Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 226. Di Tengah Hutan (2)



II 226. Di Tengah Hutan (2)

0"Aku mau buang air dulu didepan. Kamu masuk saja sana." Ucap si brewok. Calista melotot mendengarnya . Dia harus segera bersembunyi di tempat lain karena si brewok sedang berjalan menuju ke arahnya.     

Berdiri perlahan, Calista menyembunyikan tubuh langsingnya diantara pepohonan lebat yang berada di sisi kiri dari arahnya berdiri tadi. Berusaha tanpa bersuara sedikitpun, Calista kembali berjongkok diantara rumput yang tingginya sampai selututnya jika berdiri. Hawa dingin menusuk tubuhnya hingga punggungnya mulai merasakan nyeri hebat. Perempuan itu menutup mulutnya rapat-rapat agar tidak kelolosan meringis. Setelah mengancing celananya, si brewok kembali ke gubuk dengan langkah tegap dan pasti. Tinggallah Calista seorang diri di luar yang bingung mau kemana lagi.     

Mini van? Ada mini van terparkir. Bolehkah dia berdoa agar mobil itu tidak dikunci sehingga dia bisa merebahkan tubuhnya sejenak didalamnya? Tapi bagaimana jika malah ketahuan? Bisa-bisa dia beneran dibunuh di tempat. Calista bingung harus kemana lagi. Bulan pun tidak nampak saking lebatnya hutan ini. Dia tidak tahu harus melangkahkan kaki kemana di pekatnya malam ini.     

Akhirnya, Calista memberanikan diri mendekati mini van tersebut dan melihat apa yang bisa dia ambil didalamnya. Sungguh apa yang dia lakukan saat ini adalah sebuah nyali yang sangat besar. Dia tidak pernah bermimpi sebelumnya akan melakukan hal seperti ini.     

-----     

Sementara di tempat berbeda, seorang suami bingung tidak tahu harus mencari kemana istri yang hilang. Semua keluarga dan sahabatnya sudah berada di sekelilingnya untuk memberikan dukungan. Petugas polisi yang datang pun sudah meminta sang suami keterangan yang bisa memudahkan pencarian.     

"Kamu yang sabar ya. Istrimu pasti kembali. Selama ini dia selalu lolos dari maut. Sekarang juga pasti dia selamat." Jack menepuk-nepuk bahu pria yang selama ini dikenal dingin dan irit bicara itu. Wajahnya menggelap dan menahan emosi seperti aura ingin membunuh. Seluruh anak buahnya sudah dikerahkan untuk mencari keberadaan istrinya.     

Agnes tidak henti menangis sesenggukan meratapi nasib anaknya yang tidak pernah berhenti mengalami nasib sial. Begitu juga Sara yang memeluk suami tercinta sambil menangis terisak-isak. Donni mengerahkan anak buahnya untuk mencari anak satu-satunya itu ke seluruh wilayah terdekat. Namun sampai sekarang belum ada hasil yang memuaskan.     

Likha, sang perawat pribadi Calista tidak tahu harus berbuat apa. Swater biru yang menutupi tubuhnya seperti tidak mampu menahan dinginnya udara puncak. Apalagi majikannya yang katanya hanya mengenakan piyama kaos dan celana panjang tipis tanpa jaket ataupun sweater. Lewis dan Jack duduk di sisi kanan dan kiri untuk memberikan dukungan.     

"Aku tidak bisa berdiam diri disini. Aku akan mencari kemana istriku berada." Darren mengambil kunci mobil dan bersiap untuk keluar dari kamar villanya.     

"Aku ikut."     

"Aku juga. Sayang, kamu tunggu disini saja ya. Doakan kami segera menemukan Calista." Lewis berkata pada Likha dan disambut dengan anggukan mantap dari sang istri.     

"Hati-hati dijalan. In Syaa Allah, nyonya Calista dilindungi selalu. Aamiin." Jawab Likha dan diamini oleh semua orang disana.     

Darren, Jack, Lewis, juga Donni berangkat dengan mobil mereka masing-masing berpencar dalam dua tim. Darren dengan Donni, Jack dengan Lewis. Empat mobil pun meninggalkan villa dengan suara meraung memecah kesunyian malam yang ramai sejak banyak mobil termasuk mobil polisi berada di tempat kejadian.     

