Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 225. Di Tengah Hutan (1)



II 225. Di Tengah Hutan (1)

0Darren berteriak kencang membabi buta. Tidak dia hiraukan lagi makanan dan minuman yang dibawa khusus untuk istrinya. Dia pun segera menelpon pihak Villa untuk melaporkan kejadian ini.     

Hanya dalam waktu kurang setengah jam, beberapa mobil petugas polisi membuat keadaan villa menjadi heboh di malam hari. Semua penghuni villa terdekat keluar rumah untuk melihat apa yang sedang terjadi. Telpon masuk di telpon genggam Darren tidak hentinya berdering untuk menanyakan kabar Calista setelah mendapat pemberitahuan dari Darren sendiri.     

Agnes dan Donni langsung meluncur ke tempat kejadian perkara. Sara dan James juga langsung terbangun dari tidurnya dan meluncur ke Villa dari kediaman mereka di Jakarta. Seisi penghuni di mansion Darren berduka. Mereka sedih kenapa nyonya majikan mereka seperti tidak ada hentinya mengalami musibah berulang kali.     

Kamera CCTV yang terpasang di luar villa tidak berfungsi seperti seharusnya karena sudah dihancurkan oleh para penjahat sebelum mereka memulai aksinya. Lewis yang sedang terlelap tidur dipelukan sang istri, langsung meluncur ke villa bersama Likha yang tidak mau ditinggal sendirian di apartemen. Jack pun yang sedang berada di kelab malamnya, mengemudikan mobilnya dengan kecepatan maksimal menuju tempat dimana sahabatnya sedang berduka.     

Tidak ada jejak para pelaku tertinggal. Telpon genggam Calista hancur berderai di lantai. Dan itu semakin menyulitkan Darren untuk melacak kepergian sang istri. Karena didalam ponsel Calista sejatinya telah dipasang pelacak oleh Darren agar dia bisa mengetahui keberadaan istrinya dimanapun kapanpun.     

Sementara itu ditempat berbeda, seorang perempuan hamil yang masih belum sadar dari pingsannya, duduk pasrah dikursi penumpang belakang sebuah kendaraan mini van dengan salah seorang pelaku penculikan disebelahnya dan dua orang pelaku lain di kursi depan. Mereka membawanya keluar kota menuju hutan terpencil. Waktu menunjukkan hampir jam 12 malam. Siapapun tahu kalau hutan dalam kondisi malam adalah tempat yang sangat berbahaya dengan berbagai macam makhluk hidup buas dan juga makhluk tak kasat mata berkeliaran.     

Dengan kondisi yang masih sangat lemah akibat bekas operasi yang belum membaik, Calista harus mengalami lagi penculikan entah yang keberapa kalinya ini. Matanya mulai membuka perlahan, namun perempuan tegar ini mencoba tidak mengeluarkan suara. Dia juga tidak berani menggerakkan kepalanya untuk melihat wajah para penculik. Beruntung tangan dan kakinya tidak terikat sehingga dia dengan mudah bisa melarikan diri kapanpun.     

Calista tidak merasakan ada cahaya sama sekali dari luar maupun didalam mobil. Dia tidak tahu mau dibawa kemana. Calista hanya bisa berdoa semoga ada yang segera menemukannya dan dia juga bayinya diselamatkan dari situasi seperti ini.     

"Kita berhenti disini." Ujar salah seorang penculik.     

Mobil pun berhenti seketika. Calista memejamkan matanya kembali berpura-pura masih pingsan.     

"Kita tinggalkan dia disini. Jangan kotori tangan kita dengan membunuhnya. Dia akan mati dengan sendirinya dimakan binatang buas ditengah hutan seperti ini. " Sahut salah seorang lainnya dengan suara berat.     

Suara pintu mobil terbuka pun terdengar keras digeser dan dibanting. Calista bisa merasakan tubuhnya di angkat dan diletakkan diatas rumput beralaskan dedaunan basah. "Ya Tuhan, tolong aku. Aku tidak mau mati disini tanpa ada yang melihatku. Tolong aku keluar dari hutan ini dengan selamat." Rintih Calista dalam hati. Perempuan hamil itu masih berpura-pura diam tidak bergerak sama sekali. Luka di punggungnya terasa kian menyengat di udara dingin malam ini. Sepertinya Calista juga tidak akan bisa bangun dengan mudah selepas mereka pergi.     

