Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 208. Menahan Selama Dua Minggu



II 208. Menahan Selama Dua Minggu

0"Berpikir apa?" Calista memicingkan matanya.     

"Berpikir tidak usah merayakan resepsi pernikahan." Sahut Darren lagi.     

"Karena?" Andaikan aku tidak sedang terluka, ingin rasanya aku mencekik lehernya, batin Calista.     

Sebegitu mudahnya kah dia menyetujui ucapanku?     

"Karena kamu sedang terluka, sayang. Memang apa yang ada dalam isi kepalamu yang kecil ini?" Darren memegang gemas kepala Calista dengan kedua tangannya.     

"Tidak ada. Aku pikir karena kamu memang tidak ingin mengakui aku sebagai istrimu, karena kita menikah …"     

Darren langsung menutup bibir mungil Calista dengan jari telunjuknya yang besar.     

"Ssst, jangan pernah mengucapkan itu lagi. Kamu tahu? Aku sudah merobek kertas itu sesaat kamu masuk kerumah sakit karena kejadian ini." Ujar Darren dengan mantap.     

"Benarkah?" Calista menatap tidak percaya.     

"Tentu saja. Aku sudah merobeknya jadi bagian kecil-kecil dan membakarnya. Kamu tidak akan menemukannya lagi dimanapun." Ujar Darren sambil tersenyum. Calista membalas senyuman memikat sang suami dengan senyuman lirih seorang pasien yang masih belum sembuh benar.     

"Sudahlah, hari sudah semakin larut. Kamu harus banyak istirahat. Aku akan menjagamu disini, tidak akan kemana-mana." Ujar Darren sambil membantu sang istri untuk tiduran dalam posisi miring dan merapihkan selimut yang berada di kaki Calista hingga sampai batas lehernya. Dengan hati-hati sekali, Darren memastikan selimut tidak akan mengenai kabel infuse. Meski sudah ada Hera yang bertugas menemani nyonya majikannya, Darren ingin secara langsung merawat sang istri sebisa dia masih ada kesempatan.     

"Kamu juga tidur. Jangan keluyuran kemana-mana. Besok kamu kerja kan?" Calista pun mengingatkan Darren meski matanya sudah mengerjap-ngerjap ngantuk tak tertahan.     

"Iya, aku tunggu kamu tidur dulu." Darren mencium kening sang istri dan tidak berapa lama Calista pun tertidur dengan nyenyaknya.     

Darren ikut merebahkan badannya dan memanjangkan posisi kakinya ke kasur yang ada disebelah Calista. Kamar rawat inap ini merupakan kamar paling mewah yang ada di rumah sakit ini. Darren khusus menyewanya jika sewaktu-waktu dia atau keluarganya ada yang butuh rawat inap di rumah sakit, tempatnya sudah tersedia.     

-----     

"Dave, tolong pelan-pelan … ahhh … " Sudah satu jam lamanya Dave merengguk kenikmatan bercinta dengan istri yang sudah dua minggu tidak disentuhnya. Dian tidak menduga, kekuatan dan keinginan lelaki ini sedemikian brutalnya setelah lama berpuasa.     

"Nikmati saja sayang. Aku sudah menahannya selama dua minggu. Apa kamu tidak kasihan pada suamimu ini hah?" Dave terus memacu tubuh Dian tanpa ampun. Berawal dari sofa saat mereka masih menikmati secangkir teh dan cemilan, Dave tiba-tiba meminta haknya untuk dipenuhi segera. Rupanya selama ini Dave sudah melingkari di kalendernya tanggal berakhirnya masa istirahat Dian setelah operasi.     

Gerakan Dave yang kencang dan memaksa Dian untuk melayaninya dengan berbagai posisi dan gaya, membuat Dian pasrah tidak berdaya. Dave benar-benar tahu cara menikmati bercinta sehingga Dian pun merasakan pelepasan berkali-kali.     

"Sudah hentikan, aku sudah lelah. Aku tidak kuat lagi. Aahhhh …" Untuk kedua kalinya Dian mengeluarkan pelepasan. Namun, sialnya pria ini belum juga mencapai klimaksnya. Keringat sudah membanjiri keduanya walaupun suhu pendingin didalam kamar sudah sangat dingin.     

"Aku akan membuatmu tidak bisa tidur malam ini, sayang." Dave mencium bibir Dian dengan sangat dalam dan penuh hasrat. Sudah tidak terhitung ada berapa banyak jejak merah dia tinggalkan di tubuh sang istri. Dada Dian adalah tempat paling banyak kiss mark karena disanalah Dave lebih betah bermain.     

