Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 243. Menyentil Kening



III 243. Menyentil Kening

0"Wah beraninya keroyokan, tapi tidak apa-apa. Aku sudah lama tidak melemaskan otot-ototku. Kalian mau satu-satu atau semuanya sekaligus? Hmm?" Jack masih dengan sikap santainya berjalan menghampiri Carol yang sudah ketakutan.     

"Kamu jangan becanda. Mereka ber empat dan kamu sendirian." Carol tidak mengerti kenapa pria ini bisa sesantai ini.     

"Tenang saja, mereka hanay tikus-tikus got yang beraninya kalau tidak sama perempuan ya keroyokan. Betul bukan?" Jack menyeringai sinis mengejek empat lelaki bertampang preman remaja tanggung.     

"Banyak omong! Hajar dia dan bunuh!" Salah seorang dari mereka memberi aba-aba sehingga tiga yang lainnya bergerak maju dan menyerang Jack dari segala sisi. Carol menyingkir ketakutan melihat pisau ditangan mereka. Namun, Jack bukanlah tandingan mereka. Pria pemegang sabuk hitam karate dan juara 1 lomba saat di kampusnya itu, dengan mudah mengalahkan empat tikus tidak lebih dari lima menit. Mereka semua terkapar pingsan dengann pisau tergeletak jauh dari tubuh mereka.     

"Kamu … tidak apa-apa?" Carol berlari mendekati Jack yang berdiri merapihkan jaketnya seusai menuntaskan olahraga malamnya.     

"Seperti kamu lihat. Lagipula kenapa malam-malam begini kamu di halte sepi sendirian? Pacarmu tidak menjemput ke rumah sakit?" Tanya Jack berpura-pura.     

"Dia sibuk dengan tugas malamnya. Aku pulang sendirian biasanya juga tidak apa-apa." Jawab Carol.     

"Oh ternyata dia sudah punya pacar? Menarik juga." Pikir Jack.     

"Aku antarkan pulang sekarang. Ayo cepat." Jack berjalan menuju mobilnya yang ada di seberang jalan. Carol mau tidak mau terpaksa mengikuti karena bus yang ditunggu tidak datang-datang juga.     

"Rumahmu dimana?" Sesaat Jack dan Carol berada didalam mobil, pria flamboyant itu menanyakan alamat rumah perempuan disampingnya yang tiba-tiba diam tidak galak seperti biasanya.     

"Rumahku jauh dari sini. Aku minta tolong antarkan sampai stasiun saja. Nanti aku sambung naik bus lagi." Jawab Carol sambil menatap lurus ke jalan.     

"Jauhnya dimana? Luar jawa? Luar Kalimantan? Atau, luar planet?" Jack menyeringai.     

"Satu jam dari sini." Jawab Carol datar. Dia malas berdebat dengan pria yang telah menolongnya.     

"Oh, tempat kerja dan rumahmu berjauhan jaraknya, memangnya kamu tidak mau ngekost yag dekat-dekat?"     

"Pacarku menyarankan begitu. Tapi, aku tidak mau."     

"Sungguh pacar yang baik. Kenapa tidak mau? Bukankah lebih efisien waktu dan tenaga?" Jack semakin penasaran. Ada untungnya juga dia punya teman mengobrol di mobil malam ini, biar tidak mengantuk dan sepi.     

"Dia … menyarankan untuk tinggal di apartemennya." Jawab Carol lalu mengatupkan bibirnya.     

"Apa? Dia menyuruhmu untuk tinggal seatap dengannya? Sungguh pria yang terus terang sekali. Hahaha …" Jack tertawa geli mendengar pengakuan dokter yang baru dikenalnya ini.     

"Kenapa kamu tertawa? Apa menurutmu pantas tinggal bersama dalam satu atap sebelum menikah? Jangan samakan aku dengan pacar kamu yang tadi. Tidak semua wanita mau diajak berhubungan seks diluar nikah." Jawab Carol dengan tegas.     

Ciiiittttt …     

"Aaah apa yang kamu lakukan?" Jack tiba-tiba mengerem mendadak mobil yang dikemudikannya. Beruntung tidak ada mobil lain di sekitarnya dini hari ini. Kalau tidak, mungkin kecelakaan tidak dapat dielakkan.     

"Kamu terus mengira kalau Grace itu adalah pacarku. Memangnya kalau pria membawa seorang wanita ke rumah sakit, apakah dia langsung dinyatakan berpacaran?" Jack memiringkan tubuhnya ke arah samping tempat dimana dokter cantik itu duduk.     

