Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 204. Pertemuan Likha dan Calon Mertua (1)



II 204. Pertemuan Likha dan Calon Mertua (1)

0"Bagus." Lewis menghela napas lega karena semua syarat-syarat untuk pernikahannya, dimudahkan. Lewis tidak akan menyelenggarakan pesta besar-besaran. Hanya ijab Kabul saja. Namun, sekarang pria ini bingung bagaimana harus memberitahu ibunya perihal berita besar ini. Apakah dia harus bilang atau tidak?" Lewis memikirkannya.     

"Kakak, aku sudah sampai Jakarta." Likha menelpon Niko, sang kakak yang berada di Bali.     

"Langsung ke Bali kan? Mau aku jemput di bandara?" Tanya Niko lagi. Seumur hidup, adiknya ini belum pernah pergi jauh dari Bali, apalagi sampai ke luar negeri. Jadi, kepergiannya kemarin ke Italy sungguh membuat sang kakak menjadi khawatir setiap hari. Meskipun ada bosnya yang menjamin kalau Likha akan baik-baik saja disana dengan nyawanya sebagai taruhan.     

"Hmm, besok aku ke Bali. Ada urusan yang belum diselesaikan. Tuan Lewis yang mengaturnya." Ujar Likha berhati-hati agar tidak salah bicara.     

"Tuan Lewis juga kembali ke Indonesia?" Tanya Niko tidak mengerti.     

"I-iya." Jawab Likha. "Haruskah aku bilang pada kakak kalau besok dia dan aku akan sama-sama berangkat ke Bali dan meminta restu ke kakak?" Bisik Likha dalam hati     

"Oh, okay. Jaga diri kamu baik-baik. Kita bertemu lagi besok. Sampai jumpa."     

"Sampai bertemu kembali, kakak." Likha memutuskan panggilan telpon dan menatap lama benda yang dipegangnya itu.     

"Apa yang harus aku katakan padanya? Haruskah aku katakan tentang hutang 500 juta? Oh jangan-jangan Likha, nanti kakakmu berpikiran yang tidak-tidak. Simpan rapat-rapat rahasia ini. Tidak boleh ada yang tahu, hanya aku dan Lewis yang boleh tahu." Likha berperang batin dan gelisah memikirkan esok hari yang menjadi penentu untuk kelangsungan hidupnya kedepan.     

Daripada pusing memikirkan besok, Likha memutuskan untuk mandi menyegarkan tubuhnya setelah enam belas jam lebih penerbangan.     

-----     

"Lewis? Tumben kamu datang. Pasti ada hal besar yang ingin kamu lakukan." Anggun, mami Lewis memicingkan matanya melihat kedatangan anaknya. Lewis, yang tiba-tiba tanpa pemberitahuan kerumah mereka, orangtuanya.     

"Mana papi, mi?" Lewis tidak melihat sosok pria yang tidak banyak bicara namun menginspirasinya untuk lebih banyak bekerja dibanding berbicara.     

"Ini masih siang, tentu saja papimu di kantor, dimana lagi?" Ujar Anggun, menghampiri anak laki satu-satunya itu yang langsung ke dapur mengambil botol minum air dingin. Dengan sekali tenggakan, air didalam botol berpindah ke tenggorokannya.     

"Ada yang ingin aku katakan ke mami dan papi." Ucap Lewis setelah selesai minum.     

"Oya? Apa itu?" Anggun mengikuti langkah kaki sang anak yang menuju ke ruang tamu.     

"Nanti saja kalau papi pulang." Ucap balik Lewis.     

"Papimu pulang …"     

"Ada apa ini Lewis? Kenapa kamu meminta papi pulang cepat dari kantor?" Ucapan Anggun terpotong ketika melihat sang suami tiba-tiba datang sebelum jam pulang kantor.     

"Kamu pulang karena diminta Lewis?" Anggun bertanya setengah tidak percaya.     

"Ya, dia ingin berbicara pada kita berdua. Cepat katakan! Anak perempuan mana yang kamu hamili sekarang?" Kevin, papi Lewis berang sambil melipat kedua tangannya didepan dada.     

"Papi!" Anggun berteriak tidak percaya, suaminya semudah ini mengatakan hal tentang mengamili anak orang.     

"Papi mami duduklah. Aku ada kabar penting yang harus aku katakan sekarang juga." Lewis duduk di single sofa, sementara Anggun dan Kevin duduk di sofa panjang dihadapannya.     

"Kamu membuat mami deg-degan. Ada apa sih?" Anggun menatap Lewis lamat-lamat.     

