Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 203. Persiapan



II 203. Persiapan

0"Entahlah, aku tidak yakin. Memang kenapa? Kamu kenal?" Dian menarik lengannya dari Dave karena tidak enak menjadi perhatian beberapa orang disana.     

"Oh mungkin aku salah lihat." Jawab Dave. "Aku tidak akan salah mengenal orang yang menghancurkan keluargaku!" Batin Dave berkata.     

Dave pun menggandeng tangan Dian dan ikut duduk bersama keluarga besar yang menantikan kabar dari Calista. Darren mendengus tipis melihat Dave yang diceritakan oleh Calista sebagai suami yang posesif dan mengurung sang istri beberapa hari yang lalu sehingga Calista bermain di belakangnya dengan menyewa orang bayaran untuk menyelamatkan temannya itu. Sungguh seorang istri bisa merubah seorang pria menjadi suami yang posesif.     

Tidak berapa lama seorang perawat keluar dari ruangan ICU.     

"Keluarga ibu Calista?" Ujarnya bertanya kepada orang-orang yang menunggu diluar.     

"Saya sust." Darren menyahut cepat.     

"Boleh jenguk satu persatu ya. Ibu Calista baru sadar jadi masih butuh banyak istirahat." Ucap suster tersebut yang dibalas dengan puja puji syukur semua orang yang menanti kabar baik ini.     

"Tenangkan hatimu didalam ya nak. Jangan terlihat menangis agar Calista tidak kepikiran." Ujar Sara pada anaknya yang akan menjenguk istrinya lebih dahulu.     

"Iya ma." Darren pun masuk dan seperti seharusnya dia mengenakan pakaian khusus dan masker yang menutupi hidung dan mulutnya.     

Berjalan tanpa suara, Darren bisa melihat istrinya tergeletak dalam posisi miring. Kedua kelopak matanya yang masih menutup, perlahan membuka kedua matanya. Mata Calista masih lemah untuk melihat tapi ada senyum tipis terbit di bibirnya. Calista tahu kalau dia yang datang mendekatinya adalah suami bermata hijau, yang saat ini sangat ingin dipeluknya erat-erat.     

"Jangan banyak bergerak. Kamu hebat sayang. Kamu pasti kuat." Darren mengusap punggung telapak tangan istrinya yang tidak tersentuh kabel infuse. Calista ingin berkata sesuatu tapi tenggorokannnya masih lemah untuk mengeluarkan suara. Tampak bulir bening turun dari sudut matanya namun diiringi senyuman manis ciri khas sang istri.     

"Aku pastikan, orang yang melakukan ini padamu akan mendapatkan balasan yang setimpal dariku." Ujar Darren. Namun yang dibalas oleh Calista justru gelengan kepala lemah. Mungkin calista menginginkan dirinya untuk tidak balas dendam seorang diri, pikir Darren.     

"Baiklah, apa kata kamu saja, aku akan turuti. Yang penting sekarang kamu harus sehat dan sembuh dulu. Aku sudah kangen dengan memeluk dirimu dan anak kita." Ingin rasanya Darren mencium Calista, namun sayang sekali dia menggunakan masker dan kondisi Calista pun tidak memungkinkan.     

Calista menyentuh tangan Darren dan meminta telapak tangannya didekatkan dengan tarikan lemah.     

"Ada apa? Kamu mau menulis sesuatu?" Darren memberikan telapak tangannya yang lebar dan kokoh tersebut.     

Calista menuliskan sesuatu di telapak tangan sang suami. Sebuah garis, gambar hati, dan sebuah huruf U. Setelah menulisnya, Calista kembali memejamkan mata tertidur kembali. Darren tersenyum bahagia merasakan energi baru muncul dari dalam hatinya. Calista mencintainya seperti aku mencintainya.     

"Maaf pak, pasien masih terpengaruh obat bius jadi masih belum pulih benar. Biarkan pasien beristirahat dahulu." Seorang perawat menghampiri Darren dan memintanya dengan santun untuk keluar.     

Darren senang bukan main bisa melihat senyum diwajah sang istri kembali. Terlebih lagi mendapatkan tulisan CINTA di telapak tanganya.     

"Bagaimana Calista? Apakah dia baik-baik saja?" Sara dan Agnes juga Dian mengerubungi Darren seperti wartawan mengerubungi sumber beritanya.     

