Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 242. Harta, Tahta, dan Cinta



III 242. Harta, Tahta, dan Cinta

0Dan, hubungan itulah yang dinamakan hubungan tanpa status. Disaat pria dan wanita selalu bersama, percikan asmara bisa jadi timbul diantara mereka. Dan Jack yakin itu bukanlah cinta, tapi rasa iba.     

"Grace, kamu sudah siuman?" Jack menghampiri sisi ranjang Grace. Perempuan yang terbaring lemah tak berdaya setelah selamat dari percobaan pembunuhan itu, hanya diam membisu. Matanya menerawang ke atas dengan tatapan kosong.     

"Orang-orang melihatku hidup dengan bertaburan harta dan tahta. Tapi mereka tidak melihat satu hal lain yang tidak ada didalam hidupku, yaitu CINTA. Tidak ada yang mencintaiku dari dulu, bahkan kedua orangtuaku menganggap aku cukup diberikan kartu kredit unlimited dan mobil mewah maka sudah cukup kewajiban mereka menyayangiku. Aku kesepian, Jack. Semua orang hanya dekat denganku ketika ada maunya. Tapi, ketika aku sedih, tidak ada yang mau menjadi temanku." Dua bulir air mata bening jatuh dari kelopak matanya.     

"Anda seharusnya merasa beruntung, nona. Banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Miskin harta dan juga miskin kasih sayang. Tapi, mereka masih bisa bahagia dengan cara mereka sendiri. Mereka tidak menyalahkan keadaan, apalagi orangtua yang tidak bisa memberi mereka harta, tahta, apalagi CINTA. Belajarlah untuk mencintai diri anda sendiri dan berteman dengan orang-orang baik. Masih banyak orang baik didunia ini." Jack dan Grace terkejut ketika tiba-tiba suara seorang perempuan memecah kesunyian diantara mereka.     

"Kamu …" Grace melirik ke arah samping, dimana suara itu berasal.     

"Anda sudah boleh pulang. Tidak ada obat-obatan yang diresepkan. Semoga lekas sembuh dan menemukan teman-teman yang baik. Permisi." Carol, dokter muda itu pun meninggalkan Jack dan Grace dengan suara datar dan tegasnya. Baru kali ini Jack melihat perempuan yang tidak pernah tersenyum dan langsung pada tujuan jika berkata.     

"Kamu tunggu sebentar disini yaa. Suster, tolong jaga teman saya ini ya." Jack menitipkan Grace pada seorang perawat yang sedang berjaga diruangan tersebut.     

"Kamu bisa tidak berbicara lembut dan ramah kepada korban yang hampir hilang nyawanya?" Jack menghampiri Carol yang sedang duduk menulis sesuatu di selembar kertas tugasnya. Beberapa dokter dan perawat yang berada dikanan kiri Carol mendengar ucapan Jack dan saling melirik satu sama lain. Entah apa yang mereka pikirkan. Tapi yang pasti, Carol menghela napasnya dan tersenyum sinis kepada pria yang tiba-tiba memperingatkannya.     

"Memangnya kamu siapa memperingatkan saya? Saya hanya bekerja sesuai prosedur." Jawab Carol dengan datar.     

"Kamu benar-benar perempuan dingin berhati beku dan tidak berperikemanusiaan." Semua dokter dan perawat yang ada didekat Carol, melotot mendengar ucapan Jack. Belum pernah ada yang seberani itu sebelumnya pada dokter yang terkenal killer tersebut. Meskipun Carol berwajah cantik dan bodynya menggiurkan namun tidak ada pria yang berani mendekatinya.     

"KAMU!" Carol geram kesal mendengar ucapan Jack yang tiba-tiba.     

Jack yang tidak peduli, langsung meninggalkan pos petugas paramedic termasuk Carol ditengah-tengah mereka.     

"Siapa dia, Carol?" Salah seorang rekan kerjanya bertanya.     

"Hanya pria mesum." Jawab Carol.     

"Haaahhh? Kamu pernah diapain sama dia?" Tanya teman sesama dokter itu.     

"Dia tidak akan berani macam-macam padaku. Sudahlah, kita kembali bekerja saja." Carol duduk kembali mengerjakan tugas laporannya sebelum diserahkan kepada dokter seniornya.     

Jack menuju ruangan dimana Grace terbaring. "Kamu bisa berjalan?" Tanya Jack, sambil memapah tubuh lemah perempuan malang tersebut.     

