Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

II 216. Monster Buas Dalam Tubuh Mungil



II 216. Monster Buas Dalam Tubuh Mungil

0"Jangan gigit bibirmu. Biarkan aku yang melakukannya." Dave menempelkan bibirnya ke bibir Dian perlahan. Pria itu menyesapnya dengan lembut namun lama kelamaan hasratnya meminta lebih. Dave membopong tubuh istrinya dengan kedua tangannya menuju kamar khusus mereka yang ada didalam ruangan.     

"Jangan, ini masih siang." Dian melingkarkan kedua tangan ke leher sang suami karena takut jatuh, dan itu tidak mungkin dengan tangan panjang dan berotot milik pria dengan rambut panjang sebahu, seperti dirinya.     

"Seperti bukan baru pertama kali kita melakukannya siang hari. Bahkan kita pernah melakukannya di pagi hari." Dave menyesap bibir Dian sepanjang langkahnya menuju ruangan.     

Pria itu pun segera masuk kedalam kamar dan menutupnya dengan satu kaki. Tubuh Dian direbahkan diatas kasur. Pria yang level gairahnya sudah diubun-ubun, segera membuka dasi dan kancing kemejanya. Seperti serigala kelaparan yang sudah tidak sabar untuk melahap mangsanya, sepasang mata Dave tidak lepas menatap tajam perempuan yang sudah pasrah dibawahnya.     

Dave melancarkan serangan pertamanya mulai dari mencium bibir istrinya dalam-dalam hingga memainkan lidahnya kedalam rongga mulut perempuan satu-satunya setelah menikah.     

"Eughhh …" Dian melenguh dan mendesah mendapati Dave meremas kedua buah dadanya dan menghisap kuncupnya dalam-dalam.     

"Pelan-pelan …"     

"I love you honey, I love you so much."     

"Euughhhh …" Dian memegang lengan berotot Dave kencang-kencang karena pria itu mulai melesakkan kejantanannya ke dalam kewanitaannya yang sudah basah sejak tadi.     

Sepasang suami istri itu melakukannya berkali-kali hingga dua jam lamanya dan Dian pun terkapar tidak berdaya dengan berakhir tertidur lemas. Dave mengecup kening sang istri dan menyelimuti tubuh telanjangnya hingga menutupi leher. Pria itu membersihkan tubuhnya untuk kembali bekerja setelah energinya terisi kembali.     

-----     

Di sebuah rumah besar di pinggiran kota komplek rumah mewah, tempat markas tiga sekawan: Darren, Lewis, dan Jack, untuk berkumpul menikmati waktu sendiri atau sekedar mengeksekusi seseorang yang sudah terlewat batas.     

Seperti sore ini, seorang perempuan dalam keadaan terikat tangan dan kakinya, duduk diatas kursi kayu dengan mulut ditutup lakban. Dia tidah tahu berada dimana karena sepanjang perjalanan kesini, kedua matanya ditutup.     

Tidak berapa lama, tampak seorang pria tinggi menjulang dengan ciri khas warna bola mata hijau, baru saja memasuki halaman rumah itu. Pria itu langsung berjalan dengan kaki panjangnya menuju ruangan dimana seorang perempuan diikat.     

Kedua mata perempuan itu melebar, mengetahui siapa yang baru datang barusan. Darren memberi kode ke anak buahnya untuk melepaskan penutup di mulut perempuan itu. Tedengar bunyi srettttt, lakban ditarik paksa dari mulutnya.     

"Awwww, sakittt." Britney menggerakkan bibirnya ke kanan dan kiri mencoba mengurangi rasa sakit.     

"Huh, apa kabarmu? Aku jamin sakit itu lebih ringan dibandingkan tertusuk pisau di punggung." Seringai keji Darren tergambar jelas di wajahnya. Bagaimana mungkin, perempuan dihadapannya ini dulu adalah pujaan hatinya tapi ternyata adalah seorang monster bengis dalam tubuh mungil perempuan. Dulu dia benar-benar dibutakan oleh penampilan sehingga mengesampingkan sifat dan karakternya.     

"Darren, bukan aku yang melakukannya. Aku hanya ingin memberi sedikit pelajaran pada perempuan itu karena telah merebut kamu dariku. Aku tidak bermaksud untuk membunuhnya." Dalam keadaan terdesak sekalipun, Britney masih mencoba untuk mengambil simpati pria yang pernah memujanya sampai mati.     