James dan tiga wanita berada di dalam kamar villa Darren yang ditinggal penghuninya. Beberapa petugas polisi pun disiagakan di tempat kejadian. Ketiga wanita itu pun saling menguatkan satu sama lain. Likha membuatkan teh manis hangat untuk semua orang yang ada didalam kamar tersebut.     

Suara raungan mobil yang dibagi dua itu terpecah kedalam dua wilayah. Sebelah kiri adalah area tempat sepi terpencil dan tidak ada rumah penduduk sama sekali alias hutan belantara sepanjang 1 kilometer. Setelahnya barulah rumah penduduk. Sementara sebelah kanan adalah arah menuju keluar dari puncak menuju kota.     

Darren dan Donni memutuskan untuk masuk kedalam wilayah hutan belantara, sementara Lewis dan Jack juga akan terpecah di tengah jalan menuju keluar puncak nanti.     

"Pah, kemungkinan kedalam mungkin akan kecil sekali. Tapi, tetap saja pasti ada kemungkinan itu." Darren sudah menyiapkan senjata api ditangannya. Donni tidak tahu sejak kapan menantunya itu memiliki senjata api. Dirinya pun mengeluarkan pistol laras pendek dari balik pinggang. Kedua pria yang sangat berarti dalam hidup Calista itu saling melihat satu sama lain. Mereka pun kembali masuk kedalam mobil masing-masing.     

Darren dan Donni menjalankan mobilnya perlahan dengan siaga penuh. Jalan panjang lurus ini memang merupakan perbatasan antara satu gunung dengan gunung lainnya. Sepanjang jalan tidak ada rumah penduduk satupun karena hampir jarang pengendara lewat jalan ini.     

Darren dan Donni memasang mata awas dan mencari kemungkinan ada penampakan Calista didalam hutan belantara ini. Meskipun harapannya sangat tipis namun semua kemungkinan harus dicoba bukan? Tengah malam mencekam ditengah hutan dengan suasana dingin menusuk tulang, Darren tidak bisa membayangkan betapa menderitanya nasib Calista. Ditambah lagi dengan luka di punggung yang belum pulih.     

Darren merasa mobilnya sudah masuk jauh ketengah-tengah hutan, namun tidak ada penampakan cahaya satupun didalamnya.     

"Darren …" Tiba-tiba Donni menelpon yang membuat Darren menghentikan laju mobilnya.     

"Matikan mesin mobilmu sekarang juga." Perintah Donni.     

"Apa maksud anda?" Darren tidak mengerti apa yang dimaksud ayah mertuanya, namun dia menurutinya juga.     

"Ada sebuah gubuk didalam hutan dipinggir sana. Aku merasa disana ada orang lain tapi kita harus mendekat perlahan tanpa suara." Ujar Donni. Darren spontan mematikan mesin mobil dan melihat ke arah yang dimaksud. Benar juga, ada gubuk dengan penerangan cahaya lampu petromak dibagian luar. Darren pun keluar dari mobil bergabung dengan Donni yang sudah berada dipinggir jalan hendak menuruni jalanan agak kebawah.     

"Ssst perlahan tanpa suara. Aku menduga ada orang didalam gubuk tersebut." Donni berkata sangat pelan seperti berbisik. Darren dan Donni menggenggam pistol laras pendek yang sudah bersertifikat dan mendapatkan ijin kepemilikan itu dengan kuat. Tiada yang bisa menduga apa yang sedang terjadi disana.     

Kedua pria itu berjalan perlahan dan sebisa mungkin tidak menginjak patahan kayu yang berada dibawah mereka. Donni memberi aba-aba agar mereka berpencar. Darren pun berjalan mengendap memutar lewat belakang gubuk, sementara Donni mengendap jalan lurus terus ke arah depan. Ada mini van terparkir didepannya. Donni dan Darren sudah siap dengan posisi masing-masing. Seperti detektif yang akan menyergap musuhnya diam-diam, begitulah penampakan kedua pria tersebut.     

Donni memberi aba-aba dengan jari telunjuk diacungkan ke bibirnya agar diam tidak bersuara. Donni ingin melihat kedalam dengan posisi membelakangi cahaya petromak agar bayanganya tidak nampak dari dalam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.