Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II. 223. Karena Lelaki Beda Dengan Perempuan



II. 223. Karena Lelaki Beda Dengan Perempuan

0"Tentu saja. Kenapa tidak tanya dari tadi? Sebentar aku tutup dulu dan aku kirim nomernya. Segera telpon dia dan kabari aku lagi selanjutnya. Mungkin dia sedang berjalan-jalan." Ucap Calista. Perempuan hamil itu pun segera menutup telpon dan mengirim nomer ponsel Likha ke Hera.     

"Siapa?" Darren yang baru kembali dari kamar mandi, mendengar percakapan sang istri via telpon yang lumayan seru.     

"Likha, perawat baruku. Dia diajak jalan-jalan bu Hera ke mal tadi pagi. Tapi sampai sekarang belum kembali." Ujar Calista sambil mengirim nomer ponsel Likha pada Hera.     

"Maksudnya? Mereka berpisah di mal?" Darren duduk di sofa bed ujung kaki sang istri dan mengambil kaki Calista untuk dipijatnya perlahan. Kedua kaki Calista dilihatnya mulai sedikit bengkak karena perjalanan jauh.     

"Bukan, Likha ditinggal sebentar ke kamar mandi tapi pas bu Hera keluar kamar mandi, dia tidak ada. Begitu kata bu Hera." Jawab Calista. Perempuan hamil itu merasakan jari jemari kakinya nyaman dipijat dengan telapak tangan besar milik sang suami.     

Ketika Darren sedang asyik duduk memijat kaki perempuan hamil calon ibu dari anak-anaknya, tiba-tiba bunyi telpon masuk bordering dari ponselnya.     

"Sebentar. Kamu jangan kemana-mana." Darren pun melipir mengambil ponsel yang ada diatas meja. Sepintas Darren menyipitkan mata melihat nama si penelpon di layar telpon genggamnya.     

"Ada apa?" Darren langsung bertanya tanpa basa basi. Dari suara Darren menerima panggilan, sudah bisa dipastikan si penelpon adalah orang yang sangat dekat dengannya, selain orangtua dan istrinya.     

"Ya benar, bagaimana kamu bisa tahu itu?" Jawab Darren.     

"Ada apa ini? Langsung saja pada intinya." Calista tertegun mendengar suaminya berbicara dengan nada santai tapi penuh tanda tanya.     

"APA? Jadi selama ini istri yang meninggalkan kamu itu adalah … HAHAHA … okay, okay. Terserah kamu sajalah. Iya, nanti aku bilang istriku. Okay. Selamat menikmati bulan madu yang tertunda. Hahaha …" Darren tertawa senang dan senyumannya sungguh menular ke perempuan hamil yang bengong tidak mengerti.     

"Ada apa sih? Kok kamu senang betul sepertinya?" Calista tersenyum lirih melihat wajah suaminya yang tampak sedang berbahagia. Padahal dirinya malah sedang bingung, perawatnya yang baru tidak ketahuan dimana rimbanya.     

"Sayang, kamu tidak usah mengkhawatirkan perawatmu itu. Dia ditempat yang aman." Ujar Darren.     

"Maksud kamu apa?" Calista sungguh tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Darren. bagaimana dia tidak khawatir? Meskipun Likha sudah dewasa, namun dia menghilang saat masih menjadi bagian dari keluarga Anderson.     

"Sayang, sini aku bisikin. Perawatmu itu ternyata adalah … istri Lewis yang melarikan diri. Hahaha …" Ucap Darren sambil tertawa terbahak-bahak.     

Calista menyeringai tidak mengerti. Istri Lewis? Likha? Kapan mereka bertemu? Sungguh Calista mendadak dibuat pusing dengan semua berita sepotong-sepotong ini.     

"Nanti saja kamu tanya sama perawatmu itu kalau dia sudah dikembalikan suaminya. Itu juga kalau Lewis masih membolehkan istrinya untuk bekerja menjadi perawatmu." Sahut Darren sambil mengangkat bahu.     

"Aku mau bicara sama Likha." Calista meminta Darren untuk menelpon Lewis kembali agar dia bisa berbicara langsung dengan perawatnya itu.     

"Nant saja sayang. Lewis bilang kalau mereka sedang sibuk." Darren mengedipkan sebelah matanya memberi kode agar Calista paham apa yang dimaksud dengan 'sibuk' untuk sepasang suami istri yang baru bertemu lagi setelah berpisah lama.     

"Ohh, ya sudahlah. Kalau begitu aku akan memberitahu bu Hera. Kasihan dia menunggu kabar dari Likha." Ujar Calista sambil mencoba membuat panggilan ke wanita yang pasti sedang berkecamuk hatinya.     