"Britney, aku bahkan tidak ingin menyebut namamu. Aku tidak mengira kamu bisa berbuat sekejam itu. Entah setan apa yang merasukimu. Tapi malaikat selalu bersama orang baik. Istriku berhasil selamat dan kamu kini yang dalam bahaya." Darren masih dalam posisinya seperti semula, duduk dengan posisi satu tangan memegang kepalanya yang miring ke samping dan kedua kakinya melebar dengan gagah.     

"Darren, kamu lupa dengan kenangan manis kita? Aku selalu ada saat kamu butuhkan. Aku lah yang kamu cintai pertama kali dan untuk terahir kalinya. Aku tahu kamu menikah dengannya karena kamu menginginkan anak bukan? Aku bisa memberikannya padamu. Berapapun kamu inginkan, aku siap menjadi ibu dari anak-anakmu." Britney tersenyum memelas kepada pria bertampang dingin tanpa ekspesi itu.     

"Hahahaha, dalam mimpimu!" Darren tertawa terbahak-bahak lalu tersenyum sinis. "Tidak ada yang bisa menggantikan posisi ibu dari anak-anakku. Hanya ada satu perempuan didunia ini yang pantas dan dia adalah Calista Ardiningrum. Kamu siapa? Hanya masa lalu yang aku malu untuk kenang." Jawab Darren lagi.     

"TIDAK! Dia tidak akan pernah bisa menggantikan posisi aku di hatimu. Kamu adalah milikku untuk selamanya. Selama aku hidup, aku tidak akan membiarkan kalian hidup bahagia. Ingat itu!" teriak Britney histeris.     

"Jadi, maksudmu kamu harus mati agar tidak bisa mengganggu hidupku dan Calista? Begitu?" ujar Darren dengan seringai sinisnya.     

Dihati pria itu sudah tidak ada lagi sisa cinta untuk cinta pertamanya. Semua lenyap ditelan angin ketika ibu dari calon anak-anaknya berada diantara hidup dan mati. Perempuan yang tidak pernah dia kenal sebelumnya, bahkan mereka tidak berpacaran sebelum menikah, namun Darren sudah merasa kalau Calista adalah jodoh yang diberikan Tuhan untuknya. Jodoh sehidup semati, jodoh sedunia sesurga.     

Tampak wajah Britney pucat pasi mendengar kalimat yang diucapkan pria yang pernah tergila-gila padanya. Dia tidak menyangka, bisa sedrastis itu perubahan sikap yang terjadi pada Darren.     

"Aku tidak akan menyerahkanmu pada polisi." Ujar Darren.     

"Terima kasih, aku tahu kamu masih sangat mencintaiku." Britney tersenyum puas dan gembira.     

"Huh, tapi aku akan membuatmu mati segan hidup pun tak mau." Darren menyeringai sinis dan memberikan kode kepada salah seorang pengawalnya untuk mendekat.     

"Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan bukan?" Ucapnya pada pengawalnya tersebut. Pengawal bertubuh besar berotot itu mengangguk dan tersenyum senang. Darren pun meninggalkan lokasi untuk segera pulang menemui belahan hatinya. Ucapan yang dia katakan akan pulang malam, sepertinya harus dilanggar.     

"Apa yang mau kamu lakukan? Lepaskan aku! Brengsek! Akan kubunuh kamu! Darrreeeennnn!" Britney meronta dengan hebat ketika pria itu melepas ikatan tangan dan kakinya lalu membawanya ke dalam kamar dilantai dua. Tidak berapa lama, terdengar lolongan panjang suara seorang wanita dari lantai dua. Darren memakai kacamata hitamnya dan masuk kedalam mobil yang sudah ditunggu supir setianya.     

"Kita langsung pulang."     

"Siap tuan." Ujar sang supir.     

Rumah mewah yang jauh dari tetangga itu, Darren miliki atas namanya dan dulu sebelum dia dan kedua temannya belum disibukkan dengan urusan pekerjaan dan keluarga masing-masing, mereka selalu berkumpul minimal seminggu sekali. Selain bermain bilyard, berlatih tinju, juga menjadi tempat untuk membahas pekerjaan mereka yang saling berkaitan satu sama lain.     

Namun satu yang menjadi prinsip mereka, markas tersebut haram diinjak oleh wanita manapun. Dan, Britney adalah pengecualian pertama dan terakhir kalinya. Kalau ingin bermain-main dengan perempuan, diskotek Lewis di Bali atau milik Jack di Jakarta adalah tempatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.