"Ehem, pi mi, besok aku mau menikah dengan gadis pujaanku." Lewis berbicara dengan satu tarikan napas setelah menarik napas dalam-dalam.     

"APA?" Anggun berteriak tidak percaa. Sementara Kevin, menatap sinis anaknya tanpa bersuara satu katapun.     

"Anak pengusaha mana? Biar papi datangi orangtuanya." Kevin berkata tanpa ekspresi.     

Lewis menggeleng pelan, "Bukan anak pengusaha, melainkan anak yatim piatu yang hanya memiliki seorang kakak lelaki." Jawab Lewis datar. Anggun bertambah bingung     

"Bawa dia kerumah malam ini. Bisa? Atau kami yang harus kerumahnya?" Ucap Kevin.     

"Aku akan bawa dia kerumah malam ini. Tolong jangan berkata yang tidak-tidak atau aku tidak akan pernah datang kerumah ini lagI." Ancam Lewis. Anggun dan Kevin saling bertukar pandang. Perempuan seperti apa yang telah berhasil memikat serigala yang diam-diam memiliki banyak perempuan dimana-mana ini. Dia pastilah memiliki segala hal yang tidak dimiliki perempuan lain, membuat Lewis ingin segera mengikatnya.     

"Okay, kamu atur saja. Ingat, mami tidak akan menerima menantu yang tidak mengenal sopan santun." Jawab Anggun.     

Malam pun tiba, dan kini Likha sudah berada di hadapan Anggun dan Kevin. Perempuan berjilbab yang mengenakan baju terusan panjang warna marun dilapisi dengan bolero bahan rajut warna putih dengan jilbab simple warna putih, membuat penampilan Likha sangat cantik dan diluar perkiraan kedua orangtua Lewis yang menyangka anaknya akan membawa seorang perempuan berpenampilan seksi dengan riasan make up tebal, seperti yang sudah-sudah.     

"Assalammualaikum, selamat malam om dan tante." Likha membungkukkan badan menaruh hormat. Sesungguhnya jantung Likha sedang berdetak kencang karena sorot mata kedua orangtua Lewis tidak berkedip sama sekali melihat dirinya.     

"Wa … alaikumussalam. Kamu adalah … perempuan yang akan dinikahi Lewis?" Anggun benar-benar tidak percaya. Selera Lewis berubah seratus delapan puluh derajat sekarang. Kemana perempuan-perempuan seksi yang tidak pernah lepas dari lengannya? Kemana Grace yang selalu dua puluh empat jam mengikutinya?     

"Yes mam, please jangan bertanya yang tidak-tidak."Ujar Lewis dengan mata penuh mengancam.     

"Mami hanya ingin tahu saja, kok bisa-bisanya … perempuan seanggun dan selembut ini mau menikah denganmu yang perempuannya dimana-mana." Anggun menyesap minuman dengan bola mata memutar.     

"Kalau bukan karena hutang 500 juta, aku juga tidak mau." Ucap Likha dalam hati.     

Likha tersenyum terpaksa mendengar penuturan sang calon mama mertua. Perempuan yang merasa sedang diinterogasi itu meraih gelas minuman terdekat dan mencoba menyegarkan tenggorokannya yang mendadak kering kerontang.     

"Mami, please. Likha sudah tahu apa dan bagaimana masa laluku. Jadi tolong, jangan diungkit-ungkit lagi." Lewis menarik napas dalam-dalam menyikapi maminya yang seperti ingin menggagalkan pernikahan mereka.     

"Jadi namanya Likha. Maaf nona Likha,saya papinya Lewis mau bertanya hal yang sangat mendasar. Apakah kamu sudah hamil duluan?"     

"Byuuuuurrrrr …" Air minuman yang masih berada di dalam mulutnya karena belum sempat tertelan, tersembur keluar. Beruntung tidak ada yang terkena muncratannya karena semua duduk dalam jarak cukup renggang.     

"Uhuk uhuk .. maaf … maaf … saya tidak sengaja." Likha mengambil tissue dan mengelap bekas tumpahan air minum darinya di aats lantai dengan cara duduk diatas lantai dan membuangnya ke tempat sampah yang dia cari kesana kemari ternyata ada didapur.     

Anggun, Kevin, dan Lewis melihat perempuan gugup itu terpana dan mengerjapkan mata berulang-ulang. Ketika kesadaran telah pulih kembali, mereka bertiga tersenyum geli melihat tingkah Likha.     

"Maaf tuan dan nyonya, saya bersumpah kami tidak melakukan hubungan diluar nikah. Saya masih gadis dan belum pernah pacaran sebelumnya." Ucap Likha gugup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.