"Dia baik-baik saja, syukurlah. Namun, tadi dia langsung tidur belum lama kami berkomunikasi." Jawab Darren dengan senyum sumringahnya.     

"Oh syukurlah dia sudah melewati masa kritis kalau begitu. Ya, dia harus beristirahat dengan baik." Ujar Sara membenarkan ucapan anaknya. Semua orang pun akhirnya dibagi tugas kalau ingin menemani Darren dirumah sakit. Sehari satu orangtua, besoknya berganti lagi. Dan, mereka pun setuju.     

Disamping itu, Darren menyewa beberapa bodyguard untuk menjaga istrinya, kala dia harus ke kantor. Tidak ada seorang pun yang boleh masuk atas seijinnya.     

Hari ketiga sudah Calista berada di ruang ICU, keadaanya lebih baik dari sebelumnya namun masih harus menjalani perawatan intensif selama 5 hari kedepan. Suster yang akan menjaga Calista meminta waktu satu minggu lagi untuk mulai bekerja karena sesuatu hal. Dan, Darren menyetujuinya karena memang Calista juga dirumah sakit banyak petugas medis yang siaga merawatnya.     

-----     

Di sebuah bandara Internasional kedatangan, seorang pria dengan wajah dingin dan cueknya berjalan beriringan dengan seorang perempuan berhijab dengan gamis simplenya namun tetap anggun dan cantik tiada tara. Mereka transit di Jakarta terlebih dahulu untuk mengurus beberapa hal selama satu hari ini. Besok mereka akan melanjutkan perjalanan ke Denpasar.     

Selama satu hari ini, perempuan berjilbab yang bernama Likha tersebut akan menginap di sebuah hotel dekat bandara, sementara sang pria langsung menuju rumahnya yang mewah di komplek perumahan paling mewah se Jakarta Selatan.     

Mereka pun berpisah dengan menuju mobil masing-masing yang sudah menunggu. Sebelum sang pria pergi, dia memastikan Likha selesai dan meninggalkan area bagian depan.     

"Kenapa aku tidak langsung saja pulang ke Bali? Aku bisa lebih leluasa mengatakan semuanya pada kakakku." Ujar Likha mempertanyakan kembali alasan dirinya harus menginap semalam di hotel.     

"Aku sudah bilang kan kalau aku ingin kita bersama-sama bilang ke kakakmu itu. Aku tidak mengijinkan kamu untuk memberitahunya sendiri." Jawab Lewis. "Sekarang masuklah, sudah waktunya check in di hotel. Kita bertemu lagi di bandara ini besok pagi pukul 8. Okay?" Ucap Lewis lagi.     

"Okay." Likha menyahut pasrah. Setelah melalui banyak pertimbangan dan diiringi dengan sholat Tahajud, Likha memantapkan diri untuk menerima lamaran Lewis. Pria yang sudah mencuri ciuman pertamanya, pria buka muhrim yang melihat dirinya pertama kali tanpa jilbab, dan lain sebagainya. Namun, kesucian Likha masih dipertahankan sampai nanti di malam pertama meskipun selama di Italy, godaan dari Lewis luar biasa besar.     

Mereka pun akhirnya benar-benar berpisah menuju kediaman masing-masing. Hotel tempat dimana Likha menginap hanya berjarak setengah jam perjalanan. Sedangkan rumah dimana Lewis tinggal jaraknya dua jam perjalanan dari bandara. Akhirnya perempuan Bali itu pun sampai di hotel yang dituju. Setelah menerima kunci, Likha langsung menuju kamarnya yang berada di lantai lima. Hotel mewah langganan para turis dan pejabat ini. dibayar Lewis tunai diawal. Karena Likha bersikeras untuk langsung pulang ke Bali daripada harus menginap di hotel yang memakan pengeluaran.     

"Bagaimana? Semua sudah disiapkan dokumen-dokumen?" Tanya Lewis.     

"Sudah tuan. Kami akan mengirimkannya pada tuan siang ini juga."     

"Bagus." Lewis menghela napas lega karena semua syarat-syarat untuk pernikahanya, dimudahkan. Lewis tidak akan menyelenggarakan pesta besar-besaran. Hanya ijab Kabul saja. Namun, sekarang Lewis bingung bagaimana harus memberitahu ibunya perihal berita besar ini. Apakah dia harus bilan atau tidak?" Lewis memikirkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.