Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 228. Dilarang Mengeluarkan Anggota Tubuh



II 228. Dilarang Mengeluarkan Anggota Tubuh

0Wanita itu pun akhirnya menunjuk sebuah banner didinding luar rawat darurat, Dilarang merokok di area rumah sakit manapun disini." Wanita itu tersenyum dan meninggalkan Jack dengan seringai sinisnya.     

"Cih! Siapa dia berani melarangku merokok?" Namun Jack pun mematikan api dan tidak jadi merokok.     

"Kalian bisa kembali pulang. Syukurlah, Calista sudah melewati masa kritis. Sekarang dia masih dalam pengaruh obat dan belum siuman." Ujar Darren. Tiga pasang keluarga di ruang tunggu yang masih setia menunggu kabar tentang Calista, menolak untuk pulang. Mereka akan menunggu sampai Calista di pindahkan ke ruang perawatan.     

Setelah beberapa kali kejadian yang menimpa istrinya, Darren memutuskan untuk tidak melepaskan penjagaan meski sedetik pun. Entah mengapa, Calista selalu menjadi incaran empuk para penjahat yang ingin menghabisi nyawanya dengan berbagai motif.     

"Darren, kemari sebentar." Jack memiringkan kepalanya meminta Darren untuk mengikutinya. Darren meminta bantuan kepada yang lain untuk menjaga Calista di pintu ruang perawatan sebaik mungkin. Bukan tidak mungkin aka nada orang yang akan melanjutkan aksinya yang telah gagal. Lewis memastikan Calista akan aman didalam.     

"Tiga orang yang diduga penculik Calista sudah diamankan pihak berwajib. Mereka mengaku mendapatkan perintah dari seseorang via telpon. Foto Calista pun dikirimkan via telepon. Namun setelah dilacak, nomer telepon itu sudah tidak aktif. Kunci satu-satunya adalah pengakuan dari istrimu nanti, apakah para penculik itu ada mengatakan sesuatu." Jawab Jack sambil melipat kedua tangannya didepan dada.     

"Percobaan pembunuhan sebelumnya dilakukan oleh Britney. Untuk kali ini, sepertinya bukan dia lagi dari caranya yang sangat rapih dan terencana." Sahut Darren.     

"Kamu ada kecurigaan dengan seseorang yang mungkin ingin membalas dendam?" Jack curiga kalau kali ini adalah musuh Darren lain yang tidak dalam perhitungan sebelumnya.     

"Entahlah, aku tidak bisa berpikir jernih saat ini. Tunggu Calista bangun, maka akan kau selidiki semuanya." Jawab Darren.     

"Kalau begitu, aku kembali ke Jakarta dulu, boleh? Istrimu sudah aman berada di rumah sakit, aku ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditinggal hari ini. Sore aku kesini lagi." Ucap Jack.     

"No thanks, kamu pergi saja urus pekerjaanmu. Terima kasih sudah membantu mencari Calista. Aku akan kabari selanjutnya kalau aku butuh pertolonganmu lagi." Darren sangat beruntung memiliki sahabat yang selalu sedia membantu kapanpun dia butuhkan.     

"Baiklah, aku pamit sekarang. Telpon aku lagi kalau kamu butuh bantuan." Jack menepuk bahu Darren dan pria dengan manik mata warna hijau itu tersenyum dibalik wajah letihnya yang semalaman tidak tidur.     

"Lewis, aku kembali ke Jakarta lebih dulu. Hai, aku temannya Lewis, Jack. Senang melihat temanku ini sudah insyaf berpetualang dan akhirnya menikah." Jack mengulurkan tangannya ke Likha yang disambut dengan tangan Lewis.     

"Maaf, istriku tidak bersalaman dengan sembarang orang." Jawab Lewis dengan seringai mengejeknya.     

"Ishhhh! Dasar! Bersalaman saja tidak boleh." Jack menyeringai sinis. Likha tersenyum melihat interaksi dua pria dihadapannya yang saling mengejek satu sama lain.     

"Nama aku Likha." Likha menangkupkan dua telapak tangannya didepan dada, dengan tanpa meninggalkan kesan sopan santun dalam berkenalan.     

"Ckckck, keberuntungan apa yang kamu miliki, Lewis? Sehingga mendapatkan istri yang sifatnya berbeda seratus delapan puluh derajat denganmu. Semoga kamu tidak menyesal memilih dia sebagai suamimu." Jack mengedip jahil ke Likha yang dibalas Lewis dengan tonjokan di lengannya karena telah berani melirik istrinya. Jack tertawa terbahak-bahak melihat perbedaan sifat temannya setelah menikah.     

