Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 245. Kelemahan Donni



III 245. Kelemahan Donni

0"Huaaaaaa, tiga tahun penantianku sia-sia. Aku sudah setia padanya, tidak berteman dengan lelaki manapun, dan duniaku hanya kerja dan kerja, tapi dia malah mengkhianatiku. Katakan padaku, apa kekuranganku? Apakah aku tidak cantik? Tidak seksi? Tidak menarik? Kenapa dia meninggalkanku demi wanita lain. Hiks hiks …" Carol meratapi nasibnya yang menurutnya sangat malang dan menyedihkan.     

"Beruntunglah kamu diperlihatkan kebusukan lelaki itu sebelum menikah. Nanti kalau kamu sudah menikah, semua sudah terlambat." Jawab Jack. "Sudahlah, kita pergi dari sini dan cari restoran lain. Ayo bangun." Jack berdiri dan mengulurkan tangannya berharap Carol menyambutnya dan berdiri untuk masuk kedalam mobil.     

Carol menatap Jack sebelum menerima tangannya dan menyambut tangan pria itu untuk berdiri. Namun sialnya, kakinya gemetaran karena terlalu lama berjongkok sehingga baru setengah berdiri tubuhnya sudah oleng dan akan jatuh kembali. Beruntung Jack sigap menangkap tubuhnya sehingga perempuan itu tidak terjatuh. Yang terjadi adalah kedua mata mereka. Baik Jack dan Carol tidak berkedip saling melihat kedalaman hati satu sama lain.     

"Oh maaf …" Carol tersadar duluan dan melepaskan pelukan Jack yang tiba-tiba. Pria dengan rambut coklat itu berdeham menyembunyikan rasa bersalahnya juga dan langsung mengajak Carol untuk masuk kedalam mobil setelah dia memencet alarm mobil.     

-----     

"Dok, apa kami bisa mengetahui jenis kelamin bayi kembar kami?" Dokter kandungan langganan Calista dan Darren mulai memutar alat untuk melihat keadaan janin didalam perut ibu hamil. Mendapatkan pertanyaan seperti itu, dokter kandungan itu pun berkata, "Untuk jenis kelamin, baru bisa diketahui mulai kandungan usia 16-18 minggu. Jadi, masih bulan depan lagi baru bisa terlihat."     

Momen menemani Calista kontrol ke dokter kandungan adalah momen yang sangat ditunggunya sebulan sekali. Dia bisa melihat calon-calon Anderson sedang bersembunyi dibalik perut mommynya, entah bermain atau sedang tidur tapi mereka sudah menggemaskan sekali.     

"Oh begitu ya. Ya sudah tidak apa-apa dok. Yang penting bayi kami sehat, apapun jenis kelaminnya." Jawab Calista bijak. Calista tidak ingin Darren kecewa jadi Calista lebih dulu menjawabnya.     

"Ya betul, rajin kontrol dan makan sehat untuk ibu hamil, bayi yang dikandung mudah-mudahan jadi anak yang sehat dan cerdas, Aamiin."     

"Aamiin," Dijawab serempak oleh sepasang calon mommy dan daddy tersebut.     

"Sekarang kita mau kemana lagi?" Darren dan Calista yang sudah berada di luar ruang poli kandungan, berjalan beriringan menuju lift yang akan mengantarkan mereka menuju lantai 1.     

"Aku mau kerumah mamah. Papah pasti sudah menunggu didepan. Aku bilang aku mau kontrol dulu baru kerumah mamah tapi papah bilang mau menjemputku." Ucap Calista sambil tersenyum dan bergelayut manja di lengan sang suami.     

"Begitukah? Kalau begitu aku tenang menitipkanmu pada papah mamah." Darren memeluk sang istri dalam dekapannya.     

"Aku nanti pulang diantar papah. Kamu tidak perlu menjemputku." Calista berkata lagi.     

"Iya, aku tunggu sampai papah datang menjemput." Darren berkata.     

Ternyata, Donni sudah menunggu di lobi sejak tadi.     

"Pah …"     

"Darren, aku bawa Calista dulu ya kerumah. Mamahnya sudah memasak banyak makanan untuknya. Kamu boleh ikut kalau tidak sibuk." Donni berkata ke anak menantunya yang masih mendekap Calista.     

"Kebetulan siang ini aku ada rapat penting dengan klien. Jadi, aku menitipkan Calista saja." Donni senang, anaknya mendapatkan pria yang sangat mencintainya. Calista pun sudah menderita terlalu banyak akibat orang-orang yang tidak suka dengan rumah tangga mereka dan terlebih lagi setelah diketahui bahwa dia adalah anak dari seorang Donni Rickman.     

