Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 222. Menginginkan Kembali



II 222. Menginginkan Kembali

0Lewis menutup pintu kamar mandi dan mulai melucuti satu persatu pakaian yang melekat ditubuh Likha.     

Pria dengan rambut abu-abu kecoklatan itu mengamati perempuan cantik yang sedang tertidur pulas disebelahnya, setelah penyatuan mereka selama hampir dua jam lamanya. Masih dengan tubuh tanpa busana mereka, yang hanya ditutupi dengan selimut tebal, Lewis memainkan ujung rambut panjang Likha yang seperti putri tertidur.     

Lewis sedikit menyesal karena terlalu bersemangat memacu Likha, sehingga banyak bekas kiss mark di sekujur tubuh dan leher istrinya tersebut. Entah keberuntungan macam apa yang menghinggapi dirinya, bisa memperistri perempuan sholehah yang bahkan belum pernah berciuman sama sekali. Lewis telah berjanji sejak ijab sah diikrarkan kalau dia akan meninggalkan semua perilaku buruknya di masa lampau dan memulai lembaran baru bersama Likha.     

"Eughhh …" Likha yang masih memeluk tubuh Lewis dalam tidurnya, mulai mengerang membuka mata perlahan-lahan. Wajah Lewis yang tepat berada diatasnya, menatap sang istri yang mulai tersadar. Perlahan namun pasti, kedua mata Likha terbuka dan perempuan itu kaget bukan kepalang karena yang ada tepat di hadapannya adalah dada telanjang yang kokoh dan berbentuk sixpack.     

"Aaahhh … awww … perih." Likha reflek menjauh namun dia merasakan seluruh tubuhnya seperti hancur berkeping-keping, area kewanitaanya perih dan sakit bila digerakkan.     

"Jangan bergerak dulu. Aku siapkan air hangat untuk mandi. Kamu tunggu disini." Lewis mengecup kening Likha. Perempuan yang mendapat kecupan hangat di kening itu tersipu malu. Lewis berjalan ke kamar mandi tanpa mengenakan selembar pakaian pun. Likha kaget melihatnya dan spontan bersembunyi didalam selimut.     

Hari ini adalah hari bersejarah untuknya karena hari ini dia melepaskan harta yang paling berharga dari seorang wanita yaitu keperawanan pada suaminya dengan ikhlas tanpa paksaan. Meskipun awalnya Lewis meminta dengan paksa namun pria itu menghentikan aksinya ketika Likha memberontak. Sejenak Likha merenungi hak dan kewajibannya sebagai sepasang suami istri dan Likha pun akhirnya menerima penyatuan yang ditawarkan Lewis dengan sukarela.     

"Airnya sudah siap. Aku gendong kamu ke kamar mandi." Lewis datang dan menghampiri Likha yang masih menyembunyikan dirinya.     

"Tidak bisakah kamu memakai baju dulu?" Jawab Likha sambil menggigit bibirnya.     

"Hahaha, aku sudah memakai handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahku." Jawab Lewis sambil tertawa lebar.     

"Oh, benarkah? Kalau begitu, biarkan aku berjalan sendiri ke kamar mandi." Likha menyembulkan kepalanya dari balik selimut. Rambutnya yang masih acak-acakan, dirapihkan Lewis dengan helaiannya di sibakkan ke belakang telinga. Likha tidak terbiasa mendapat perlakuan itu sehingga wajahnya tersipu malu untuk kesekian kalinya.     

"Pelan-pelan." Lewis berdiri hendak memegang Likha namun perempuan ini yakin bisa berdiri dan berjalan menuju kamar mandi yang jaraknya dua puluh meter dari kasur.     

"Awwww … sakiiittt …" Likha kembali duduk di tepi kasur karena merasakan area kewanitaanya perih dan susah untuk dibawa jalan.     

"Sudah kubilang kan." Lewis pun akhirnya membopong tubuh Likha yang berbalut selimut tebal berjalan menuju kamar mandi. Likha membenamkan wajahnya didada sang suami karena malu.     

Lewis mendudukkan istrinya dengan berhati-hati diatas kursi yang telah disiapkannya. Likha yang biasanya gesit kesana kemari, kini hanya bisa pasrah menerima apapun yang dilakukan Lewis untuknya. Selimut yang membungkus tubuhnya dilepaskan oleh Lewis dengan perlahan. Likha yang masih malu-malu, menutup tubuh bagian atasnya dengan kedua tangan dan rambut panjangnya.     