"Om tante, saya pamit duluan ke Jakarta. Saya akan usahakan kembali kesini setelah urusan saya selesai." Jack berpamitan dengan orangtua Darren dan orangtua Calista, yang masih setia menunggu diruang tunggu.     

"Baiklah, hati-hati dijalan. Terima kasih telah meluangkan waktumu untuk membantu Darren." Ucap Sara dengan senyum tulusnya. James yang tidak banyak bicara hanya mengangguk saja dan berkata, 'hati-hati.     

Sesampainya di pintu depan, Jack melihat perempuan yang tadi menegurnya, sedang menggulung rambutnya ke atas hingga menampakkan leher jenjangnya. Dengan naluri sebagai lelaki yang iseng, Jack menghampirinya, "Jadi kamu pasien di rumah sakit ini juga? Huh, awas dilarang mengeluarkan anggota tubuh di area rumah sakit ini." Seloroh pria yang terkenal iseng tersebut.     

Perempuan yang mendapatkan teguran itu, tersenyum menyeringai dan berkata, "Memangnya disini jalanan umum yang ada peringatan dilarang mengeluarkan anggota tubuh?" Jawab perempuan dengan rambut panjang kecoklatan tersebut.     

"Memang bukan sih, tapi peringatan dilarang mengeluarkan anggota tubuh itu berlaku di kondisi apapun, apalagi di rumah sakit." Jawab Jack sambil menatap lurus area parkiran.     

"Memang anggota tubuh apa sih yang aku keluarkan?" Perempuan muda itu bertanya dengan keki.     

"Dadamu." Jack melirik ke arah kemeja si perempuan yang terlepas dua kancing bagian atasnya saat dia sedang menggulung rambut.     

"Aaaarhhhh, dasar mesum!" Perempuan itu buru-buru memutar tubuhnya membelakangi Jack yang tersenyum menahan ketawa. Dada perempuan muda itu yang cukup besar terlihat jelas menyembul dari bra warna hitamnya. Perempuan itu buru-buru mennyatukan kembali kancing yang terlepas dari lubangnya.     

"Kamu tidak perlu berterima kasih padaku. Jaga dirimu saja baik-baik lain kali jangan ceroboh. Kalau orang lain yang melihat, mungkin kamu sudah dijadikan santapan lezat pemerkosaan." Ucap Jack asal berbicara.     

"Dasar mesum!" Teriak perempuan itu sambil berlalu meninggalkan Jack seorang diri tertawa terbahak-bahak di teras rumah sakit yang tidak begitu besar itu dibandingkan rumah sakit di Jakarta.     

Jack berjalan menuju parkiran dan menyalakan alarm kunci mobil. Lelaki iseng itu pun kembali ke Jakarta dengan membawa berbagai macam cerita mulai dari duka sampai keisengan semata.     

-----     

Seorang perempuan muda dengan rambut sebahu, sedang menyibukkan diri di dapur untuk mengolah makanan untuk dijadikan sarapan pagin ini. Sudah hampir satu jam lamanya Dian mempersiapkan sarapan berupa nasi goreng dengan telur ceplok dan irisan sayuran berupa ketimun dan selada. Bukan sembarang nasi goreng karena Dian menambahkan daging cincang kedalam nasi goreng dan taburan daun bawang goreng sebagai penambah cita rasa.     

Setelah semuanya selesai, Dian pun menghidangkannya di atas meja makan. Lengkap dengan jus tomat sebagai pendampingnya. Pagi ini dia meminta pelayan dapur untuk mengambil alih tugasnya sementara untuk menyiapkan makanan. Ada sesuatu yang ingin Dian minta kepada Dave dan perempuan itu sedang mencoba merayu lewat perut alias dengan makanan.     

"Harum sekali. Kamu masak apa?" Dave yang baru saja selesai mandi dan berpakaian santai karena hari ini akhir pekan, langsung memeluk pinggang istri tersayang yang membelakanginya.     

"Hanya nasi goreng. Kamu mau makan sekarang?" Dian meronta geli karena Dave menggigit telinganya dengan gemas dan memeluk tubuhnya erat. "Lepaskan aku! Kita akan sarapan sekarang." Pinta Dian dengan suara mendesis geli.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.