"Baiklah, kami berangkat sekarang. Ayo, mamahmu sudah menunggu." Donni masuk lebih dahulu ke mobil yang dikendarai oleh supirnya. Calista menyusul dibukakan pintu oleh Darren. Mobil mereka pun melaju meninggalkan pelataran rumah sakit.     

Darren berjalan menuju mobil yang terparkir. Kali ini dia mengemudikan sendiri mobilnya. Baru saja mobil keluar dari area rumah sakit, Darren menerima telpon masuk dari sekretaris sekaligus ajudannya, Andrew.     

"Tuan, kliennya sudah menunggu."     

"Baik, kamu temani saja dulu. Kurang dari satu jam lagi aku akan segera sampai." Darren berkata sambil memacu mobilnya lebih cepat lagi.     

"Pah, mamah baik-baik saja kan?" Calista berbincang dengan Donni yang sama-sama duduk di kursi penumpang di belakang.     

"Baik, mamahmu sekarang lagi disibukkan dengan project bareng mami mertuamu. Kamu pasti tahu itu." Jawab Donni.     

"Iya, aku tahu itu." Jawab Calista lagi sambil menggangguk-anggukkan kepalanya.     

"Berapa bulan kandunganmu, nak?" Donni bertanya. Sungguh canggung rasanya mengobrol dengan anak perempuannya sendiri. Baru kali ini dia memiliki kesempatan untuk mengobrol berdua saja dengan Calista.     

"Tiga bulan, pah. Oya pah, apa papah sudah mengetahui siapa dalang dibalik penculikan aku di villa?" Calista mulai teringat dengan peristiwa itu yang sampai sekarang belum diketahui siapa pelakunya.     

"Papah sudah mendapatkan petunjuk. Tapi, papah belum yakin. Masih diselidiki oleh ajudan papah." Jawab Donni dengan senyum tipisnya. Kalau sampai pelaku itu tertangkap, akan aku buat dia merasakan dinginnya jeruji penjara selama seumur hidup. Batinnya.     

"Mungkin aku bisa bantu mengenalinya. Menurut papah siapa pelakunya?" Calista menggeser duduknya menyamping agar lebih jelas terdengar suara Donni.     

"Dari hasil penyelidikan sementara, kemungkinan orang yang dendam dengan papa dimasa lalu. Papah punya banyak musuh, sayang. Hehe …" Donni terkekeh mengatakan itu. "Dalam dunia bisnis, kita tidak bisa mengenal dengan baik, siapa lawan siapa kawan. Kadang yang manis didepan kita, dialah lawan. Kadang yang tampak ganas didepan kita, dialah kawan. Kamu harus membiasakan itu setelah menjadi istri dari seorang pebisnis." Jawab Donni.     

"Iya pah, aku sudah mengantisipasi itu. Sejak percobaan pembunuhan yang hampir merenggut nyawaku, Darren menyediakan pengawal khusus untukku yang menemani dua puluh empat jam. Sekarang juga dia ada dibelakangku mengawasiku." Jawab Calista sambil tersenyum lembut.     

"Syukurlah kalau begitu. Kami para suami melakukan itu demi kebaikan orang-orang yang kami sayangi. Terkadang dilihat orang-orang seperti berlebihan tapi hanya itu satu-satunya cara kalau tidak ingin mengurung dua puluh empat jam didalam rumah." Jawab Donni. Pria itu teringat dulu awal-awal menikah. Agnes dikurung dua puluh empat jam sehari-hari didalam rumah karena banyak musuh Donni yang mencari tahu kelemahannya.     

Kelemahan pria yang rahangnya dipenuhi bulu-bulu halus itu bukan harta ataupun popularitas, melainkan Agnes. Dia bisa kalap kalau terjadi sesuatu pada Agnes. Agnes adalah nyawanya. Saat Agnes meninggalkannya, dunia Donni seolah-olah runtuh. Selama beberapa tahun, Donni menghabiskan waktunya dengan bersenang-senang di diskotek dan menghancurkan banyak perusahaan dalam waktu satu malam. Tidak ada yang tahu kalau dibalik raganya yang sombong, dingin, angkuh, egois, dan perfeksionis. Ada kehangatan yang menjalar dan membuat dunia semakin indah bila dia bersama Agnes, perempuan yang dicintainya sejak pandangan pertama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.