa tidur memikirkan apa yang sedang dilakukan pria dingin yang sudah menjadi suaminya itu. Dia memang tidak mencintai Lewis sehingga tidak ada rasa cemburu di hatinya.     

Tapi, yang dikhawatirkan Likha adalah apakah dia baik-baik saja? Atau, jangan-jangan dia terkena kecelakaan di jalan. Likha menghubungi nomer telpon Lewis namun pemiliknya tidak menjawab panggilan. Malam semakin larut ketika tiba-tiba ada satu pesan masuk ke telpon genggamnya.     

Likha buru-buru membuka pesan masuk tersebut karena berasal dari nomer Lewis. Namun, betapa kagetnya perempuan cantik dengan rambut panjang hitam legam itu. Pesan tersebut berisi foto dimana Lewis dan Grace sedang tidur berdua berpelukan dalam posisi tanpa busana.     

Likha tersenyum lirih dan tertawa ganjil. Pria yang ditunggu-tunggu dan dikhawatirkan, ternyata malah asyik bercinta dengan wanita lain yang memang kekasihnya.     

Likha tidak tahu apakah harus senang atau sedih. Dia pernah terang-terangan berkata pada Lewis kalau dia tidak akan mentolerir jika setelah menikah, Lewis masih suka tidur dengan wanita lain. Namun, kenyataannya sekarang terbukti. Pria itulah yang mengkhianati perjanjian mereka.     

Tanpa pikir panjang lagi, Likha memutuskan untuk kabur dari villa tempat dimana dia tinggal sekarang. Likha memasukkan semua pakaiannya kedalam koper besar. Juga surat-surat penting untuk keperluan melamar pekerjaan di tempat baru.     

Sebelumnya, Likha memesan taksi online yang beruntung sekali masih ada yang beroperasi. Tujuan Likha adalah hotel terdekat dengan bandara I Gusti Ngurah Rai. Besok pagi dia ingin segera menuju tempat kerjanya yang baru.     

Setelah dirasa semua sudah selesai, Likha turun tangga dengan perlahan-lahan tanpa membangunkan orang sekitar. Likha ingin menaiki taksi dari luar villa saja, taksi yang dipesan tak perlu masuk kedalam halaman untuk menghindari banyak pertanyaan dari para satpam.     

Setelah main kucing-kucingan selama 10 menit dengan penghuni villa, akhirnya Likha berhasil keluar gerbang dengan menyeret koper besarnya perlahan-lahan. Kini Likha sudah berada didalam taksi dan mobil bayaran itu pun meluncur ke sebuah hotel yang sudah dipesan Likha via aplikasi.     

Mengandalkan uang pemberian Lewis hasil gajinya selama berada di Italy, Likha menggunakannya untuk membayar hotel dan ongkos pesawat ke Jakarta. Beruntung, Likha tidak memberitahukan siapa majikan barunya di Jakarta.     

Mobil pun sampai didepan hotel dan Likha langsung melakukan check in. Jam 3 dini hari Likha merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk setelah melakukan sholat Tahajud sejenak. Likha sempat tertidur setengah jam di villa saat menunggu Lewis pulang.     

"Likha! Likha! Dimana majikan kalian?" Lewis tiba di villa pukul 9 pagi. Matanya menyalang dan suara beratnya menggelegar ke seisi villa karena tidak menemukan dimana istrinya berada.     

Tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskan dimana keberadaan nyonya majikan mereka. Lewis teringat dengan kamera CCTV. Dia pun segera mengeluarkan laptopnya dan mengecek rekaman CCTV sejak semalam sampai pagi hari.     

Lewis masih bisa melihat Likha jam 12 malam masih berada di villa. Tidak hanya ruangan umum, Lewis pun memasang CCTV di kamar utamanya. Pria berambut coklat ke abu-abuan itu mempercepat proses rekaman sampai akhirnya dia melihat Likha sedang mengambil koper dan memasukkan semua pakaiannya.     

Namun tiba-tiba, Lewis memundurkan kamera rekamannya ke saat dimana Likha sedang duduk di tepi ranjang dengan menatap benda persegi di genggamannya. Lewis bisa melihat kalau Likha menutup mulutnya saat menatap layar ponselnya.     

Lewis memperbesar suasana dimana Likha menatap layar ponsel. Lewis menyoroti lebih besar dan jelas. Kedua matanya menyalang, rahangnya mengeras, dan tangannya terkepal kuat. Lewis bisa melihat Likha sedang menahan tangis ketika melihat foto dirinya dan Grace sedang tidur berpelukan dalam keadaan tanpa busana.     

Lewis langsung membuka ponselnya dan mengecek di pesan terkirim ke Likha. Tidak ada pesan apa-apa tapi ada tulisan 'pesan ini telah dihapus'. Pasti ini ulah Grace. Namun saat ini bukan Grace yang harus dipikirkannya, melainkan Likha, istri yang masih perawan sampai saat ini.     

Lewis melihat Likha berhasil keluar dari pintu gerbang dan entah apa lagi yang dilakukannya di luar pagar.     

Lewis memencet beberapa nomer di telpon genggamnya dan membuat panggilan kepada seseorang.     

"Cari sampai dapat perempuan yang aku kirim fotonya baru saja. Dalam dua puluh empat jam, harus sudah ada hasilnya." Lewis mengancam dengan penuh aura membunuh.     

Semalam dia mengantarkan Grace pulang setelah dari rumah ibunya, tante Lena di tempat yang lumayan jauh. Lewis ingat kalau Grace menawarinya minuman sirup berwarna merah. Dan, pria itu tanpa curiga sama sekali langsung meminumnya.     

Beberapa detik kemudian, Lewis merasakan kepalanya pusing mutar-mutar dan tubuhnya pun ambruk seketika diatas sofa. Pagi hari saat bangun tidur dia menemukan tubuhnya sudah lengkap berpakaian kembali. Pasti Grace merencanakan sesuatu yang membuat Likha akan berpikir kalau dia telah tidur dengannya.     

"SIAL! Seharusnya aku tidak perlu mengantarkannya pulang." Ujar Lewis menyesali perbuatannya yang ceroboh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.