Suara deru mesin mobil dan lampu yang menerangi gelapnya hutan di malam hari, samar-samar semakin menghilang dan akhirnya hilang sama sekali. Calista membuka mata dan menangis sedih meratapi nasibnya yang harus mengalami musibah berkali-kali, bahkan disaat kehamilannya. Perempuan hamil itu berusaha bangkit untuk duduk. Tidak ada pencahayaan sama sekali dan suasana horror langsung membuat bulu kuduk Calista berdiri.     

Namun, perempuan tegar itu berusaha untuk berdiri dan berjalan tertatih-tatih. Dia masih merasakan tengkuk lehernya yang sakit karena dipukul oleh tangan si penculik saat di villa. Pinggang yang masih berdenyut luka, leher yang sakit, membuat Calista sangat susah untuk berjalan. Hanya doa-doa yang dipanjatkan Calista agar bisa segera keluar dari hutan ini dengan selamat.     

Calista yang tidak mengenakan sandal, terpaksa harus menikmati perihnya ranting-ranting kayu yang diinjak menusuk kakinya. Ingin rasanya dia berteriak tapi siapa yang akan menolongnya di tengah hutan seperti ini? Tidak ada cahaya penerangan sama sekali. Dia pun tidak tahu harus berjalan kemana. Hanya mengikuti saja kemana kakinya melangkah.     

Udara dingin, rasa lelah, dan ngantuk yang menjadi satu, membuatnya harus menahan segala rasa yang ada. Calista hanya berdoa tidak dipertemukan dengan binatang buas dan makhluk tak kasat mata yang selalu ditakutinya.     

Jauh sudah perempuan hamil itu melangkah tapi belum terlihat juga cahaya satupun. Calista merasa lelah namun dia pantang berhenti sebelum menemukan rumah atau apapun untuk tempat beristirahat sejenak. Berjalan terus dan terus dan terus hingga akhirnya perempuan malang itu melihat sebuah gubuk di tengah hutan dengan cahaya lampu petromak di luar rumah. Sejenak Calista ragu karena bisa saja itu tempat para penculik tadi beristirahat. Perempuan malang yang menggulung rambut panjangnya ke atas hingga menyerupai stupa candi itu pun, mengendap-ngendap jongkok dibalik pohon untuk mengamati situasi terlebih dahulu.     

Benar saja, tidak berapa lama muncul dua orang pria dari dalam gubuk yang terbuat dari bambu tersebut.     

"Malam ini kita istirahat disini dulu. Besok kita laporan ke bos kalau target telah berhasil dibunuh. Bagaimana?" Ucap seorang lelali brewok dengan tubuh tinggi besar menakutkan.     

"Tapi kita tidak membunuhnya. Bagaimana kalau dia masih hidup dan keluar mencari pertolongan?" Jawab seorang lainnya yang bertubuh kurus dengan jaket pas di tubuh.     

"Hah, mana ada yang bisa keluar dari hutan ini dengan hidup-hidup. Kamu lupa teman kita, Blego, yang ditinggalkan didalam hutan dan besoknya ditemukan dengan tubuh sudah terpotoong-potong beaks cakaran binatang buas?" Jawab pria brewokan tersebut.     

Calista menelan saliva susah payah. "Ya Tuhan, terima kasih tadi telah menyelamatkanku dari binatang buas. Untuk seterusnya tolong selamatkan aku dan pertemukan kembali aku dengan keluargaku dalam kondisi selamat dan sehat." Batin Calista. Perempuan hamil yang sudah lusuh tubuhnya itu tidak berani bersuara dan bahkan menahan napasnya perlahan.     

"Benar juga. Uang kita dapatkan dan tangan kita pun tidak perlu kotor dengan membunuh. Hahaha, kamu pintar juga!" Si kurus menjawab sambil menepuk-nepuk bahu temannya itu.     

"Aku mau buang air dulu didepan. Kamu masuk saja sana." Ucap si brewok. Calista melotot mendengarnya . Dia harus segera bersembunyi di tempat lain karena si brewok sedang berjalan menuju ke arahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.