Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 197. Menginap di Rumah Sakit



II 197. Menginap di Rumah Sakit

0Lalu ada Dave yang sempat menjalani kisah percintaan jangka pendek. Lagi-lagi Britney harus menelan pil pahit karena Dave sudah bucin kepada istrinya, alias cinta mati. Sehingga tidak akan melihat perempuan lain lagi. Lalu ada banyak lelaki lain datang dan pergi sesuka hati mereka, tanpa mempedulikan perasaannya sebagai seorang wanita.     

Minum wine sendirian tanpa ada yang menemani, membuat Britney mengingat semua kenangan tentang banyaknya lelaki yang pernah hadir dalam hidupnya namun kini semua menghilan disapu angin tanpa jejak sedikitpun.     

"Hei, kamu sudah punya istri? Pacar mungkin?" Setengah mabuk, Britney mengajak berbicara seoran bartender yang sedang sibuk mengelap gelasnya agar tetap kinclong. Pria itu hanya tersenyum tanpa melayani Britney untuk berbicara. Sudah terlalu banyak pengalamannya menghadapi perempuan mabuk didalam diskotek ini. Kalau diladeni, malah akan semakin panjang urusannya.     

"Hahaha … bahkan seorang bartender pun tidak mau aku ajak bicara. Bisu seperti patung. Cih!" Britney mendengus sinis melihat pria yang menggeleng-gelengkan kepalanya itu.     

"Britney, kamu sendirian? Mana lelaki berkacamata yang terakhir bersamamu itu?" Seorang perempuan muda dengan pakaian seksi, melihat ke sekeliling hiruk pikuk suara pengunjung dan musik menjadi satu.     

"Huh, dia takluk dibawah ketiak istrinya, hahaha …" Jawab Britney sambil tertawa terbahak-bahak. Perempuan yang baru datang itu mengernyitkan alis.     

"Huh, tenanglah, kamu masih muda dan cantik. Masih banyak pria yang mau denganmu." Jawab temannya.     

"Heh, siapa? Semua pria yang dekat denganku pergi semua meninggalkanku. Bahkan papi ku sendiri sudah tidak mau lagi menampungku. Hebat bukan? Hahaha …" Britney menyeringai sinis. Sorot matanya yang sendu membuat siapapun yang melihatnya tidak akan menyangka, kalau dia adalah otak dari pembunuhan seorang perempuan hamil di siang hari.     

"Sudahlah, aku antarkan pulang sekarang."     

"Lepaskan! Aku tidak perlu bantuanmu. Cih! Kalian mendekatiku karena hanya ada maunya aja padaku. Teman yang ku punya hanya karena kepentingan yang sama. Saat aku tidak berguna lagi, kalian tidak akan mau berteman lagi denganku. Hahaha … kalian semua sampah!" Britney yang sudah mabuk berat, mulai berbicara ngelantur kesana kemari.     

Perempuan yang tadinya ingin menolong Britney dengan mengantarkan Britney itu pulang pun akhirnya menjauh dan meninggalkan dia yang bicara sembarangan. Perempuan pemabuk itu kini sendirian tanpa teman dan keluarga yang mau mendekatinya.     

"Aku tidak butuh teman. Hanya Darren yang aku inginkan. Dia membuatku seperti seorang ratu yang selalu memujaku dan membelaku apapun yang aku lakukan. Dia selalu ada untukku jika aku membutuhkannya. Karena itu, Darren untukku. Bukan untuk kamu, perempuan jalang. Cih!" Britney mengumpat dan mengutuk ditengah suara paraunya karena mabuk berat.     

"Kenapa lagi dia?" Seorang manager diskotek itu turun dari kantornya menuju lantai dansa tempat bertemunya banyak pengunjung diirngi music yang menghentak-hentak. Pria itu melihat Britney yang sangat payah dan sudah mabuk berat tapi tidak ada teman disisinya.     

"Biasa, mabuk berat, pak." Jawab bartender tersebut pada bos managernya.     

"Kamu tahu alamatnya dimana?" Tanyanya lagi.     

"Ya, lumayan baru sekali kerumahnya mengantarkan waktu itu." Jawab bartender muda tersebut.     

"Kamu antarkan dulu, nanti langsung kembali lagi kesini. Panggil salah seorang temanmu untuk menggantikan sementara." Jawab manager tersebut. Prinsip diskotek yang diperintahkan sang pemiliknya adalah tidak boleh ada pengunjung yang menginap karena mabuk. Tempat harus dikosongkan lagi sampai jam berikutnya dibuka.     