"Sayang, aku mau … keluaaaaarrrr … ahhhhhhh …" Tubuh Dian dipeluk dengan kencang, hingga Dian merasa seluruh tulang tubuhnya remuk tidak bersisa. Dian menggigit bahu Dave karena untuk ke tiga kalinya dia pun mengeluarkan pelepasan bersama-sama.     

"Euugghhhhh … cukup Dave. Aku sudah benar-benar tidak kuat lagi." Napas Dian dan Dave bersatu padu terengah-engah karena pergumulan mereka yang sangat ekstrim dan sepenuh jiwa.     

"Haaahh, terima kasih sayang. Sekarang tidurlah." Dave menjatuhkan dirinya ke samping. Masih terdengar suara napas Dian yang belum kembali normal. Dave pun menyelimutinya dan menambah suhu pendingin ruangan menjadi lebih dingin lagi untuk satu jam kedepan menggunakan timer.     

Dave meraih tubuh sang istri yang sudah lemah tidak berdaya. Meletakkan lengannya kebawah leher dan merangkulnya dalam pelukan. Dian bisa merasakan detak jantung Dave yang masih berdegup kencang setelah percintaan mereka. Tidak berapa lama merekapun tertidur pulas.     

Suasana malam yang syahdu berbeda-beda dirasakan setiap orang malam ini. Ada yang sedang menemani orang tercinta di rawat di rumah sakit, ada yang sedang menahan hasrat yang bergejolak didada ketika mengantar calon istri kembali ke hotel, dan ada yang baru saja selesai mereguk manisnya bercinta dengan wanita pujaannya.     

Begitu juga dengan sepasang suami istri yang sudah merasakan bahtera berumah tangga selama puluhan tahun, meski sempat berpisah, kini mereka pun sedang merasakan nikmatnya bercinta dengan pasangan halal yang bisa mereka lakukan kapanpun.     

Usia boleh matang, namun kebutuhan seksual akan selalu ada sampai kapanpun.     

"Aaaahhh …" Donni mengangkat satu kaki Agnes melingkari pinggangnya. Suara desahan Agnes terdengar semakin membuat Donni bersemangat memacu kewanitaan sang istri. Mereka melakukannya sambil berdiri menempel di dinding. Beruntung tubuh Agnes lentur karena olahraga yoga yang selalu dilakukannya setiap hari. Sehingga dia tidak merasa sakit hanya saja kaki Agnes sudah lemah tidak kuat lagi berdiri.     

Donni memacu lebih ganas saat posisi bercinta mereka berdiri. Kini kaki Agnes diturunkan dan tubuh sang istri diputar hingga memunggunginya. Donni memasukkan kejantanannya lewat belakang. agnes mengerang merasakan pada posisi ini kewanitaanya lebih penuh sesak dibawah sana. Kedua tangan Donni aktif meremas sepasang gunung kembar milik Agnes yang masih tetap membusung dengan indahnya.     

"Aaaah, f**k me harder, honey." Agnes meraung tanpa kendali membuat Donni semakin bersemangat memasukkan kejantanannya. Setelah beberapa saat, tubuh Agnes dibopongnya dan diletakkan di tengah-tengah kasur. Pergumulan mereka malam ini diakhiri dengan posisi konvensional yang sudah pasti dimenangkan oleh Donni dengan meninggalkan banyak jejak kemerahan ditubuh sang istri.     

-----     

Matahari pagi menyambut seorang bidadari cantik yang mengenakan kemeja panjang dengan rok panjang warna hijau senada, dan jilbab warna hijau toska. Lewis yang menunggunya di lobi hotel, sejenak diam terpana dengan sepasang mata yang tidak berkedip. Beruntung dia menyembunyikannya di balik kaca mata warna hitam. Lewis teringat dengan kata-kata maminya, 'Keberuntungan apa yang Lewis miliki sehingga bisa mendapatkan bidadari secantik dan sebaik Likha'.     

"Pak Lewis? Halo …" Likha melambaikan tangan dua kali ke depan kacamata Lewis yang masih menutup.     

"Ooh maaf, tadi aku melihat temanku di arah lain." Lewis berkelit demi menutupi rasa malunya pada perempuan yang hari ini akan resmi menjadi istrinya.     

"Kita berangkat sekarang?" Tanya Lewis setelah memastikan koper Likha sudah terangkut semua.     

"Iya pak." Jawab Likha singkat.     

"Pak? Dari tuan sekarang pak?" Tanya Lewis tidak percaya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.