Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 230. Masa Lalu Biarlah Berlalu



II 230. Masa Lalu Biarlah Berlalu

0Keringat membasahi tubuh keduanya. Dave merapatkan tubuhnya diatas dada Dian. Kepala Dian digenggam erat karena denyutan lahar itu masih terus menyembur keluar dari kejantanannya.     

Napas keduanya tersengal-sengal saling bersahutan satu sama lain. Dian merasa tubuhnya seperti hancur tidak bertulang. Dave benar-benar buas saat bercinta. Sepertinya sarapan pagi ini yang dia buat tidak akan termakan sampai siang nanti.     

-----     

"Lewis, pulanglah sekarang. Kasihan istrimu sejak semalam kalian menginap di rumah sakit." Darren melihat Likha yang sedang berada didalam ruang perawatan Calista untuk melakukan sebisa yang dia lakukan sebagai seorang perawat.     

"Okay, sebentar lagi aku akan pulang." Jawab Lewis.     

"Huh, aku tidak menyangka kamu bisa mendapatkan perempuan seperti dia sebagai istrimu." Darren heran dengan keberuntungan yang dimiliki Lewis sebagai petualang cinta sejati. Akhirnya malah menikah dengan perempuan polos dan berjilbab. Jauh sekali dengan kehidupan Lewis apalagi saat bersama Grace.     

"Masa lalu tidak perlu diungkit lagi. Dia sudah tahu dahulu aku seperti apa. Selama aku tidak mengulangi kesalahan yang sama, dia masih mau menerimaku." Jawab Lewis dengan bangganya.     

"Ckckck … betul-betul. Yang lalu biarlah berlalu. Mari kita berjuang untuk menjadi suami yang pantas untuk istri kita masing-masing. Tinggal Jack yang belum menemukan istri." Darren tersenyum lemas. Wajahnya yang sangat lelah tampak terlihat jelas. Lewis menepuk bahu Darren untuk memberinya kekuatan lahir dan batin. Karena sahabat sejati bukanlah yang hanya ada saat dalam keadaan senang saja, tapi juga dalam keadaan berduka.     

"Nyonya Calista sudah bisa dipindahkan ke kamar biasa." Likha keluar dari ruangan dimana Calista masih terbaring lemah. Darren pun segera berdiri dan berjalan cepat menghampiri istrinya didalam. Likha berjalan mendekati sang suami dan tersenyum padanya. Lewis menyambutnya dengan mengecup kening sang istri. Entah apa yang dilakukannya tiba-tiba itu tapi dia hanya spontan saja melakukannya, membuat Likha terkejut dan tersipu malu.     

Calista pun dipindahkan ke ruang perawatan biasa setelah melewati masa kritisnya. Racun bisa ular berhasil dibuang seluruhnya dan Calista pun perlahan siuman.     

"Aku dimana lagi ini?" Calista merasa kalau dunianya tidak jauh dari rumah sakit. Baru beberapa hari yang lalu dia keluar dari rumah sakit dan kini harus mendekam kembali di kamar inap rumah sakit.     

"Kamu sekarang aman, sayang. Maafkan aku telah meninggalkanmu sendirian. Andaikan aku mendengar apa katamu, kamu tidak akan menderita seperti ini." Ujar Darren dengan rasa bersalahnya yang teramat sangat.     

"Sudahlah, yang penting aku sekarang sudah selamat. Bayi kita? Apakah mereka baik-baik saja?" Calista meraba perutnya dan mendapati masih buncit dan tidak ada bekas jahitan.     

"Mereka aman dan baik-baik saja. Mereka memiliki mommy yang hebat dan kuat. Mereka pasti jadi anak yang kuat juga seperti mommynya." Ucap Darren.     

"Dan tampan seperti daddynya." Balas Calista sambil tersenyum.     

"Ehem, maaf mengganggu kemesraan kalian." Dua pasang orangtua masing-masing telah berdiri dibelakang mereka sejak tadi. Mereka ingin menyapa anak dan menantu mereka yang hampir merenggang nyawa.     

"Sayang …" Tidak ada yang bisa Agnes ucapkan selain pelukan hangat dan tangisan sedua sedan saat mendekap anak tercinta yang harus mengalami nasib naas berulang-ulang. Donni mengusap punggung Agnes untuk tidak terlalu meratapi karena toh sekarang Calista sudah baik-baik saja. Agnes melepas pelukanya dan mencium kening anak perempuan yang sebentar lagi akan memiliki anak.     