"Baiklah pak. Saya mencari teman untuk menggantikan terlebih dahulu.     

Tidak berapa lama, seorang pria muda sebagai pengganti bartender dua jam kedepan sudah siap di posisinya. Bartender muda pria tersebut memegang tangan Britney dan memapahnya keluar dari kelab malam yang menawarkan berjuta kebebasan.     

"Hai lelaki, apakah kamu menyukaiku?" Britney memeluk tubuh pria bartender itu saat mereka masuk ke mobil pria tersebut. Baru setengah perjalanan, Britney sudah menggila melepas sabuk pengamannya dan mendekati pria yang panik luar biasa melihat Britney tiba-tiba menciumnya.     

"Hei, kamu mau mati?" Gertak pria tersebut.     

"Ya, aku mau mati di pelukanmu, Darren." Ucap Britney dengan mata sendunya. Pria itu pun akhirnya menepikan kendaraan di pinggir jalan tol yang sepi karena malam sudah semakin larut.     

"Hentikan! Jangan memancingku atau kamu akan menyesal!" Pria itu mengeraskan rahangnya.     

"Menyesal? Aku justru akan menyesal kalau tidak memilikimu malam ini." Pria yang ada dibawah Britney ini dalam bayangan Britney adalah Darren yang sangat dicintainya.     

Perempuan mabuk itu mencium pria tersebut dengan penuh nafsu. Mendapatkan serangan bertubi-tubi dari seorang perempuan, jiwa kelelakiannya meronta ingin menyambutnya segera. Tanpa ayal lagi, pria itu pun meladeni Britney dan mereka bercinta didalam mobil dengan penuh hasrat satu sama lain.     

-----     

"Kenapa dia belum sadar juga dok?" Darren diijinkan melihat Calista dari jarak dekat ke dalam ruang ICU. Wajah cantik Calista harus ditutupi dengan selang dan kabel disana sini. Inikah wajah istriku yang beberapa jam yang lalu masih ceria dan bahkan sempat berdebat seperti biasa dengannya? Batin Darren berkata. Sungguh terkutuk manusia yang telah membuat Calista dalam keadaan koma seperti saat ini.     

"Obat biusnya masih bekerja. Dia butuh istirahat yang banyak agar segera pulih. Begini saja sudah hebat sekali, dia mau bertahan sampai sekarang." Ujar dokter itu dengan senyum menenangkan.     

Darren hanya bisa terdiam. Masker yang menutupi separuh wajahnya dan pakaian khusus untuk berkunjung itu, tidak bisa menutupi rasa kesedihannya yang mendalam. Istri yang sedang hamil harus mengalami percobaan pembunuhan di siang hari.     

Cukup lama Darren berada disisi ranjang istrinya hingga waktunya berkunjung telah usai. Darren pun keluar ruangan dan menunggu kembali di luar. Baru saja akan duduk, dering telpon memanggil pria yang sedang bersedih itu.     

"Ya …"     

"Tuan, anda tidak akan percaya dengan temuan yang berhasil kami dapatkan." Jawab Andrew diujung telpon.     

"Apa?" Sorot mata Darren melebar dan telinganya dipasang untuk mendengarkan lebih jelas.     

"Seorang perempuan keluar dari ruang kebersihan dengan memakai masker dan jaket hoody. Setelah dicek sampai keluar lift, dia membuka jaketnya dan membuanganyi tempat sampah luar lift yang tidak ada orang satupun. Wajah yang terlihat adalah … nona Britney." Jawab Andrew dengan berhati-hati mengucap.     

"Britney? Huh! Perempuan itu cari mati! Cari dimana dia berada sebelum polisi menemukannya!" Darren mengepalkan tangannya erat-erat. Telpon genggamnya hampir remuk karena tekanan dari tangannya.     

Darren meminta semua orangtua untuk pulang karena dia yang akan menunggu Calista di rumah sakit. Hera bersama nya melayani Darren makan dan minum juga pakaiannya. Pria bermata hijau itu menyewa sebuah kamar khusus untuknya menginap dirumah sakit, yang akan digunakan Calista kelak saat masuk ke ruang perawatan.     

Tampak kelelahan yang amat sangat tergambar di wajah Darren. Pria itu butuh istirahat cukup namun dia tidak ingin meninggalkan Calista seorang diri. Kelak perawat yang dia sudah sewa akan segera dia pekerjakan setelah perawat itu keluar dari tempat lamanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.