"Yang sakit tanganku, bukan kakiku. Aku masih bisa kuat berjalan." Jawabnya lagi.     

"Terus sekarang kamu mau pulang kemana?" Jack merasa iba juga pada Grace. Namun, dia tidak bisa menampung Grace dirumahnya. Bisa perang dunia kalau maminya tau Jack bawa pulang wanita. Sementara Jack sendiri masih tinggal dengan kedua orangtuanya sampai saat ini.     

"Kemana lagi? Dirumahku memang tidak ada orangtua. Tapi masih ada pembantu yang siap sedia bila aku butuhkan." Jawab Grace.     

"Oke, aku antarkan ya." Dengan penuh kelembutan, Jack mengiringi langkah pelan Grace yang berjalan keluar dari ruang perawatan menuju lobi rumah sakit. Mendadak suasana disana dihebohkan kembali dengan kedatangan korban luka tusukan benda tajam dibagian perutnya. Tampak pisau itu masih menancap di perut korban.     

Carol dengan sigap langsung menyambutnya dan melakukan pertolongan. Jack yang melihat dokter muda jutek itu pun sedikit tergugah hatinya dan merasa menyesal sudah mengatakan yang tidak –tidak tadi.     

"Ayo, jadi antarkan aku tidak?" Grace membuyarkan lamunan Jack yang matanya tidak lepas dari ruang dimana Carol masuk kedalam memberikan pertolongan.     

"Oh iya, tentu saja jadi." Jawab Jack sedikit gelagapan.     

Malam yang sangat berkesan untuk Jack karena dia bisa bertemu kembali dengan perempuan yang pernah ditemuinya pertama kali di puncak. Saat itu dia tidak tahu kalau ternyata perempuan iru adalah seorang dokter. Dari caranya berpakaian yang santai dan tidak mengenakan jubah dokter, semua orang juga pasti akan berpikiran yang sama.     

Satu jam perjalanan menuju rumah Grace ditempuh Jack dengan kecepatan sedang. Karena jalanan sepi, maka secepat itu sudah sampai rumah Grace. Setelah berbasa-basi sebentar, Jack pun ijin pulang untuk kembali ke kelab malamnya. Namun, dalam perjalanan pulang, dia melihat seorang perempuan sedang menunggu angkutan umum di halte yang sangat sepi karena jam pun sudah menunjukkan pukul 12 malam. Sungguh malam yang sangat menyeramkan harusnya bagi seorang perempuan malam-malam sendirian.     

Benar saja, tiba-tiba ada dua motor yang berhenti tepat di halte tersebut. Perempuan itu sudah menduga ada sinyal bahaya lalu menyingkir mencari jalanan yang terang benderang. Sayang sekali pergerakannya sudah dikunci rapat oleh 4 orang pria seperti preman dengan kaos pendek seadanya.     

"Kalian mau apa?" Perempuan itu berkata.     

"Kami? Tentu saja mau menemani perempuan seperti kamu sendirian malam-malam disini." Jawab salah satu dari mereka.     

"Kalian jangan kurang ajar atau aku akan berteriak dan kalian akan dihajar massa." Memang perempuan itu tidak bisa melunak sedikit padahal sedang dalam bahaya.     

"Hehehe, kalian dengar? Dia mengancam kita, hahaha!" Ke empat pria itu pun tertawa terbahak-bahak. Tapi benarlah siapa yang mau datang menolong. Tidak ada satupun orang lain terlihat disana kecuali mereka berlima, dan dia sendiri tentunya.     

"Hai istriku, maaf lama menjemput. Aku baru selesai rapat." Jack menghampiri perempuan yang terdesak itu dan melotot melihatnya.     

"Kamu?" Perempuan terdesak itu adalah dokter muda yang jutek dan galak, versi Jack.     

"Hei, kamu siapa? Ngaku-ngaku suami! Jangan ikut campur urusan kami!" ke empat pria itu memasang kuda-kuda untuk menyerang. Tidak hanya itu, semuanya pun mengeluarkan senjata tajam dari pinggang mereka masing-masing dan menghunusnya ke arah Jack.     

"Wah beraninya keroyokan, tapi tidak apa-apa. Aku sudah lama tidak melemaskan otot-ototku. Kalian mau satu-satu atau semuanya sekaligus? Hmm?" Jack masih dengan sikap santainya berjalan menghampiri Carol yang sudah ketakutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.