Bergantian, Donni pun mendekap anak tercinta yang wajahnya sangat mirip dengan Agnes muda tersebut.     

"Kamu anak yang hebat, istri yang hebat, juga ibu yang hebat." Donni mengecup kening Calista dan Calista pun berusaha tersenyum meskipun masih lemah.     

"Sayangku, kami sangat senang kamu selamat sayang. Semalaman kami tidak tahu harus berbuat apa." Sara mengusap lengan Calista dengan penuh cinta kasih seorang ibu. Sara sudah menganggap Calista seperti anaknya sendiri. Jadi rasa sayangnya terhadap Calista seperti rasa sayang ibu terhadap anak perempuannya.     

James, ayah Darren hanya tersenyum dan senang dengan selamatnya menantu mereka. Benar-benar seperti Darren di awal-awal yang jarang tersenyum namun protektif.     

"Papi mami papah mamah, karena Calista sudah selamat dan aman, kalian boleh kembali ke Jakarta. Terima kasih sudah kasih support selama ini buat istriku dan aku." Darren menggenggam tangan sang istri yang masih lemah dan belum bisa banyak bergerak.     

Kedua pasang orangtua tersebut pun menganggukkan kepala dan meminta Darren untuk selalu mengabari mereka lebih lanjut.     

"Papah, tunggu sebentar. Ada yang ingin aku katakan." Ucap Calista dengan suara lemah.     

"Ada apa sayang?" Agnes dan Donni saling berpandangan. Darren juga tidak mengerti apa yang akan dikatakan Calista.     

"Aku mengantarkan papi mami keluar sebentar ya. Kamu jangan katakan apapun tanpa sepengetahuanku." Darren mengecuk kening Calista dan tersenyum tampan.     

"Iya, akupun mau kamu mendengarkan." Jawab Calista dengan tersenyum.     

"Kami pulang duluan ya. Semoga lekas sembuh ya sayang dan cepat pulang." Sara berkata. Dan, mereka berdua pun meninggalkan kamar perawatan Calista diantar oleh Darren.     

Setelah mengantarkan orangtuanya sampai parkiran, Darren kembali ke kamar.     

"Ayo katakan apa yang ingin kamu katakan, sayang?" Darren tidak sabar untuk mendengarkan kalimat yang akan diucapkan sang istri.     

"Pah, saat aku di villa sebelum diculik, aku kalau tidak salah mendengar, salah satu dari mereka berkata, 'Seseorang yang tidak suka dengan perbuatan Donni di masa lalu'" Kalimat terakhir yang diucapkan Calista bagaikan petir di siang hari. Jadi, Calista celaka karena ada yang menaruh dendam padanya di masa lalu? Tapi siapa?" Donni termenung dan tidak bisa berpikir saat ini siapa yang telah tega menyakiti anaknya demi membalaskan dendam padanya.     

"Siapa Don? Apa kamu kenal dia?" Agnes berkata pada suaminya.     

"Aku tidak tahu siapa. Terlalu banyak orang yang tidak suka padaku." Ujar Donni dengan suara dalam.     

Darren tidak habis pikir. Sebelumnya Calista ditikam atas suruhan Britnet. Dan, kini dirinya menjadi korban penculikan karena dendam pada papahnya. Begitu banyak motif yang dilakukan seseorang untuk melukai orang lain. Padahal korbannya tidak tahu menahu dan hanya berhubungan saja. Darren semakin sedih membayangkan jadi Calista yang harus menanggung akibat dari kebencian beberapa orang tidak bertanggung jawab.     

"Papah akan selidiki ini. Kamu tenang saja. Pulihkan kesehatanmu dulu. Papah jamin, mereka tidak akan berani lagi berbuat yang kejam padamu. Begitu tahu dia siapa, papah yang akan membalas perbuatan mereka." Ujar Donni dengan mata berkilat-kilat. Agnes menenangkan sang suami disampingnya.     

'Assalammualaikum, maaf, permisi." Pasangan pengantin baru Lewis dan Likha mengetuk pintu untuk masuk menjenguk Calista.     

"Hei Likha, kemarilah. Ehh, ada apa ini?" Calista melihat Lewis dibelakang Likha berjalan masuk mengiringinya.     

"Kamu baru tahu? Mereka suami istri." Ujar Darren dengan senyum jahilnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.