Dengan telaten dan sabar, suami yang baru saja mendapatkan hak nya itu, menyiramkan air lewat selang kran shower ke atas kepala Likha. Air hangat pun meluncur membasahi tubuh perempuan yang duduk terdiam dan mendongakkan kepalanya sesekali agar air bisa mengenai wajahnya yang cantik meski baru bangun tidur.     

Lewis merasakan kejantananya mulai mengeras kembali. Wajah Likha yang menghadap keatas dengan kondisi basah, membuatnya menginginkan kembali istrinya tersebut. Lewis pun tiba-tiba mencium bibir Likha dengan dalam dan penuh hasrat.     

"Ummmpphh …" Likha kaget mendapati Lewis menciumnya tiba-tiba. Sinyal bahaya mulai muncul kembali di kamar mandi dengan sepasang suamin istri 'Just married' didalamnya.     

Lewis meletakkan gagang shower ke tempatnya semula dan menekannya hingga air hujan buatan itu pun turun mengalir dari atas membasahi dua orang pria dan wanita dibawahnya tanpa perlu dipegang. Handuk yang menutup tubuh bagian bawah Lewis dibukanya hingga jatuh ke lantai yang basah. Likha hanya bisa terdiam dengan mata sendunya menatap permukaan tubuh sang suami yang sangat sempurna dimatanya. Lewis menginginkan istrinya kembali dan mereka pun melanjutkan apa yang telah mereka mulai sebelumnya di kamar tidur. Bahkan dengan posisi yang belum mereka coba sebelumnya.     

-----     

Hera kembali ke mansion Darren tanpa Likha disampingnya. Hera tidak punya nomer Likha namun wanita paruh baya itu tidak berani mengganggu majikannya untuk sekedar menanyakan nomer telpon perempuan berjilbab yang dia bawa jalan-jalan tadi pagi. Wanita itu berjalan mondar-mandir keliling ruang tamu. Semua pelayan melihatnya namun tidak ada yang berani bertanya pada pimpinan mereka itu. Hera adalah kepala pelayan yang disegani.     

"Duh, aku harus bertanya ke siapa? Apa aku harus menelpon nyonya? Tapi, nanti liburan mereka gagal dan kembali pulang. Aku juga yang kena. Duhhh, Likha kamu dimana sih?" Baru kali ini Hera sangat khawatir karena dialah yang mengajak perempuan rumahan itu keluar. Perempuan yang tidak pernah menginjakkan kakinya di Jakarta seorang diri.     

"Baiklah aku tunggu sampai sore. Kalau belum ada kabar juga, aku terpaksa harus menelpon nyonya." Ucap Hera dalam hati.     

Drrt … drrt … drrt …     

"Ah nyonya? Demi apa bisa sehati begini?" Gumam Hera ketika melihat telpon yang masuk adalah dari nyonya majikannya.     

"Halo bu Hera, bagaimana keadaan rumah? Baik-baik saja kan?" Calista yang sudah sampai dari tadi di villa dan sedang mengistiratkan tubuhnya diatas sofabed karena perjalanan jauh, mendadak ingin menelpon Hera.     

"Ba-baik nyonya." Ucap Hera. Hatinya tidak bisa dibohongi. Bibirnya berkata tergagap karena pikirannya dipenuhi oleh Likha yang belum pulang juga.     

"Ada apa bu Hera?" Calista merasakan ada yang disembunyikan kepala pelayan dirumah itu.     

"Nyonya, aku minta maaf. Aku mau mengaku salah. Tadi pagi, aku mengajak Likha jalan-jalan ke mal. Tapi ketika aku tinggal ke kamar mandi sebentar, Likha sudah tidak ada ditempat. Aku sudah menunggu sampai dua jam lamanya disana tapi tidak bertemu juga. Sekarang aku kembali kerumah berharap bertemu Likha dirumah namun dia belum pulang juga. Apakah nyonya punya nomer telponnya?" Hera berbicara dengan napas tersengal-sengal. Tampak jelas dari suaranya kalau wanita ini sangat mengkhawatirkan perawat dirumah itu.     

"Tentu saja. Kenapa tidak tanya dari tadi? Sebentar aku tutup dulu dan aku kirim nomernya. Segera telpon dia dan kabari aku lagi selanjutnya. Mungkin dia sedang berjalan-jalan." Ucap Calista. Perempuan hamil itu pun segera menutup telpon dan mengirim nomer ponsel Likha ke Hera.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.