-----     

"Kamu menelpon siapa?" Likha yang baru saja berganti pakaian dengan yang baru dan bersih, keluar dari kamar mandi dengan cara berjalan yang membuat Lewis menahan senyum.     

"Kamu … mentertawaiku?" Likha cemberut mengetahui suami yang telah membuatnya tidak bergerak dan berjalan tidak lancar, tersenyum diam-diam.     

"Tentu saja tidak, aku senang hari ini. Karena aku menemukan kembali istriku yang telah lama pergi." Ucap Lewis sambil datang menghampiri istrinya dan membantunya untuk duduk. "Sekarang adalah waktunya bagi kita untuk membereskan semua kesalah pahaman ini." Ucapnya lagi.     

"Kesalahpahaman yang mana?" Tanya Likha sambil melihat ke arah samping.     

"Kesalahpahaman yang membuat kamu pergi meninggalkanku." Lewis meraih dagu Likha dan meletakkannya didepan wajahnya.     

"Oh, kesalahpahaman yang itu? Saat kamu tidur berdua dengan … pacarmu?" Jawab Likha dengan mata menyorot tajam Lewis yang tersenyum tipis.     

"Aku jelaskan yang sebenarnya. Kamu dengarkan aku ya. Jadi waktu itu aku antarkan dia pulang kembali ke apartemen setelah pulang dari rumah maminya. Ketika aku mau pulang, aku diberikan minum olehnya yang membuat aku mengantuk. Saat aku bangun, aku sudah tidak berpakaian tapi aku tidak melakukan apapun dengannya. Sungguh!" Jawab Lewis sambil mengacungkan dua jariinya membentuk huruf V.     

"Huh, mana kamu tahu kan kamu sedang tertidur?" Jawab Likha dengan wajah cemberut ditekuk.     

"Karena lelaki beda dengan perempuan. Kalau lelaki tertidur, tidak ada yang bisa dilakukan perempuan kecuali hanya sekedar mengambil foto. Tapi, kalau perempuan yang tidur, lelaki bisa melakukan apapun selama kejantanannya bereaksi." Lewis menegakkan tubuhnya sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Likha menganga mendengarkan penjelasan Lewis yang absurd. Kepalanya menggeleng-geleng tidak percaya, kalimat itu keluar dari mulut suaminya sendiri.     

"Ya ampun, kamu berpengalaman sekali. Sudah sudah, aku mau istirahat dulu. Aku lelah. Oya, aku mau menelpon bu Hera karena tadi aku meninggalkannya sendirian di mal." Ucap Likha.     

"Tidak perlu khawatir. Aku sudah memberitahu bos mu langsung." Jawab Lewis.     

"Benarkah? Bagaimana kamu tahu?" Likha tidak percaya dengan apa yang didengarnya.     

"Nanti aku ceritakan lagi. Sekarang waktunya makan siang. Ayo, aku memesan makanan dari food court apartemen." Lewis meraih tangan istrinya yang saat ini hanya memakai kemeja lengan panjang miliknya dan celana boxer miliknya juga. Lewis belum mengisi lemari dengan pakaian untuk istrinya.     

"Aku merasa tidak nyaman memakai ini." Ucap Likha sambil berjalan tertatih digandeng Lewis, ketika melihat sekilas penampakan dirinya dari cermin yang ada di lemari pakaian.     

"Nanti kita belanja pakaianmu. Banyak yang harus kita bicarakan mulai saat ini. Tapi sebelumnya, kita mengisi perut dulu setelah lelah bekerja keras." Ujar Lewis sambil meletakkan piring dan sendok di atas meja. Likha benar-benar dimanjakan oleh Lewis.     

Mereka berdua pun makan dengan lahap karena memang tenaga mereka sudah habis terkuras. Lewis merasa sangat bahagia bisa menemukan kembali bidadari yang telah lama dicari.     

-----     

"Kamu lelah?" Darren menyibak rambut yang menutupi dahi sang istri yang masih berbaring dalam posisi miring, karena luka di punggungnya masih belum bisa tidur telentang.     

"Tidak juga, tapi mau kemana malam-malam begini?" Tanya balik Calista.     

"Kalau begitu kamu tunggu dikamar. Aku akan mencari minuman hangat dan jagung bakar untuk menghangatkan perutmu." Ujar Darren lagi.     

"Kenapa kamu tidak memesan saja lewat telpon?" Calista tidak mau ditinggal sendirian di villa sebesar ini yang hanya terisi dia dan Darren saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.