"Ya tidak juga. Aku mengira begitu karena aku lihat kamu perhatian sekali padanya." Jawab Carol dengan wajah ketakutan karena melihat sorot mata Jack yang menatap tajam dirinya.     

"Kalau begitu, aku mengantarkan seorang perempuan pulang kerumahnya, apakah aku sudah dianggap pacarnya?" Jack menaikkan alis meminta jawaban dari perempuan yang langsung melebarkan mata.     

"Kamu jangan becanda. Mana mungkin aku pacaran dengan pria yang baru aku kenal. Lagipula aku sudah punya tunangan. Huh." Jawab Carol sambil memalingkan wajahnya ke kaca jendela disebelah kirinya.     

"Huh, jadi jangan pernah membuat kesimpulan sendiri kalau kamu juga tidak mau dikatakan seperti itu." Jawab Jack. Pria itu pun melanjutkan kembali perjalanan mereka menuju rumah dokter yang hampir saja jadi korban pelecehan sejumlah preman.     

"Didepan ada pertigaan, belok kiri, rumahku ada di blok ke dua." Jawab Carol setelah mereka hampir sampai dirumahnya.     

"Sekarang sudaham jam 2. Besok kamu mulai kerja lagi jam berapa?" Tanya Jack.     

"Minggu ini aku kebagian shift siang sampai malam. Jadi besok dari rumah jam 10an. Kenapa?" Tanya Carol begitu mereka telah sampai didepan pagar rumah dokter cantik tersebut.     

"Aku ingin meminta bayaran dari menolong dan mengantarkanmu pulang." Ujar Jack sambil mematikan mesin mobilnya.     

"Kamu … mau minta bayaran apa? Jangan macam-macam ya!" Carol menutupi dadanya dengan kedua tangannya yang menyilang.     

"Astaga, kenapa di otakmu selalu ada saja pikiran negatif tentang aku." Jack menyentil kening Carol dengan kedua jarinya.     

"Awww …" Carol memegang keningnya yang tidak begitu sakit sebenarnya.     

"Besok aku jemput jam 8 pagi. Temani aku ke mall untuk membeli sesuatu." Jawab Jack.     

"Apa? Jam 8 pagi? Mall buka jam 10. Kenapa harus pagi-pagi?" Tanya Carol tidak mengerti.     

"Ya Tuhaan, memangnya kalau dari rumahmu jam 8, sampai mall juga jam 8? Ckckck …" Jack menggeleng-gelengkan kepalanya dengan nada mengejek.     

"Cih! Aku belum tentu mau. Kenapa kamu sudah memaksa?" Jawab Carol tidak mau kalah.     

"Kalau tidak mau membayar apa yang sudah aku lakukan barusan, aku akan nyalakan klakson mobil ini dan membangunkan semua orang lalu mengatakan kalau kamu adalah pacarku." Jawab Jack dengan seringai sinisnya.     

"Jangan coba-coba! Huh, ya sudah besok jemput aku jam 8. Sekalian aku setelah itu berangkat ke rumah sakit." Jawab Carol akhirnya.     

"Deal! Okay, sampai jumpa besok." Ujar Jack.     

"Hmm, hati-hati di jalan, dan terima kasih sudah menolongku." Ucap Carol berlalu masuk kedalam rumahnya setelah menutup pintu mobil Jack dan pintu pagar rumahnya sendiri.     

"Huh, perempuan yang unik." Jawab Jack.     

-----     

Tiba pagi hari, sebuah mobil warna hitam sudah berada didepan pagar rumah seorang dokter muda bernama Carol. Pria yang menunggu di luar mobil dengan kacamata hitam dan setelan jas santai srba putih, tampak seperti actor luar negeri dengan ketampanan dan postur tubuhnya yang sempurna. Perempuan yang ditunggunya pun akhirnya keluar dari rumah.     

Carol mengenakan kemeja lengan pendek motif kotak-kotak yang didominasi warna merah marun dengan rok selutut berwarna senada. Rambutnya yang biasa digulung, kini di gerai indah menjuntai hingga sepinggangnya. Perempuan yang sangat cantik, berkelas, punya prinsip, dan pastinya galak.     

"Kamu cantik sekali pagi ini." Jack memuji dengan tulus sesuai kenyataan.     

"Cih, kita seperti pasangan yang mau kencan saja. Kalau tetanggaku ada yang melihat, disangkanya aku sudah ganti pacar." Jawab Carol sambil masih berdiri didepan pagar rumahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.